Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Petani Kecil untuk Negeri Seluas Nusantara

12 Mei 2024   19:33 Diperbarui: 12 Mei 2024   19:46 3005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret seorang petani desa (sumber:muhammadiyah.or.id)

Di pedalaman desa kecil, terhampar sawah hijau yang menghiasi langit dengan keindahannya. Di sinilah Pak Budi, seorang petani tua memulai hari-harinya dengan langkah yang ringan meski beban yang ia pikul begitu berat.

Pagi itu matahari bersinar terang, memancarkan sinarnya yang hangat di atas sawah. Pak Budi berjongkok di antara tanaman padi yang memenuhi lahan miliknya.

Dia merasakan bagaimana tanah yang subur itu membelai tangannya, memberikan harapan akan panen yang melimpah

Dibalik keindahan itu, tersembunyi kisah perjuangan yang tak terhingga. Pak Budi telah merasakan betapa sulitnya menjadi seorang petani di Indonesia. 

Musim kemarau yang panjang, serangan hama yang merajalela, dan harga pupuk yang terus melonjak, menjadi ujian yang harus dihadapi setiap harinya.

Setiap pagi, sebelum matahari menyapa bumi, Pak Budi sudah bersiap di ladangnya. Dia bekerja tanpa lelah, menggarap tanah dengan penuh kegigihan. 

Ada kalanya, hasil yang ia dapatkan tak sebanding dengan jerih payahnya. Ketika musim kemarau datang, sawahnya menjadi gersang, tanaman layu tak berdaya.

Pak Budi tak pernah menyerah. Dia tetap bertahan, mencoba mencari solusi di tengah kesulitan yang menghadang.

 Beliau mencoba teknik pertanian baru, berusaha memanfaatkan air secara efisien, dan melakukan berbagai upaya untuk menghadapi tantangan alam yang datangnya tanpa aba-aba.

Masalah harga pupuk dan benih yang terus melambung membuat Pak Budi semakin tertekan. 

Dia harus memutar otak untuk mencari cara agar tetap bisa bertahan dan memberikan nafkah bagi keluarganya. Kadang-kadang, ia terpaksa menjual hasil panennya dengan harga murah hanya untuk mendapatkan modal untuk menanam kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun