Wanita sebagai satu kesatuan tubuh, jiwa dan pemikiran yang unik dengan segala karakter dan keindahannya. Menjadi seorang ibu bagi wanita adalah suatu anugerah dan juga tanggung jawab yang besar. Dari ibu generasi penerus bangsa hadir. Ibu guru pertama setiap anak.
Ibu. Jika diminta berkisah tentang ibu, setiap kita pasti punya banyak kisah dan cerita untuk diungkapkan. Sejak dari kehamilan dengan segala perjuangan mual, muntah, tubuh yang mudah lelah lalu perjuangan melahirkan hingga membesarkan anak. Perjuangan yang tidak main-main. Ibu dengan berbagai karakter dan perjuangannya. Ibu dengan kisahnya dan ceritanya. Ibu yang kupanggil mamak.
Kala itu, aku masih kelas 6 SD. Kami semua gempar dan heboh, baik siswa perempuan dan siswa laki-laki. Seorang teman perempuan tiba-tiba menangis ketakutan karena roknya basah dan muncul noda merah. Bahkan dia bercerita dengan histeris bahwa dia "berdarah". Kami semua bingung dan tidak mengerti dan melaporkan ke wali kelas. Sang walikelas dengan tenang malah meminta teman kami tenang dan pulang.
Sesampainya di rumah, aku bercerita kepada mamaku mengenai apa yang dialami oleh temanku. "Haid, itulah yang dialami temanmu, Itu sesuatu hal yang wajar buat perempuan yang mau tumbuh dewasa." Â Mamak menjelaskan kepadaku dengan rinci dan jelas layaknya seorang guru, karena memang mamak adalah guru SMP. Kala itu, untuk mendapatkan informasi mengenai dunia remaja tidak seperti sekarang tinggal klik . Kami harus mencari info dengan membeli buku ataupun majalah remaja atau bertanya kepada kakak/saudara dan orangtua. Mungkin bertanya kepada orangtua adalah jalan tercepat. Tapi,, heyy teman Kompasianer pernah mengalami usia remaja kan? Betapa sungkannya menanyakan tentang dunia remaja kepada orangtua. Termasuk diriku yang sungkan menanyakan hal-hal dewasa seperti itu kepada mamaku, tapi ntah bagaimana dia tahu dan menjelaskan tanpa diminta.
Keesokan harinya, saya menjelaskan apa yang saya dengar dari mamak kepada teman saya bahwa dia sedang tumbuh menjadi remaja. Apa yang harus dilakukannya serta tips cara membersihkan diri. Saya berlagak tahu walaupun belum mengalaminya. Lalu dengan spontan saya bertanya. Kenapa kamu tidak tanya mamamu? Teman saya itu bercerita bahwa ibunya sudah pergi semenjak dia kecil. Tentu dia membutuhkan tempat bertanya untuk semua pertanyaannya seperti aku yang menanyakan segala hal kepada mamaku.
Tumbuh menjadi seorang ibu seperti sekarang tidak terlepas dari peran guru pertamaku, ibu R. L. Siregar yang memang berprofesi sebagai seorang guru. Bagaimana aku mengenal dunia remaja, menjadi wanita dewasa, hingga menjadi seorang ibu, aku belajar dari ibu guru R. L. Siregar yang kupanggil mamak. Banyak didikan dan prinsip yang diajarkan kepada kami, khusunya kepadaku untuk menjadi wanita dan ibu yang lebih bijaksana.
Beberapa prinsip yang menjadi ciri khas ibu R. L siregar yang ditularkan dan diajarkan kepada kami :
- Tepat waktu adalah bentuk penghargaan terhadap semua aktivitas/kegiatan  (on time). Sejak kecil kami selalu bagun di pagi hari. Bangun, melakukan pekerjaan rumah, mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah. Semua jadwal sudah "pakem". Jikalau lelet atau berlama-lama akan ditinggal. Karena mamak selalau mengajarkan kami untuk tepat waktu. Kami tidak pernah terlambat ke sekolah, ke tempat les bahkan untuk beribadah di hari minggu atau acara apapun. TEPAT WAKTU  adalah ciri khas sang ibu guru yang ditularkan kepada kami. Kita harus menghargai setiap kegiatan/pertemuan dengan tepat waktu, begitulah didikannya.
- Rajin. Mamak selalu rajin. Ketika kami kecil, mamak sering memasak cemilan seperti donat, kolak, bolu dan kue-kue lainnya. Setiap ada waktu, mamak selalu memasak cemilan untuk kami. Kami tentu saja senang mendapatkan cemilan dan semakin heboh menambah kericuhan di dapur. Tapi luar biasanya, ketika kami anak-anaknya sudah berkeluarga dan hanya mamak dan bapak yang tinggal di rumah, mamak tetap memasak cemilan walaupun hanya mereka berdua saja yang memakannya. "Beli sajalah praktis, ngapain repot," ucapku pada mamak. Lalu mamak menjawab "kalo ada waktu, ngapain beli." Sekarang, mamak sudah pensiun sebagai guru. Namun kegiatannya tetap saja ada. Aktivitas bersama teman ibu-ibu paduan suara, melayani di gereja sebagai penatua dan di rumah juga bercocok tanam. Mulai dari tanaman hias sampai pohon buah-buahan. Senang sekali jika mendengar mamak dan bapak panen kuini sampai 20kg, panen terong, cabe, dan jambu. Apa yang bisa dilakukan ya dilakukan saja, itulah prinsipnya. Bentuk cerminan dari kata rajin.
- Gemar membaca. Sejak kecil, kami sering melihat mamak membaca. Baik itu buku pelajaran ataupun majalah. Tanpa diperintahkan, membaca menjadi suatu hobi dan kebiasaan juga bagi kami anak-anaknya. Syukurnya mamak dan bapak mendukung dengan membelikan majalah anak-anak dan komik bahkan buku dongeng. Membaca membawa kita melihat dunia, mengembangkan kreativitas dan imajinasi. Kebiasaan membaca itu pun saya terapkan untuk anak-anak. Menjadi contoh bagi anak dengan membaca dan membacakan buku kepada anak saya membuat anak saya pun suka membaca.
- Bernyanyi mengontrol emosi kepada hal positif. Setiap orang memiliki talenta masing-masing, dan talenta mamak adalah bernyanyi. Suara mamak juga lumayan bagus dan tepat nada. Hampir setiap minggu, kami mendengarkan mamak berlatih lagu koor/paduan suara yang akan dinyanyikan bersama teman-temannya. Sayangnya kami anak-anaknya tidak dikaruniai suara yang bagus seperti mamak, kami lebih menjadi penikmat musik dan nyanyian seperti bapak. Sewaktu saya kecil, ketika mamak sedang bersedih dan ada masalah, saya sering mendengar mamak bernyanyi. Mungkin kalau saya ditanya, saya tidak akan bernyanyi jika sedang bersedih. Namun, bernyanyi baginya adalah untuk menghibur diri dan mengontrol emosi. Ketika menjadi wanita dewasa, saya pun sering mencoba hal tersebut. Ketika hati gundah gulana dan sedih, saya mulai bernyanyi. Ternyata bermanfaat loh. Dengan bernyanyi membuat hati dan pikiran menjadi lebih tenang.  Melampiaskan emosi kepada hal positif. Bernyanyi juga menghangatkan kebersamaan keluarga.
- Didikan kepada si remaja & wanita muda. Teman Kompasianer, apakah kalian juga menceritakan kisah asmara sejak remaja hingga dewasa kepada ibu? Jika di survey, mungkin sedikit sekali orang yang membagikan kisah asmaranya kepada orangtuanya. Ada perasaan risih, sungkan dan malu. Apalagi ketika remaja, teman menjadi prioritas dan nomor satu. Curhat ya ke teman. Tapi ntah bagaimana sang ibu guru bisa tahu saja jika anaknya sedang lagi menyukai sesorang ataupun sedang didekati oleh pria. Walaupun awalnya aku enggan untuk bercerita, mamak bisa tiba-tiba mengeluarkan perkataan yang aku butuhkan. Sebagai ibu, tentu mamak tidak ingin anak gadisnya salah langkah. Masih teringat ketika itu beberapa teman pria datang ke rumah dan mendekatiku di saat yang hampir bersamaan. Mereka menelpon, mengunjungi bahkan memberikan hadiah. Mamak dengan tegas berkata, "doakan dan gumulkan dan diputuskan segera. Jangan membukakan pintu jika kamu tidak ingin dia masuk." Ntah perumpamaan darimana itu, namun itu kata-kata itu  membekas bagiku. Menghargai perasaan lawan jenis bukan berarti menerimanya. Sebagai seorang wanita, aku diajarkan untuk berani berkata ya atau tidak dan berani memutuskan sesuatu.
- Dari ibu untuk 'ibu baru""Menjadi seorang ibu perlu belajar. Perlu meningkatkan pengetahuan, perlu meminta hikmat dari Tuhan," begitulah mamaku berkata ketika aku menjadi seorang ibu. Mulai dari cara merawat bayi dan membesarkannya, menyediakan makanan untuk anak, mendidik anak semuanya perlu belajar dan meminta hikmat. Dari mamak aku belajar bahwa seorang ibu tidak boleh memaksakan cita-cita dan harapan kepada sang anak. Orangtua hanya membimbing dan mengarahkan. Mamakku dulu berharap aku menjadi guru sepertinya, namun aku menolaknya. Mamak membebaskan aku memutuskan sesuatu utnuk hidupku dan tentunya aku harus berani bertanggungjawab dengan pilihanku. Demikian juga dengan kedua adikku, mereka bebas memilih untuk mengambil kuliah jurusan apapun dan bekerja sesuai dengan passion masing-masing. Bahkan ketika anak-anaknya memutuskan utnuk merantau, mamak dan bapak tidak menahan kami. Walaupun mereka hanya tinggal berdua. Kesepian itu pasti, namun mereka ingin anak-anaknya tetap berkarya, dan mencapai mimpi walaupun jauh dari mereka.
- Ingat Penciptamu. Guru yang pertama sekali mengajarku berdoa adalah ibu. Ibu yang membawaku  dan membimbingku untuk mengenal penciptaku. Sebagai seorang manusia yang terbatas, tentu semua manusia menyadari bahwa manusia butuh pertolongan dari YANG MAHA KUASA dan YANG MAHA BESAR. Mengenal DIA sang pencipta, bersyukur dan berdoa adalah salah satu teladan yang aku pelajari dari mamak. Karena tanpa pertolongaNYA dan kasihNYA, tidak mungkin aku mampu melewati hari-hariku.
- Menjadi seorang ibu harus semangat untuk selalu belajar mengembangkan diri dan meminta hikmat dariNYA.
      Sampai sekarang, ketika usia mamak hampir 65 tahun, mamak tetap semangat belajar. salah satunya yaitu belajar teknologi. Semangatnya belajar dan mengembagkan diri menjadi pemicu bagiku untuk berbenah dan semangat belajar demi anak yang kelak menjadi generasi penerus bangsa.Â
      Karena ibu adalah sekolah pertama setiap anak
      Karena menjadi ibu adalah suatu ANUGERAh
      Karena hadirmu ibu di hidupku juga suatu ANUGERAH
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H