Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Hati Mulia Malaikat Kecil

3 Juni 2024   19:00 Diperbarui: 3 Juni 2024   19:03 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perjuangan anak kecil di jalanan (sumber: rmolsumut.id)

Di sebuah desa kecil yang terhampar di lereng gunung, hiduplah seorang anak kecil bernama Dika bersama kedua orangtuanya, Bapak Joko dan Ibu Maya. Mereka hidup sederhana dari hasil bertani di ladang milik tetangga. 

Kebahagiaan mereka terganggu ketika Bapak Joko mengalami kecelakaan parah yang membuatnya lumpuh dan tidak bisa bekerja lagi. Ibu Maya juga terkena penyakit yang membuatnya kesulitan bergerak.

Dika yang baru berusia 10 tahun, merasa terpanggil untuk mengambil peran sebagai tulang punggung keluarga. 

Setiap hari, sebelum matahari terbit, Dika sudah bersiap-siap pergi ke ladang untuk bekerja. 

Dia belajar cara bertani dari Bapak Joko sejak usia muda, dan sekarang dia harus menggunakan pengetahuan itu untuk menghidupi keluarganya. Meski masih kecil, Dika memiliki semangat dan keteguhan yang luar biasa. 

Dia tahu bahwa tanaman di ladang adalah satu-satunya harapan keluarganya untuk bertahan hidup. Dengan tekun dan gigih, Dika mengolah tanah, menanam bibit, dan merawat tanaman sepanjang hari. 

Kadang-kadang, dia juga harus mengurus Bapak Joko dan Ibu Maya ketika mereka membutuhkan bantuan.

Perjuangan Dika tidaklah mudah. Musim kemarau yang panjang membuat tanah menjadi kering dan sulit untuk ditanami. 

Dika harus mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Dia berkeliling desa, meminta bantuan kepada tetangga, dan belajar teknik penyiraman yang efektif. Meskipun beberapa kali gagal, Dika tidak pernah menyerah.

Suatu hari ketika tanaman mereka hampir mati karena kekeringan, Dika mendengar tentang sumur tua yang tersembunyi di hutan. Tanpa ragu, dia mengambil sekop dan berangkat ke hutan untuk mencari sumur tersebut.

Setelah berhari-hari mencari, Dika akhirnya menemukannya. Dia pun kembali ke ladang dengan membawa air dari sumur tersebut dan menyelamatkan tanaman keluarganya.

Dika juga belajar menjual hasil panen mereka di pasar. Meski awalnya ragu dan takut, dengan bantuan beberapa tetangga, dia mulai memasarkan hasil panen keluarganya. Hasilnya, mereka berhasil mendapatkan uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan biaya pengobatan untuk Bapak Joko dan Ibu Maya.

Hidup dalam keterbatasan, Dika dan keluarganya dikenal sebagai keluarga yang tidak pernah kehilangan harapan. 

Mereka saling mendukung dan menguatkan satu sama lain di tengah badai kehidupan. Dika belajar banyak hal tentang kekuatan keluarga, ketahanan, dan ketulusan dalam menghadapi cobaan.

Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Dika kembali ke rumah dengan hati yang penuh rasa syukur. Meski perjalanan mereka masih panjang, mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka dapat menghadapi segala rintangan yang menghadang. 

Dika, si matahari kecil di tengah badai, telah menjadi pilar kekuatan bagi keluarganya, membuktikan bahwa kekuatan sejati terletak dalam tekad dan keberanian untuk berjuang demi orang-orang yang kita cintai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun