Penulis: Andri O. Pellondou
Di hari Reformasi ini, saya mau mengajak kita merenungkan pernyataan menarik dari Francis A. Schaeffer (baca buku Francis A. Schaegffer berjudul  The God Who is There). Francis A. Schaeffer menyatakan bahwa kekristenan di bangun di atas dasar presuposisi anti tesis. Yesus adalah satu satunya jalan keselamatan merupakan antitesis dari Yesus bukan satu satunya jalan keselamatan. Allah Tritunggal merupakan antitesis terhadap tesis bahwa Allah itu bukan Tritunggal. Apa yang di katakan Schaeffer ini menarik sekali.Â
Sejalan dengan itu, Ravi Zakharias juga pernah mengatakan kepada Lee Strobel dalam wawancara ekslusif Lee strobel dengan Ravi Zakharias, bahwa kebenaran itu ekslusif yaitu ekslusif dari ketidakbenaran (baca buku Lee Strobel berjudul Investigasi Kebenaran Kristen). Ini juga merupakan antitesis. Kebenaran merupakan antitesis terhadap ketidakbenaran. Â Kebenaran Alkitab merupakan antitesis terhadap klaim klaim kebenaran yang beroposisi dengan Alkitab.
Marthin Luther menyadari bahwa hanya ada satu standar kebenaran yang merupakan antitesis terhadap klaim klaim standar yang lain. Apakah Alkitab ataukah bukan Alkitab? Penegasan Marthin Luther yang dikenal dengan Sola Scriptura menjadi antitesis terhadap tesis gereja pada waktu itu yang menempatkan Alkitab dan Tradisi secara sejajar. Manurut Luther, Alkitab haruslah di atas tradisi untuk menilai tradisi. Kemudian Sola Fide yang artinya keselamatan hanya oleh Iman menjadi antitesis terhadap tesis bahwa keselamatan itu karena perbuatan baik dan kesalehan manusia. Lalu Sola Gracia yang artinya oleh karena anugerah menjadi antitesis terhadap tesis bahwa keselamatan itu bukan pemberian Allah secara cuma cuma tapi karena usaha manusia. Karena berdiri di atas antitesis anti tesis inilah maka Marthin Luther kemudian dianggap sebagai musuh sehingga akhirnya dikucilkan dari gereja.
Bukan hanya Marthin Luther yang mengalami penolakan, tetapi pada masa Yesus, Yesus pun dianggap sebagai musuh oleh pemimpin pemimpin agama Yahudi pada waktu itu karena Yesus datang dengan berbagai antitesis. Bahkan dengan pernyataan-Nya bahwa Dia sudah berada dari sejak kekal, itu menjadi antitesis terhadap tesis pandangan orang-orang Yahudi yang menganggap Yesus cuma manusia biasa.
Rasul-rasul juga mengalami hal yang sama karena berdiri di atas presuposisi yang benar. Dalam Galatia 4:16, Rasul Paulus berkata, "Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?" Berdiri di atas kebenaran selalu beresiko dan salah satu resikonya adalah dimusuhi banyak orang. Hal itu karena kebenaran mempresuposisikan antitesis. Jikalau tak ada antitesis maka apa bedanya kebenaran dengan ketidakbenaran?Â
Jikalau semua orang berpegang pada kebenaran maka tak ada persoalan namun karena setiap orang memiliki klaim klaim kebenaran yang saling berkontradiksi maka yang satu selalu menjadi antitesis bagi yang lain. Antitesis merupakan prakondisi yang tak terhindarkan dalam kemajemukan pandangan yang saling berkontradiksi.Â
Pertanyaannya, apakah gereja berani mengemukakan posisi imannya secara jelas dan terang benderang dalam terang Firman Tuhan??Ataukah gereja takut mengambil resiko itu? Marilah belajar dari Marthin Luther yang berani mengambil resiko demi menegakan Kebenaran. Selamat memperingati hari Reformasi Gereja kee 505.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H