Pagi berikutnya, Irwan bangun lebih pagi dari biasanya. Ia memutuskan untuk mencoba peruntungan di daerah yang lebih ramai dengan harapan bisa mendapatkan lebih banyak penumpang.Â
Dengan tekad yang kuat, ia mengayuh motornya menuju pusat kota. Perjalanan panjang dan melelahkan, namun ia berhasil mendapatkan beberapa pesanan.
Di tengah hiruk pikuk Jakarta, ia melihat sekelompok pekerja kantoran yang tampak sibuk dengan aktivitas mereka.Â
Sekali lagi, Irwan kembali merenung, membayangkan bagaimana rasanya bekerja di dalam gedung megah dengan pendingin ruangan yang nyaman.Â
Irwan segera menyadari bahwa setiap orang memiliki tantangan masing-masing, dan ia harus bersyukur dengan apa yang dimilikinya.
Sementara itu, di rumah Wati berusaha menjual lebih banyak gorengan. Ia mencoba berinovasi dengan membuat variasi baru untuk menarik lebih banyak pembeli.
Di sela-sela kesibukannya, ia juga mengajarkan Andi membaca dan menulis. Ia tahu bahwa pendidikan adalah kunci untuk keluar dari kemiskinan yang mereka alami.
Hari itu Irwan berhasil mengumpulkan cukup uang untuk membayar uang keamanan. Meskipun lelah, ia pulang dengan perasaan lega.Â
Wati menyambutnya dengan wajah cerah, dan mereka berdua merasa optimis untuk menghadapi hari-hari berikutnya.
Malam itu, setelah anak-anak tertidur, Irwan dan Wati berbicara tentang mimpi-mimpi mereka. Mereka ingin memberikan kehidupan yang lebih baik untuk anak-anak mereka, meskipun mereka tahu bahwa jalan yang harus dilalui tidaklah mudah.
"Kita harus terus berjuang," kata Irwan dengan suara mantap. "Untuk Andi dan Siti."