Mohon tunggu...
Andri Oktovianus Pellondou
Andri Oktovianus Pellondou Mohon Tunggu... Dosen - Saya senang dunia Filsafat, Sains, dan ilmu Sosial

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Logika, Kasih, dan Iman

1 Mei 2023   17:54 Diperbarui: 1 Mei 2023   17:56 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filipi 1:9, "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, "

Kalau ayat ini dipahami dengan baik, menjadi jelas bahwa pengetahuan merupakan prakondisi dari kasih. Bagaimana kita bisa mengasihi Allah jikalau kita tidak memiliki pengetahuan mengenai Allah? Bagaimana kita bisa mengasihi Bapa dan Yesus Kristus jikalau kita tidak mengenal mereka? 

Dalam Yohanes 17:7-8 berbunyi, "Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Lalu di Yohanes 17:26 di lanjutkan bahwa, .."dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." 

Kedua ayat ini jelas-jelas menegaskan bahwa pengetahuan/pengertian/pemahaman mengenai Allah merupakan prakondisi dari Kasih dan kepercayaan kepada Allah. Kasih dan kepercayaan kepada Allah yang benar menyebabkan kita mengasihi diri sendiri dan sesama seperti diri sendiri. Pengetahuan akan Allah membuat kita mengenal diri kita. Ketika kita memandang Allah yang Mahakudus, kita menyadari betapa besarnya dosa dan keterbatasan kita dan pengetahuan kita tentang Allah membuat kita menyadari bahwa kita membutuhkan Allah untuk menyelamatkan kita dan menguduskan kita. 

Jikalau pengetahuan akan Allah merupakan prakondisi dari kasih dan kepercayaan kita kepada Allah, maka benar yang dikatakan oleh seorang penggiat Logika, Kuru Ma, bahwa hukum-hukum logika merupakan prakondisi dari semua itu. Pandangan ini merupakan implikasi yang Kuru Ma tarik dari pandangan Gordon Haddon Clark dan menurut saya ini merupakan sebuah kesimpulan yang tak terhindarkan dari pandangan Clark yang juga merupakan kesimpulan tak terhindarkan dari Alkitab itu sendiri. Jikalau hukum logika tidak berlaku maka setiap huruf, tanda baca, kata, frase, ayat dan pasal dari Alkitab bisa berarti apa saja atau lebih tepatnya tidak berarti apa apa. Itu hanya coretan coretan tanpa arti. Bahkan kata coretan pun tak berarti apa apa maka kesimpulannya nothing. 

Contohnya untuk memahami proposisi, "Yesus adalah Tuhan" maka setiap kata dalam pernyataan itu harus bermakna. Hukum ldentitas berbunyi A harus berimplikasi A dalam waktu dan pengertian yang sama. Lalu hukum non kontradiksi menyatakan bahwa tidak mungkin A adalah A dan bukan A dalam waktu dan pengertian yang sama. Contoh Yesus yang dimaksudkan dalam proposisi itu tidak bisa berarti apa saja tetapi harus memiliki rujukan yang jelas atau makna yang jelas agar proposisi itu menjadi bermakna dan dapat dipahami. Yesus adalah Tuhan tidak mungkin sama dengan Yesus Barabas yang dibebaskan dari penjara. Kata Yesus tak berarti apa saja, begitu juga kata adalah, dan kata Tuhan. Hal ini menunjukan bahwa Logika (hukum hukum berpikir) merupakan prakondisi dari pemahaman/pengetahuan termasuk pengetahuan mengenai Allah.  

Sumber pengetahuan kita mengenai Allah yang sejati hanya dari Alkitab, tetapi setiap kata dan kalimat dalam Alkitab hanya bisa dipahami karena adanya hukum-hukum logika yang sudah Allah tanamkan dalam diri kita. Alkitab mengasumsikan hukum-hukum logika. 

Bahkan Allah sendiri memperkenalkan diriNya kepada Musa dengan pernyataan, "Aku adalah Aku". Artinya Allah berimplikasi Allah. Hukum-hukum logika itu merupakan natur/sifat Allah yang diturunkan kepada manusia saat penciptaan. Allah itu logis sehingga manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Dia pun diberikan hukum-hukum logika dalam dirinya.

Jadi sebagai orang Kristen, kita tidak boleh bersikap anti terhadap logika. Logika dan kasih bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Begitu juga logika dan iman. Allah menuliskan hukum itu di pikiran manusia agar manusia menjadi serupa denganNya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun