Mohon tunggu...
Andri Oktovianus Pellondou
Andri Oktovianus Pellondou Mohon Tunggu... Dosen - Saya senang dunia Filsafat, Sains, dan ilmu Sosial

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Refleksi Filosofis: Allah dan Dosa

11 November 2023   21:08 Diperbarui: 11 November 2023   21:31 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seseorang membunuh sesamanya manusia maka orang itu dikatakan berdosa karena merampas hak hidup orang lain. Ketika seseorang mengambil barang milik orang lain maka orang tersebut dikatakan berdosa karena telah mencuri. Kepada siapa orang tersebut berdosa?
Setiap manusia berdosa kepada Allah. 

Manusia berdosa kepada Allah karena melanggar hukum yang ditetapkan Allah. Walau pun beberapa ayat dalam Perjanjian Lama terkesan membedakan antara berdosa kepada Allah dan sesama, tetapi maksud dari berdosa kepada sesama adalah tindakan yang ditujukan langsung kepada sesama dan tindakan itu merugikan sesama. Sedangkan yan dimaksudkan berdosa kepada Allah adalah tindakan atau sikap manusia yang ditujukan langsung kepada Allah untuk melawan Allah.

Walau pun ada perbedaan demikian dalam Perjanjian Lama, namun kedua sikap tersebut merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah sehingga bisa dikatakan bahwa berdosa kepada sesama juga merupakan berdosa kepada Allah walau pun tidak ditujukan langsung kepada Allah.

Tetapi bagaimana dengan Allah? Apakah Allah juga bisa berdosa? Jawabannya jelas tidak. Lalu bagaimana menjelaskan tindakan-tindakan Allah yang membunuh manusia melalui bencana alam, perang, sakit penyakit, dan lainnya? Bagaimana menjelaskan tindakan Allah saat Dia mengambil orang-orang terdekat kita? Apakah benar Allah membunuh? Apakah benar Allah telah merampas hak milik kita? Kalau benar demikian maka apakah Dia pantas disebut Allah?

Benar Allah membunuh tapi Dia tidak berdosa karena nyawa setiap orang adalah pemberianNya. Dia mengambil hak hidup kita karena hak hidup kita adalah pemberianNya dan Dia berhak atas itu. Allah mengambil kepunyaan kita tetapi Dia tidak berdosa karena yang diambilnya adalah milik kepunyaanNya sendiri. Dia yang memberi maka Dia berhak mengambilnya kembali.

Apa pun yang Allah lakukan bukanlah dosa, karena kepada siapa Allah berdosa? Tak ada lagi otoritas di luar dan di atas Allah. Allahlah yang tertinggi. Tak ada hukum di luar atau di atas Allah, dan tak ada ide atau gagasan di luar dan di atas Allah karena Allah yang kita sembah tidaklah sama dengan demiurgenya Plato yang tunduk pada dunia ide.

Tak ada dunia ide di luar dan di atas Allah. Ide-ide dasar dan hukum adalah natur Allah. Kebaikan adalah sifat dari Allah yang Maha Baik. Keadilan adalah sifat dari Allah yang Maha Adil. Kesucian adalah sifat dari Allah yang Maha Suci. Kasih adalah sifat dari Allah yang Maha Kasih.

Maka siapakah manusia sehingga mau menjudge Allah sebagai berdosa? Apakah karena dunia ini penuh dengan dosa dan kejahatan maka itu membuktikan ketiadaan Allah? Bukankah membuktikan ketiadaan Allah dengan menunjukan kenyataan dunia yang penuh dosa dan kejahatan mengasumsikan harapan akan Allah yang sempurna dan tak berdosa?

Dari mana datangnya harapan itu? Mengapa kaum Atheis berharap seperti itu? Kalau Allah tak ada maka nothing. Impian ideal manusia mengenai Allah yang sempurna pun tak bisa dibayangkan. Dari mana ide dasar mengenai kesempurnaan itu ada di pikiran manusia kalau kesempurnaan itu tidak benar benar ada?

Apakah melalui pengalaman empiris? Bukankah pengalaman empiris manusia tak pernah menangkap kesempurnaan? Bukankah pengalaman indrawi kita setiap detik hanya menangkap kekurangan dan ketidaksempurnaan? Dari mana kita mengetahui batas kesempurnaan sehingga kita bisa mengatakan dunia ini tak sempurna? Apakah kita bisa mengindra kesempurnaan? Apakah kita bisa mengindra kemahakuasaan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun