Mohon tunggu...
Andri Satria
Andri Satria Mohon Tunggu... Sekretaris - Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman di Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu dan Perindustrian (DPMPTP)

Dibesarkan di ibukota Propinsi Sumatera Barat, kota Padang. Pendidikan Strata 1 ditempuh di universitas tertua di luar Pulau Jawa, Universitas Andalas Padang dan lulus tahun 1991. Kemudian mengabdi sebagai PNS di Kabupaten Padang Pariaman (Sumbar) mulai tahun 2005. Mendapat tugas belajar ke Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik (MPKP) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) pada tahun 2008.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ramadhan-ku Waktu Kecil

18 Agustus 2011   07:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:40 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seingatku, aku mulai dikenalkan berpuasa oleh orang tua sejak umur 4 tahun. Setiap sahur, berbuka dan sholat Taraweh aku selalu diikutkan. Walau sebenarnya aku tidak tahu untuk apa sahur, berbuka dan Taraweh. Yang aku ingat, aku senang dan bahagia mengikuti setiap aktivitas tersebut karena waktu itulah kebersamaan itu terasa. Orang ramai-ramai makan bersama setiap pagi sebelum Shubuh dan Maghrib. Di luar bulan puasa mana ada acara makan-makan bersama kecuali kalau ada acara baralek (pernikahan).

Kalau Taraweh, aku selalu diajak oleh nenek. Jarak masjid dari rumah tidak begitu jauh, kira-kira 100 meter. Aku selalu dikenakan pakaian muslim laki-laki atau sekarang dikenal dengan baju koko. Jemaah masjid gemas melihatku rajin menemani nenek ke masjid untuk Taraweh apalagi dengan menggunakan pakaian taqwa dan kopiah hitam. Pada saat anak-anak kecil sibuk bergelut di pelataran masjid ketika orang sholat aku lebih suka mengikuti bapak-bapak sholat Isya, mendengarkan ceramah Ramadan dan Taraweh berjamaah, walau terkadang lebih sering keletihan karena jumlah rakaatnya 23.

Beranjak umur 7 ketika masuk SD, aku sudah mulai ditegaskan oleh orang tua untuk berpuasa 1 hari penuh tidak setengah hari seperti sebelum-sebelumnya. Karena sudah didik sejak umur 4 tahun aku tidak merasa berat melaksanakan puasa 1 hari penuh. Bahkan, yang aku ingat adalah puasa berarti sering makan bersama, sholat berjamaah di masjid, dapat baju baru dan sepatu baru di akhir Ramadhan serta banyak makanan enak-enak saat Lebaran.

Sebagai anak-anak di kota Padang, kami punya tradisi menambang yaitu silaturahim ke rumah-rumah tetangga baik yang dikenal maupun yang tidak sambil mengharapkan si empunya rumah memberi kami uang THR atau uang tambangan. Setelah puas berkeliling dalam rangka menambang maka kami akan membelanjakan uang tersebut mainan anak-anak. Mainan favoritku waktu kecil adalah senjata mainan baik yang berisi air, butiran peluru maupun sekedar hanya berbunyi ketika ditarik pelatuknya.

Bagiku, Ramadhan adalah bulan kesenangan, kebersamaa dan berakhir dengan kebahagiaan.

[Telkomsel Ramadhanku]


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun