Mohon tunggu...
ANDRIAN ADI SETIAWAN
ANDRIAN ADI SETIAWAN Mohon Tunggu... Buruh - BAIK

Andrian Adies

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Jalan Kawan

18 Desember 2019   17:12 Diperbarui: 18 Desember 2019   17:31 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berteman dengan dia sejak SD dan mulai akrab dengan persahabatan kami waktu kami masuk SMP. Diwaktu itu setiap hari aku berboncengan dengan sahabatku ini, setiap hari sampai-sampai aku lulus. 

Dan setelah pulang dari sekolah aku dan sahabatku langsung bermain dan mencari sarang burung dihutan, sarang burung itu nanti kami ambil jadi burung yang kami ambil itu burung yang ingin tumbuh dewasa tetapi belum bisa terbang makanya saya ambil dengan sahabatku sebelum dia bisa terbang. 

Lalu kami ambillah sarang burung itu dan burungnya untuk kami pelihara. Tidak cuma itu kami sering berbuat apa-apa itu pasti bareng seperti sepakbola, volly, makan, cari burung bareng sampai kami cari rumput pun bareng.

Dan setelah sahabatku ini lulus SMP ia memilih bekerja karena orang tuanya tidak mau untuk menyekolahkan lagi. Sahabatku ini bekerja kurang atau lebih satu tahun sampai-sampai ia sakit. Pertama-tama sakitnya itu tidak apa-apa, tetapi seiring berjalannya waktu kondisinya semakin parah. 

Ia sering bolak-balik dirawat dirumah sakit mungkin tidak hanya satu rumah sakit bahkan banyak dari beberapa rumah sakit yang menangani sahabatku. Aku dan kawan-kawanku yang lainnya datang menjenguk zahabatku di rumah sakit. 

Sampai disana kami menanyakan bagaimana kondisi kamu kawan apa kamu sudah baik-baik saja, zahabatku ini menjawab aku tidak apa-apa kok. Dalam keadaan masih dirumah sakit aku dan kawan-kawanku mengobrol tidak terasa sampai malam aku aku dan menyetujui untuk menginap dirumah dan pulang diwaktu fajar.

Tambah hari dan bertambahnya waktu sahabatku ini badannya semakin melemah, maka dari itu sahabatku ini dibawa lagi ke-rumah sakit, sampai-sampai rumah sakitnya jauh diluar kota, karena rumah sakit terdekat perelatannya belum tercukupi atau belum memadai. Sebenarnya dalam hati aku ingin menjenguk kembali sahabatku ini, tapi karena posisi rumah sakit berada diluar kota aku tidak diizinkan pergi menjenguk oleh keluargaku. 

Setelah beberapa harisahabatku masih dirumah sakit dan aku masih bahwa hari adalah hari kamis malam aku tidur dirumah. Aku kaget apa yang terjadi ketika qamat sholat subuh atau pada saat itu hari Jum'at pagi aku mendengar sahabatku telah tiada ia dipanggil yang maha kuasa dengan keadaan aku masih tidak kok secepat itu sahabatku pergi. 

Setelah kejadian yang tidak mengenakan tersebut aku lalu mengambil air wudhu dulu dan sholat subuh, dan setelah selesai dari sholat subuh aku menghampiri temanku untuk memastikan bahwa sahabatku ini atau teman kami ini telah tiada beneran atau tidak. Lagi-lagi temanku yang satu ini juga tidak percaya bahwa kalau sahabatku ini telah tiada. 

Pada hari itu setelah aku pastikan engkau benar-benar telah tiada, engkau masih meninggalkan begitu banyak kenangan didunia ini. Aku menghampiri rumah sahabatku ini yang telah tiada disana sudah banyak orang yang berdatangan pada rumahnya sahabatku tersebut. Aku sesampainya disana dipeluk oleh neneknya yang sangat menyukai cucunya ini sambil menangis merangkulku. 

Tidak butuh waktu lama aku bertanya kepada kedua orangtuanya aku boleh melihat wajah terakhir sahabatku ini pak, kedua orangtuanya menjawab iya boleh Silahkan. 

Aku sempat deg-degan untuk membuka kain kafannya tapi tidak apa ini sahabatku sendiri aku langsung membuka kain kafannya dan setelah itu apa yang terjadi aku tidak kuat menahan tangis dari kepergian sahabatku ini yang setiap hari bersamaku namun engkau malah pulang terlebih dulu.

Dan karena engkau sahabatku yang satu kali lagi selalu bersama-sama aku mengelus-elus rambut dari sahabatku tersebut sambil mendoakan semoga engkau masuk syurga yaa kawan selamat jalan. Aamiin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun