Selain itu, kesederhanaan Lafran dapat dikonfirmasi kepada keluarga, sahabat dan kader yang pernah hidup bersamanya. Anak-anak Lafran pernah "mengibuli" tokoh ini terkait mengganti televisi dari hitam putih menjadi berwarna.
Bagi Lafran, suatu barang (apapun), jika masih bermamfaat dan berguna, tidak ada kata mengganti. Dengan alasan rusak parah, akhirnya Lafran menerima televisi berwarna hadiah dari anaknya sendiri. Begitulah wawancara Hariqo dengan anak-anak Lafran.
Bukan hanya itu, Putra Lafran - Iqbal Pane mengisahkan bahwa tidak satupun dari anak Lafran yang mengetahui bahwa ayahnya (Lafran Pane) adalah tokoh nasional yang mendirikan HMI. Mereka tahu karena saat Latihan Kader mengisahkan materi sejarah perjuangan HMI. Jika tidak, anak-anak Lafran hanya tahu ayahnya seorang dosen di Universitas Negeri Yogyakarta.
Apabila kita melihat para kader-kader Lafran saat ini. Akan muncul pertanyaan, siapakah yang sanggup meneruskan kerasnya pendirian Lafran dalam menjaga keutuhan NKRI, keislaman dan keindonesiaan? Siapakah yang sanggup menjaga semangat untuk mengabdi tanpa ada 'pengganti' berupa fasilitas atas jabatannya? Siapa juga yang mampu hidup sesederhana Lafran?
Kita perlu jujur, mengabdi untuk ummat dan bangsa dalam bingkai keindonesiaan dan keislamaan seperti Lafran bukan lah perkara mudah. Bahkan saya yang menulis artikel ini belum mampu mengerjakan pola hidup seperti ayahanda HMI.
Mari kita merenungi sejenak perangai para penerus Lafran, sebahagian dari mereka adalah pejabat di negeri ini. Tetapi, apakah mereka menolak semua fasilitas yang diberikan negara?
Jangan harap, mereka bukan hanya menerima tetapi enggan untuk mengakhiri apabila jabatan sudah berakhir. Tidak sedikit yang merasa 'sombong' dengan menolak berbagi rezeki berdalih 'kader harus kuat dan kreatif -- tapi kantong sang senior tertutup rapat'.
Atau contoh lainnya, jika HMI adalah rumah perjuangan mahasiswa Islam. Sudah sewajarnya seluruh cabang memiliki sekretariat permanen sebagai fokus perjuangan, pergerakan, pendidikan dan pengabdian.
Namun, dengan berlimpahnya alumni HMI sejak tahun 1947 sampai sekarang, masih banyak cabang HMI yang masih ngontrak atau malah pindah-pindah kontrakan.
Padahal, jika pejabat yang notabene alumni HMI menerapkan sedikit kesederhanaan Lafran. Maka program efisiensi dan efektifitas anggaran pemerintah terlaksana dengan baik.