Sementara itu, di rumah Wati harus menghadapi tantangan tersendiri. Seorang petugas keamanan lingkungan datang dan menagih uang keamanan yang bulan ini belum sempat mereka bayar.Â
Wati menjelaskan bahwa mereka belum memiliki uang karena penghasilan bulan ini sangat kecil, tetapi petugas tersebut tetap menuntut.Â
Wati merasa frustasi, namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain mencoba menjual lebih banyak gorengan.
Waktu berlalu, dan siang hari tiba. Irwan sudah mengantar beberapa penumpang, namun hasilnya masih jauh dari cukup.Â
Tidak lama berselang Irwan singgah di sebuah warung untuk membeli sebotol air dan sepotong roti, satu-satunya makanan yang bisa ia beli hari itu.Â
Irwan merenung sejenak, memikirkan masa depan keluarganya. Pendidikan Andi dan Siti menjadi kekhawatiran utamanya. Ia ingin anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang baik, namun biaya sekolah semakin hari semakin mahal.
Ketika malam menjelang, Irwan kembali ke rumah dengan sisa-sisa tenaga. Wati menyambutnya dengan senyum meskipun kelelahan juga terlihat di wajahnya.Â
Mereka berbagi cerita tentang hari mereka masing-masing. Anak-anak sudah tertidur, kelelahan setelah bermain seharian.Â
Di ruang tamu yang sempit itu, mereka berdua duduk bersandar di dinding, merasakan kehangatan kebersamaan yang sederhana.
"Besok kita harus bayar uang keamanan," kata Wati dengan suara pelan.
Irwan hanya mengangguk, memikirkan bagaimana ia bisa mendapatkan uang tersebut. Mereka berdua tahu bahwa hidup di Jakarta bukanlah hal yang mudah, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka harus bertahan demi masa depan anak-anak mereka.