Mohon tunggu...
andriana rumintang
andriana rumintang Mohon Tunggu... Administrasi - menyukai rangkaian kata yang menari dalam kisah dan bertutur dalam cerita. Penikmat alunan musik dan pecinta karya rajutan

never stop learning

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Segelas Jus Markisa hingga Blackberry

5 Maret 2018   15:54 Diperbarui: 3 Agustus 2021   15:06 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Asyik..Markisa nya jatuh lagi. Mami lihat ini markisa ada yang jatuh. Gede banget. Nanti kita minta papi buat jus ya," teriak putra saya di sore hari.

Masih ada loh lagi yang gede dan kuning di atas, besok juga jatuh itu markisanya. Lalu dia menghitung ada berapa jumlah markisanya dan menyimpannya. Melihat semangat dan antusias putra saya, saya terkadang tersenyum geli bercampur senang.

dokpri
dokpri
Putra saya sangat menyukai jus markisa buatan papinya, katanya paling enak sedunia. Haha,,,rayuan maut banget. Tetapi jika saya yang membuat, menurutnya rasanya berbeda. Dia akan sabar menunggu papinya pulang untuk membuat jus. Walaupun terkadang sampai jam 9 malam, dia tetap betah menunggu jus buatan papinya, dan kami akan minum jus markisa bersama di malam hari sebelum tidur.

Momen minum jus sebelum tidur itu merupakan momen tersendiri bagi saya. Dari segelas jus markisa bisa  menimbulkan kehangatan keluarga di antara kami. Sambil bercerita tentang sekolahnya, ataupun tentang temannya. Suami saya juga merasa senang karena putranya menyambutnya sepulang kerja. Kesibukan dan kemacetan kota membuat suami saya  sering tiba di rumah pada malam hari. Tak jarang ketika dia pulang dari bekerja, kami berdua sudah tidur. Jus Markisa adalah salah satu alasan untuk menunggunya sepulang kerja.

Meminum jus markisa tentu bermanfaat bagi tubuh. Apalagi jus yang dibuat langsung dari buah yang baru dipetik, tanpa pengawet dan tanpa pewarna buatan. Selain memberikan kesegaran, markisa juga mengandung vitamin C yang tinggi dan juga mineral, kalsium, protein, fosfor dan masih banyak nutrisi lainnya. 

Kami memiliki pohon markisa yang cukup lebat buahnya. Dari pohon tersebut, kami sudah beberapa kali panen dan menikmati buahnya. Tetangga dan saudara pun ikut juga menikmati segernya buah markisa tersebut. 

Markisa dari pohon sendiri (dokpri)
Markisa dari pohon sendiri (dokpri)
Suami saya menanam pohon markisa tersebut atas permintaan putra saya. Putra saya memiliki ketertarikan akan tumbuhan dan tanaman, khususnya buah-buahan. Melihat ketertarikannya akan tumbuhan dan tanaman, ketika ada waktu libur, kami mengajaknya ke tempat-tempat yang bisa mengenalkannya akan tumbuhan dan tanaman. Berlibur ke taman kota, hutan kota, puncak dan juga ke tempat yang banyak tumbuh-tumbuhannya seperti Mekar sari.

Putra saya sangat antusias melihat pohon-pohon dan buah-buahnya. Dari berlibur tersebut, kami mengajarkan dan mengenalkannya tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Selain itu juga dia bisa menikmati dan belajar tentang indahnya ciptaan Tuhan dari alam dan lingkungan.

1. Mengenal tumbuhan dan buah

dokpri
dokpri
Ketika melihat pohon salak, dia sangat takjub dan heran. Kok pohonnya ada duri-durinya? Kenapa salaknya gak menggantung seperti markisa? Banyak sekali pertanyaannya. Ketika melihat pohon jeruk, dia juga sangat antusias. Dia bertanya jeruk apa ? Bagaiamana menanamnya? Rasanya manis atau asam? Kok jeruk ini berbeda dengan jeruk yang lain? Dan pertanyaan lainnya.

Terkadang saya bingung mendengar pertanyaannya. Namun, walaupun saya dan suami terkadang tidak bisa menjawab pertanyaanya, kami senang dengan rasa ingin tahu nya dan menambah keseruan serta kehangatan keluarga.

2. Menikmati ciptaan Tuhan

Melihat pohon, bunga dan buah tentunya membawa kesegaran bagi mata dan pikiran. Bisa melihat tanaman yang berwarna-warni, bisa menikmati udara segar dan indahnya alam ciptaan Tuhan. Ketika kesibukan dan kemacetan menjadi hal yang dihadapi sehari-hari, begitu melihat tanaman dan alam, rasanya menyegarkan pikiran dan menghilangkan penat dan lelah. Serta membuat hati bersyukur atas ciptaan Tuhan yang luar biasa. Ketika kita memakan buah-buahan yang manis ataupun asam, itu juga adalah proses menikmati ciptaan Tuhan. Menikmati dari segi rasa.

3. Mengenal Tuhan sang pencipta

Ketika menikmati alam, tumbuhan dan buah-buahan terebut secara tidak langsung kami bisa mengajarkan kepada putra saya bahwa Tuhan yang menciptakan segala sesuatu itu. Tuhan yang hebat dan kuasa yang mampu menciptakan apapun, menciptakan alam, tumbuhan, bunga dan buah yang bisa kita nikmati dan juga menciptakan kita manusia. Sehingga ketika melihat alam dan ciptaan, dia dapat mengakui betapa hebatnya Tuhan sang pencipta.

4. Memelihara ciptaanNYA

Tidak mudah menjelaskan bagaimana tugas kita untuk memelihara ciptaan terhadap anak-anak.  Tentunya tidak menceritakan tentang penanaman pohon, atau pembakaran lahan dan hutan. Tetapi hal memelihara ciptaan harus dijelaskan dengan bahasa yang sederhana. Saya mencoba menjelaskan bahwa ketika kita bisa menikmati buah-buahan yang enak dan manis, bisa menikmati udara yang segar dan hijaunya alam, kita harus bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan serta menjaga ciptaanNYA. Memang pengajaran yang sederhana itu, belum tentu dimengerti oleh anak seumuran putra saya. Tetapi tetap harus disampaikan, bahwa pohon tumbuhan dan tanaman harus dijaga dan dipelihara. Misalnya tidak mencabut dan merusak daun-daun. Tidak merusak bunga-bunga dan tanaman ataupun memberi air dan pupuk pada tanaman.

Biasanya, sepulang dari suatu tempat, mereka akan membawa pulang bibit tanaman dan mencoba menanam di halaman rumah. Salah satu hasil tanaman mereka adalah black berry. Walaupun masih menghasilkan tiga buah black berry, namun senangnya bukan main. Karena tanaman itu tumbuh dan hidup. Melihatnya saja sudah senang, dan gak tega memakan buahnya, karena masih sedikit.Hahaa.ha

dokpri
dokpri
Sejak berumur empat tahun, saya melihat ketertarikannya dengan tanaman. Khususnya buah-buahan. Persis seperti papinya. Saya masih ingat sekali bagaimana dia menanam biji salak di halaman rumah tanpa diajari dan diminta oleh siapapun. Bahkan, dia rutin menyiraminya dengan air segayung penuh dan dia minta supaya diberi pupuk. Walaupun salak yang ditanamnya tidak tumbuh, dia malah minta ditanam pohon markisa. Alasannya sederhana, karena kami suka minum jus markisa botol yang di jual di pasaran. Bagaimana sih buah markisa itu? Warnanya apa? Bentuknya bagimana? Begitu pertanyaan awalnya ketika tertarik mengenai buah markisa. Akhirnya dicarilah bibit pohon markisa, dan ditanam supaya menjawab semua pertanyaan putra saya.Itulah pohon yang sudah kami nikmati buahnya.

Ternyata ketertarikannya tentang tanaman, menular dari suami saya. Suami saya bercerita ketika dia kecil, dia pun hobi bercocok tanam di kebun belakang rumah. Mulai dari menanam pisang, rambutan dan mangga. Ketika pohon buahnya berbuah, suami saya beserta adik-adiknya akan memanjat pohon terebut dan memakannya di atas pohon. Sering juga mereka menyembunyikan mangga yang hampir matang. Siapa yang menemukan mangga terlebih dahulu, mengambilnya dan menyembunyikannya. Keisengan anak-anak kala itu. Namun  ketika diingat kembali momen tersebut ketika berkumpul bersama, tentunya menambah keseruan dan kehangatan keluarga dalam hubungan kakak adik. Sampai sekarang pun pohon mangga dan rambutan itu masih ada di area belakang rumah mertua saya, dan masih bisa dinikmati buahnya walau tidak selebat dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun