Mohon tunggu...
Andri Oktovianus Pellondou
Andri Oktovianus Pellondou Mohon Tunggu... Dosen - Saya senang dunia Filsafat, Sains, dan ilmu Sosial

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menalar Postingan Joas Adiprasetya

31 Juli 2023   18:45 Diperbarui: 1 Agustus 2023   10:47 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam postingannya, Joas Adiprasetya mengkomentari kebiasaan orang Protestan menyebut Yesus sebagai 100 persen Allah dan 100 persen manusia. Joas menulis di awal postingan bahwa dia memahami maksud penggunaan 100 persen adalah untuk merujuk pada kesejatian dua tabiat Yesus, yaitu benar Yesus itu sungguh Allah sejati dan manusia sejati.

Pada awal postingannya, belum ada masalah, tetapi kemudian dia berkomentar lebih lanjut bahwa mengkuantifikasi rumusan iman sangat tidak dianjurkan karena akan sangat mengacaukan tata bahasa iman. Di awal postingannya pembaca mungkin masih bertanya tanya apa sih definisi kuantifikasi menurut Joas? Apakah dia menggunakan kuantifikasi dalam definisi yang sudah biasa kita pahami ataukah dia memaknainya lain?

 Jikalau kita membaca keseluruhan postingannya, jelas yang dia maksudkan dengan kuantifikasi adalah pengertian matematis yaitu pernyataan jumlah satuan dalam angka. Dalam postingannya, dia menulis demikian, "....padahal bahasa-bahasa kredal-konsiliar menyediakan kosakata dan tatabahasa iman yang harus kita pergunakan dan tidak kita ganti dengan kosakata yang matematis. Jadi ribet nanti. Misalnya, 100% itu 100/100 yang hasilnya = 1.".

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Joas Adiprasteya telah melakukan equivokasi fallacy dan strawman fallacy. Di awal Joas menulis bahwa dia paham maksud orang protestan menggunakan konsep itu untuk menunjukan kesejatian kedua tabiat Yesus, tetapi anehnya kemudian Joas mengkritik dan menulis bahwa itu merupakan tindakan mengkuantifikasi iman. 

Joas Adiprasetya melakukan sesat pikir equivokasi karena dia menggunakan konsep 100 persen dengan makna yang berbeda dengan maksud orang protestan. Kemudian dia melakukan sesat pikir strawman karena melebih lebihkan maksud orang protestan dalam meggunakan konsep 100 persen. 

Orang-orang protestan menggunakan konsep itu tidak dalam pengertian matematis seperti yang dipahami Joas yaitu 100/100 tetapi orang-orang Protestan menggunakannya dengan makna kesejatian. Maka kesimpulannya, kritikan Joas Adiprasetya tidak relevan. Kritikan Joas salah sasaran. Yang dia serang adalah prasangkanya sendiri mengenai kebiasaan orang protestan menggunakan konsep itu.

Dalam banyak diskusi teologis, saya sering menemukan kesesatan berpikir equivokasi dan strawman karena tidak memahami definisi lawan diskusi. Misalkan diskusi mengenai 1+1=2. Ada yang menentang dengan alasan bahwa kebenaran itu relatif. Kita bilang 1+1=2 lalu kemudian mereka membantah kita dengan merujuk pada kisah penyatuan Adam dan Hawa di taman Eden. 

Dalam Kejadian dikatakan tentang Adam dan Hawa bahwa keduanya menjadi satu.  Mereka beragumen bahwa kisah Adam dan Hawa membuktikan bahwa 1+1=1. Hal yang tidak kuantitatif dibuat seolah olah kuantitatif. Padahal maksud Alkitab bukan merujuk ke penjumlahan Adam dan Hawa tetapi merujuk ke kesatuan hidup mereka sebagai suami istri.

Dari kasus-kasus ini, seharusnya kita belajar bahwa definisi itu sangat penting. Dalam setiap diskusi mau pun tulisan apa pun harus dimulai dengan definisi konsep. Apalagi saat mau mengkritik pandangan orang lain, harus pahami dulu definisi konsep yang mereka gunakan agar kritikan kita tidak salah sasaran.

Postingan lengkap Joas Adiprasetya bisa dilihat di link di bawah ini:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10110200453571080&id=936546&mibextid=Nif5oz

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun