"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"(Matius 3:2).
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24).
Begitu juga sebaliknya, berkhotbah mengenai keadilan Allah tanpa melihat hubungannya dengan Kasih Allah juga berbahaya. Para pendengar akan menghukum dirinya dalam rasa bersalah dan tak memiliki harapan untuk bangkit. Mungkin mereka hanya menyesali dosa mereka tetapi tidak sampai kepada pertobatan. Contohnya Yudas Iskariot yang menyesali dosanya karena sudah menjual Yesus tetapi dia tidak memberikan kesempatan pada dirinya untuk bertobat tetapi justru mengakhiri hidupnya.
Jadi khotbah mengenai Kasih Allah tak boleh dikepaskan dari konteks keadilan Allah, begitu juga khotbah mengenai keadilan Allah tak boleh dilepaskan dari konteks Kasih Allah agar ada jaminan, harapan, dan ucapan syukur dari para pendengar, sehingga para pendengar mencapai keseimbangan. Supaya pendengar khotbah tidak bereforia berlebihan dgn kasih Allah lalu kemudian tidak berempati berlebihan pada diri sendiri (menjadi egois) dan mengabaikan hukuman Allah dan orang lain. Dan juga sebaliknya, tidak menghukum diri sendiri seolah olah tak ada pengampunan dan harapan untuk bangkit.
Daftar Referensi
Thong, Stephen. 1995. Arsitek Jiwa II. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H