Mohon tunggu...
andriana rumintang
andriana rumintang Mohon Tunggu... Administrasi - menyukai rangkaian kata yang menari dalam kisah dan bertutur dalam cerita. Penikmat alunan musik dan pecinta karya rajutan

never stop learning

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Unlimit8] Pendeta, Istri Pendeta atau Guru?

25 Mei 2016   11:29 Diperbarui: 25 Mei 2016   15:41 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selain menjadi guru karena tugas, mama juga aktif menjadi guru koor untuk ibu-ibu di lingkungannya.

Sewaktu muda dia bercita-cita menjadi pendeta atau menjadi istri pendeta. Ketika kutanya kenapa, jawabnya karena pada masa itu dia merasa jika menjadi pendeta bisa mengajar banyak orang dan berguna bagi banyak orang. Ternyata Tuhan berkehendak lain, dia menikah dengan seorang pemuda sederhana yang merupakan pegawai negri sipil. Impian menjadi pendeta atau istri pendeta otomatis gagal. Namun, dibalik itu keinginannya untuk mengajar dan menjadi lebih berguna menurut saya sudah tercapai. Walaupun di usianya sekarang yang menginjak usia 60 tahun, dia masih tetap memilki impian yang sama yaitu masih mengajar dan menjadi lebih berguna sampai akhir hidupnya.

Menurut saya, dia bukan hanya telah menjadi orang yang berguna namun juga menjadi berkat bagi saya. Selain menjadi berkat bagi saya, dia juga menjadi berkat untuk keluarga saya, untuk seluruh keluarga besarnya, untuk lingkungan tempat tinggalnya, untuk teman-temannya, untuk lingkungan kerjanya dan juga untuk anak-anak didiknya.

Namnya adalah Rumiris L, dan sekarang masih berkarya sebagai guru di usianya yang ke-60. Guru di SMPN 18 Pekanbaru dan SMP Tuah Negeri. Dia sudah menjadi guru sejak usia 21 tahun dan bertugas sebagai guru selama 39 tahun. Aku memanggilnya mama. Ya, tak lain tak bukan dia adalah ibuku yang melahirkan dan membesarkanku.

Bagi kebanyak orang, setiap ibu pastilah menjadi sosok yang inspiratif dan tentunya disayang. Bagiku pun demikian, namun selain menginspirasiku menurutku ibuku pun orang yang memilki impian dan selalu berusaha memperjuangkan impiannya.

“Ma, apa impianmu yang ingin dicapai?” aku bertanya kepada mamaku.  Dia tetap menjawab ingin menjadi guru yang lebih berguna dan bermanfaat. “Bermanfaat dan berguna bagaimana ma? Tidak spesifik selama ini juga udah berguna”, jawabku. “Sebagai orangtua, aku telah menyekolahkan, mengantarkan kalian untuk berumahtangga dan bekerja. Apalagi yang diinginkan orangtua, jika tidak melihat anak dan cucunya sehat dan bahagia. Namun dibalik itu, aku masih tetap ingin mengajar dan berguna bagi sekitarku. Berguna dengan cara mengajar dan membantu anak didikku, berguna untuk teman-temanku”. "Masih banyak anak-anak yang bersekolah tanpa semangat di sekolahku, tidak ada antusias dan gairah karena kelelahan di rumah dan juga keterbatasan ekonomi”  jawab mamaku. "Trus maksudnya mau biayain mereka?" tanyaku. Dan mama menjawab bahwa dia bersedia membantu apa yang bisa membuat siswa semangat untuk datang belajar dan bersekolah termasuk biaya sekolah

Di sekolah, tak jarang mama membantu siswa-siswanya. Ketika siswa diangap kurang dalam pelajaran, mama memberikan waktu luang setelah jam sekolah untuk mengajar siswa tersebut secara gratis tidak mengharapkan biaya sepeser pun. Merelakan waktunya untuk lebih mengenal siswanya dan membantu siswa  mengerti pelajaran.  Tak jarang, juga menjadi tempat curhat para siswa-siswa remaja tersebut dan mama lebih mengenal mereka secara sifat dan latar belakang keluarga. Tujuannya hanya untuk membuat siswanya nyaman dan termotivasi untuk maju.

momy2-jpg-57451e5ff67a61c505197043.jpg
momy2-jpg-57451e5ff67a61c505197043.jpg
  • Bukan hanya waktu dan perhatian, mama bersama rekan guru untuk membantu siswa-siswa yang kurang mampu. Di sekolah tempat mama bertugas, banyak sekali siswa yang kurang mampu, jangankan untuk membeli buku pelajaran, membeli alat tulis seperti pena, pensil dll  saja susah. Satu pena sudah cukup, jika pena hilang, belum tentu dapat membeli dalam waktu singkat. Tak jarang juga siswa-siswa tersebut mengenakan pakaian seragam yang lusuh atau yang sudah kusam. Kaus kaki yang sudah melorot. Mama dan guru-guru lain berinisiatif membelikan seragam, kaus kaki dan juga alat tulis serta buku untuk siswa-siswa tersebut. Alasannya agar siswa tersebut tetap merasa nyaman dan senang untuk belajar, terlepas dari kekurangan yang mereka miliki.

Selain menjadi guru karena tugas, mama juga aktif menjadi guru koor untuk ibu-ibu di lingkungannya.
Selain menjadi guru karena tugas, mama juga aktif menjadi guru koor untuk ibu-ibu di lingkungannya.
Mungkin masih banyak orang yang juga memberikan hati, hidup, waktu bahkan materi yang dia punya untuk membagikan dirinya. Namun dari mamaku aku belajar secara langsung untuk membagikan diri dan juga memperjuangkan mimpi. Sejak masih muda dia sudah ingin menjadi guru SMP. Spesifik sekali menurtku kenapa harus siswa SMP? Jawabnya karena dia senang dengan semangat dan antusias anak remaja, dimana pada masa SMP itu adalah masa pertumbuhan fisik dan juga pertumbuhan mental. Pertumbuhan remaja yang merupakan masa peralihan dan membutuhkan arahan. Bergaul bersama dengan anak-anak remaja tersebut menularkan kegembiraan dan semangat baginya.

Dia berusaha mewujudkannya dengan masuk PGSLP (Pendidikan guru sekolah lanjutan pertama) di tahun 1976 lalu kuliah kembali mengambil D3 di tahun 1997 dan  di usia yang tidak lagi muda yaitu 52 tahun, mama kuliah kembali mengambil S1 dengan gelar Spd.

“Sudah mau pensiun, sudah PNS, ngapain kuliah lagi?” banyak teman mama yang menanyakan hal seperti itu. Jawabnya supaya dia memilki modal yang lebih untuk menangani siswa-siswanya.

Sebagai seorang anak yang mengenalnya, aku belajar banyak tentang perencanaan dari orangtuaku. Tentang merencanakan cita-citanya dan mewujudkannya. Yang lebih pastinya aku belajar untuk menjadi berguna bagi sekitar dengan apapun profesi kerjanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun