Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi di tahun 2020-2030. Bonus demografi yaitu suatu keadaan dimana jumlah usia produktif (15-64 tahun) diperkirakan mencapai 70% dibandingkan usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) yang hanya 30%. Pada fase bonus demografi tingkat ketergantungan penduduk tidak produktif kepada penduduk produktif cenderung rendah. Â Â
Bonus ini seperti dua sisi mata uang, bisa mendatangkan keuntungan dan kemajuan bila kita mempersiapkannya dengan baik atau  di sisi lain, dapat menimbulkan masalah. Bisa menghasilkan hasil yang positif atau negatif tergantung bagaimana kita mempersiapkan momen tersebut.
Tentunya untuk menyambut bonus demografi tersebut, kita perlu mempersiapkan segala sesuatu. Mulai dari mempersiapkan generasi-generasi yang cerdas dan sehat, infrastruktur, lapangan pekerjaan dan lain-lain. Kita juga perlu belajar dari negara-negara yang memanfaatkan peluang bonus demografi  untuk kemajuan negaranya. Salah satu contohnya adalah negara Koreas Selatan.Â
Korea Selatan berhasil mempromosikan negara mereka sebagai objek wisata mancanegara, demikian juga dengan makanan, musik dan drama. Melalui pemuda, mereka mengenalkan negara dan budayanya pada dunia melalui industri kreatif. Siapa yang tidak tahu boy band dan girl band Korea yang digandrungi remaja? Siapa yang tidak tahu drama korea? Hampir sebagian besar wanita suka menonton drama korea, secara tidak langsung dari drama korea tersebut mereka mempromosikan budaya, daerah dan juga kuliner negaranya. Banyak orang yang tertarik mengunjungi Korea Selatan karena melihat daerah-daerah yang ditampilkan dalam drama tersebut. Demikian juga dengan kuliner, semakin banyak yang mencoba dan menyukai kuliner khas negara tersebut. Semua berkat promo dari industri kreatif. Melalui pemuda mereka membangkitkan peran ekonomi kreatif negaranya.
Pemuda adalah tonggak kemajuan dari bonus demografi tersebut. Pemuda adalah ujung tombak dari suatu bangsa. Untuk menghadapi bonus demografi di tahun 2030 dan Indonesia emas 2045, tentunya bangsa Indonesia perlu mempersiapkan generasi penerus yaitu pemuda-pemuda yang berpotensi, sehat, cerdas dan memilki moral yang baik. Salah satu aspek penting mempersiapkan generasi adalah kesehatan.
Demikian pula dengan negara kita Indonesia. Kita perlu menyiapkan pemuda-pemuda yang cerdas, sehat dan berprestasi. Namun, di Indonesia masih sering  terjadi dan terdengar kasus gizi buruk dan stunting. Bagaimana kita bisa menyambut bonus demografi dengan baik, jika banyak masyakat yang masih awam dan minim pengetahuan tentang kesehatan untuk mempersiapkan generasi?
Apa itu Stunting?
Mungkin istilah stunting masih awam di telinga masyarakat, namun jika kata kekurangan gizi atau kerdil, lebih familiar bagi masyarakat. Stunting merupakan suatu kondisi kekurangan gizi kronis yang menyebabkan tinggi badan anak terlalu pendek untuk anak usianya. Ternyata masalah stunting ini tidak hanya dialami oleh penduduk miskin saja, namun juga oleh kalangan berada. Bisa karena kesalahan penanganan atau pun  kesalahan pola asuh.
1. Kekurangan gizi.Â
Kekurangan gizi tidak hanya terjadi sejak bayi, namun juga kecukupan nutrisi sejak janin dalam kandungan. Pemenuhan gizi pada 1000 hari pertama kehidupannya sangat penting. Masalah pemenuhan gizi ini tentunya bukan hanya bagi sang bayi saja, namun juga bagi ibu yang mengandung. Sehingga ketercukupan gizi sang ibu mempengaruhi kecukupan gizi janin.
2. Kurangnya pendidikan dan pola asuh
Sang ibu yang masih sangat muda, ataupun pola hidup yang tidak sehat tentu ujung-ujungnnya mempengaruhi kepada ke hidupan bayi dalam kandungannya dan tumbuh kembang bayi kelak.
3. Perubahan hormon
4. Sering menderita infeksi di awal kehidupan. Di awal kehidupannya, jika anak sering terkena penyakit infeksi tentunya bisa mengganggu pertumbuhannya.
Mencegah Stunting
Bermula dari keluarga, bermula dari kaum perempuan. Pengetahuan dan kesehatan perempuan sangat perlu diperhatikan. Karena ibu yang sehat akan menghasilkan janin yang sehat dan ibu yang cerdas dapat mendukung pembentukan anak yang cerdas pula. Untuk itu perlu dilakukan pendidikan bagi perempuan agar perempuan Indonesia sehat dan berpengetahuan untuk bisa menghasilkan generasi yang sehat dan kuat. Selain dukungan dari pemerintah, peran dan dukungan keluarga sangat penting.
Mari kita sambut bonus demografi dan Indonesia emas 2045 dengan generasi yang sehat, bebas stunting dan cerdas. Dimulai dari keluarga, memperhatikan kesehatan dan sanitasi keluarga. Dukungan dan pemberian informasi untuk perempuan dan ibu. Cinta keluarga, cinta anak bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H