Mohon tunggu...
Andrian Febrianto
Andrian Febrianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bangka Belitung

Hobi Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adab Dulu Baru Ilmu, Cerminan dari Sebuah Insiden

4 Desember 2024   10:18 Diperbarui: 4 Desember 2024   10:48 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Sumber gambar : @alfinrizalisme )

Di tengah kemajuan zaman yang terus berkembang, masyarakat sering kali terpukau oleh kecemerlangan ilmu pengetahuan. Ilmu telah membawa manusia menuju peradaban yang maju, menciptakan teknologi canggih, dan membuka pintu ke berbagai kemungkinan yang tak terbayangkan sebelumnya.

 Namun, di balik semua itu, kita sering lupa akan satu aspek penting yang menjadi pondasi dari ilmu itu sendiri yaitu adab. Adab bukan sekadar tata krama atau sopan santun. Lebih dari itu, adab adalah penghormatan terhadap nilai-nilai, hubungan antarmanusia, dan penghargaan terhadap apa yang dipelajari.

Belum lama ini, publik dikejutkan oleh insiden seseorang yang katanya tokoh agama, Gus M, yang dalam sebuah acara keagamaan di suatu kota, melontarkan candaan yang dianggap merendahkan seorang penjual es teh. Komentarnya yang terkesan meremehkan mendapat reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk tokoh agama lainnya, warganet, dan tokoh masyarakat.

 Insiden ini tidak hanya mengundang perdebatan tentang batas antara candaan dan penghinaan, tetapi juga menjadi cerminan penting tentang bagaimana seharusnya kita memprioritaskan adab dalam setiap aspek kehidupan.

Adab adalah inti dari akhlak manusia. Ia mendasari bagaimana kita memperlakukan sesama, berbicara, dan bertindak. Dalam konteks ini, insiden tersebut menjadi pengingat bahwa seberapa tingginya ilmu seseorang, tanpa adab, ilmu itu kehilangan hakikatnya.

 Imam Malik, seorang ulama besar, pernah berpesan bahwa adab harus dipelajari sebelum ilmu. Pesan ini relevan di masa sekarang, di mana kecerdasan intelektual sering kali didahulukan, sementara nilai-nilai kesopanan dan penghormatan terlupakan.

Seorang tokoh agama, lebih dari siapa pun, memikul tanggung jawab untuk menjadi teladan, karena ucapannya membawa pengaruh besar. Dalam peristiwa ini, terlihat bagaimana candaan yang tidak tepat sasaran dapat melukai perasaan orang lain dan merusak keyakinan seseorang. Penjual es teh yang sedang mencari nafkah seharusnya mendapat penghormatan, bukan olok-olok yang menjatuhkan martabatnya.

Peristiwa ini juga menggarisbawahi pentingnya menghormati setiap individu, terlepas dari status sosial atau pekerjaannya. Nabi Muhammad SAW memberikan contoh nyata dengan memuliakan siapa saja, termasuk mereka yang kerap dipandang rendah oleh masyarakat. 

Ketika seorang pemimpin menghormati rakyat kecil, ia menunjukkan keadilan dan kebesaran jiwa yang sesungguhnya. Sebaliknya, meremehkan orang lain menunjukkan kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan.

Kasus ini bukan hanya tentang Gus M atau penjual es teh. Ini adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya memprioritaskan adab dalam kehidupan sehari-hari. Dalam era media sosial, di mana setiap tindakan dapat dengan mudah menjadi konsumsi publik, menjaga adab menjadi semakin penting.

Insiden Gus M ini memberikan pelajaran berharga. Sebagai manusia, kita semua bisa salah. Yang terpenting adalah bagaimana kita memperbaiki kesalahan dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun