Mohon tunggu...
andriana rumintang
andriana rumintang Mohon Tunggu... Administrasi - menyukai rangkaian kata yang menari dalam kisah dan bertutur dalam cerita. Penikmat alunan musik dan pecinta karya rajutan

never stop learning

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kala Anak Badai Mengguncang Dunia

24 Oktober 2019   15:40 Diperbarui: 25 Oktober 2019   07:37 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kisah kasih mamak yang melantunkan pantun, penulis juga mengenalkan salah satu bentuk budaya Indonesia. Di mana pantun termasuk sastra/puisi lama yang merupakan warisan dari nenek moyang. Dari pantun, penulis  secara tidak langsung menjelaskan latar belakang Za yang hidup dan dibesarkan dengan budaya yang kental.

Kisah ini juga menceritakan tentang tanggung jawab seorang anak. Ketika Za dan Fatah diminta mamak mengukur baju Wak Sidik. Mereka salah ukur dan harus mengukur ulang. Za dan Fatah ke rumah Wak Sidik, namun Wak sidik tidak di rumah dan mereka pun menyusul Wak Sidik ke kantor kecamatan.

"Mamak menyuruh kita bertangung jawab. Aku tidak mau pulang sebelum urusan ini selesai " (hal 43).

Bagaimana Za memiliki tanggung jawab akan tugas yang diberikan mamaknya, walaupun harus pergi ke kecamatan yang jauh dari rumah mereka. Tanggung jawab yang dimiliki mengajarkan pembaca betapa pentingnya belajar bertanggung jawab untuk setiap tugas yang diberikan walaupun tugas kecil.

Buku ini juga menjawab pertanyaan-pertanyaan manusia tentang bagaimana dan kenapa tentang segala yang terjadi di dunia ini.  Kenapa ada yang kaya ada yang miskin?  Terkadang saya pun pernah berpikir kenapa ada kejahatan di dunia ini, sedangkan Tuhan bisa dan mampu membolak-balik hati manusia. Penjelasan guru Rudi tentang ilmu Allah yang sangat luas juga menjawab pertanyaan saya.

'Ilmu milik Allah sangat luas. Bayangkan kalian mencelupkan telunjuk di laut, kalian angkat telunjuk itu, maka air yang menempel di telunjuk kalian itulah ilmu yang dianugerahkan Allah kepada kita  selebihnya, air lautan yang tak terhingga banyaknya, itulah ilmu Allah" (hal 58).

Dari pembicaraan tersebut, saya sebagai pembaca mendapat pembelajaran bahwa banyak hal yang tidak kita mengerti di dunia ini, namun kita tentu tidak dapat mengerti secara keseluruhan karena kita terbatas tidak mungkin mengerti pemahaman Allah yang tidak terbatas. Mungkin juga pembaca lainnya mendapat pembelajaran dari perumpamaan dalam cerita tersebut.

Saya juga menemukan kembali karakter bangsa Indonesia yang menjadi ciri khas dari zaman nenek moyang dulu yaitu gotong royong. Hal tersebut mungkin  sudah jarang kita jumpai. Apalagi dalam kehidupan masyarakat urban yang sibuk, siapa lu siapa gue. 

Dikisahkan bagaimana masyarakat bergotong royong memperbaiki jembatan mesjid. Mulai dari para bapak, ibu dan anak-anak semua mengambil peran masing-masing. Hal sederhana sekali, namun kegiatan gotong royong tersebut membuat saya tersenyum ketika Pak Kapten menegur tetangga yang meminta kopi kepada Ode padahal dia belum bekerja.

"Berkeringat saja belum, kau sudah mau kopi." (hal 177)

Dari geng anak badai saya juga belajar persahabatan. Ketika Malim memutuskan untuk berhenti sekolah dan mau mencari uang. Tak bosan-bosannya teman-temannya bergantian membujuk Malim agar Malim kembali bersekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun