Mohon tunggu...
Andri Oktovianus Pellondou
Andri Oktovianus Pellondou Mohon Tunggu... Dosen - Saya senang dunia Filsafat, Sains, dan ilmu Sosial

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Buruh dan Hari Sabat

1 Mei 2022   18:59 Diperbarui: 1 Mei 2022   19:27 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, hari buruh bertepatan dengan dengan hari sabat yaitu hari untuk kita beristirahat dan menikmati Tuhan dalam ibadah dan pelayanan kita. Ini bukan momen yang kebetulan karena tak ada yang namanya kebetulan.

Pada moment ini, saya teringat bahwa saya pernah bekerja sebagai buruh pada sebuah perusahaan batik besar di Bali, tepatnya di Ubud,  yang mana produk produknya sering dieksport ke Hawai. Perusahaan itu menerapkan kerja dari hari senin hingga minggu, dari jam 07. 30 sampai jam 05 sore, sehingga itu berarti tak ada istirahat pada hari minggu.

Di perusahaan batik itu semuanya beragama non kristen dan hanya dua orang kristen yaitu saya sama teman, namanya Gede. Saya sama Gede sudah komitmen sejak awal bahwa setiap hari minggu kami harus izin untuk mengikuti ibadah dan pelayanan. Kami berdoa dan memberanikan diri meminta izin sama pimpinan perusahaan dan puji Tuhan, kami diizinkan ke gereja dan bahkan dipinjamkan sebuah kendaraan motor. Bahkan hal yang mengejutkan yaitu setiap bulan gaji kami tidak dipotong. Kami menerima gaji sama dengan teman2 yang bekerja hingga hari minggu.

Tapi di saat mengenang kisah ini, saya juga teringat sebuah kisah yang sangat miris di kampung halaman saya di Kupang.  Saya pernah bincang-bincang sama beberapa karyawan kristen yang bekerja di toko. Mereka tak pernah diizinkan untuk pergi beribadah. Bahkan hari minggu pun mereka masih bekerja dari pagi sampai jam 9 malam. Pada hari natal toko dibuka sampai jam 12 malam baru ditutup, sehingga mereka tak punya kesempatan berkumpul dan beribadah bersama keluarga.

Mengenang kedua kisah inj, saya jadi teringat kritik Karl Marx terhadap kapitalisme. Karl Marx menggunakan istilah Alienasi untuk menjelaskan keadaan atau kondisi kaum proletar/buruh. Menurut Marx, kaum buruh teralienasi (terasing) dari produk atau hasil kerja mereka. Mereka menghasilkan produk produk yang secara kuantiti bernilai tinggi, tetapi mereka sendiri tak pernah bisa menikmatinya karena gaji mereka tak cukup untuk membelinya dan pada akhirnya mereka teralienasi dari hakikat mereka sebagai manusia yang bebas, berharkat, dan bermartabat.

Kalau konsep Alienasi Marx diperluas maka beta juga melihat beberapa karyawan toko yang beta ceritakan di atas juga mengalami alienasi diri. Mereka teralienasi dari waktu untuk berekreasi dan berkumpul bersama keluarga. Tapi yang paling menyedihkan yaitu mereka teralienasi dari kesempatan mereka untuk beribadah kepada Tuhan.

Itulah kenyataan dunia kerja sekuler saat ini. Tak semua perusahaan toleran terhadap orang-orang Kristen. Ada yang toleran namun ada yang tidak. Lalu bagaimana sikap kita sebagai orang Kristen? Apakah kita komit untuk menguduskan hari sabat tanpa harus mengorbankan pekerjaan kita?? Ataukah kita mengorbankan Tuhan demi pekerjaan kita?

SELAMAT HARI MINGGU & SELAMAT MERAYAKAN HARI BURUH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun