Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Insiden Kepala Berdarah Witan Sulaeman Warnai Kekalahan Timnas Indonesia U23 Lawan Guinea

10 Mei 2024   06:16 Diperbarui: 10 Mei 2024   06:35 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Witan yang diperban usai benturan dengan pemain Guinea (sumber: X/Siaran Bola Live)

Pertandingan antara Indonesia U-23 dan Guinea U-23 di babak playoff Olimpiade 2024 berlangsung di Stade Pierre Pibarot, Clairefontaine, pada Kamis (09/05/2024) malam WIB. 

Pemenang pertandingan ini akan mendapatkan satu tiket tersisa untuk Olimpiade Paris 2024. Gawang Indonesia U-23 kebobolan lebih dulu dalam pertandingan ini karena penalti yang dilakukan oleh Ilaix Moriba.

Tim Indonesia U-23 mampu memberikan tekanan pada pertahanan Guinea, tetapi mengalami kesulitan dalam menciptakan peluang yang jelas di daerah pertahanan lawan. Akhirnya, meskipun berusaha keras, Garuda Muda harus menerima kekalahan dengan skor 0-1.

Nyatanya, meskipun Timnas Indonesia kalah, Witan cs masih sangat mampu memberikan perlawanan yang cukup sengit pada Guinea J2e yang notabene berisi pemain-pemain kelas Eropa.

Timnas Indonesia U-23 kebobolan pada menit ke-28 melalui tendangan penalti yang dieksekusi oleh Ilaix Moriba dari Guinea U-23.

Sebelumnya, Guinea U-23 memperoleh penalti setelah terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh Witan Sulaeman dalam serangan balik yang mengancam. Meskipun Indonesia U-23 mencoba mencetak gol melalui serangan bola mati, upaya mereka digagalkan oleh pertahanan lawan.

Guinea kemudian melakukan serangan balik cepat melalui sisi kiri lapangan. Mereka mendominasi jumlah pemain dengan perbandingan tiga banding dua. Pemain Indonesia yang tersisa tidak mampu mengejar mereka.

Serangan balik Guinea begitu mengancam. Untungnya, situasi serupa tidak terulang lagi. Namun, hal tersebut perlu dievaluasi untuk menghindari kejadian serupa di masa depan.

Sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi kesulitan saat bertanding melawan Guinea U-23 karena dianggap kurang berpostur tubuh atau kurang gempal.

Meskipun beberapa pemain Guinea U-23 memiliki tubuh yang besar, mereka terbukti mudah terjatuh ketika bersaing berebut bola dengan pemain Indonesia U-23.

Keadaan ini membuat Shin Tae-yong frustasi, bahkan sampai memprotes wasit ketika Rafael Struick berusaha merebut bola namun dianggap melakukan pelanggaran terhadap pemain lawan dalam babak pertama.

Ketidakmampuan lawan untuk bertahan tegar bisa menjadi pelajaran berharga bagi tim Merah Putih.

Mereka akan menyadari bahwa sepak bola saat ini tidak hanya tentang keterampilan, taktik, dan organisasi permainan, tetapi juga tentang kemampuan akting untuk mendapatkan simpati dari wasit.

Pertandingan ini diwarnai dengan satu kontroversi besar di babak kedua, terutama pada menit ke-72, saat wasit memberikan penalti kepada Guinea U-23.

Wasit menganggap bahwa Alfeandra Dewangga melakukan pelanggaran terhadap pemain lawan saat berusaha merebut bola dengan tekelnya. Dewangga menyatakan keberatan terhadap keputusan tersebut, karena menurutnya ia telah mencapai bola terlebih dahulu.

Dari tayangan ulang, terlihat bahwa Dewangga memang berhasil menyentuh bola lebih dulu. Namun, sayangnya, Video Assistant Referee (VAR) tidak digunakan dalam pertandingan ini, yang membuat wasit tidak dapat melakukan pengecekan ulang terhadap insiden tersebut.

Ketidakhadiran VAR dalam laga penting seperti ini tentu sangat disayangkan, mengingat bahwa dalam Piala Asia U-23 2024 yang berlangsung sebelumnya, penggunaan VAR dilakukan dengan optimal.

Meskipun Timnas Indonesia U-23 mengalami kekalahan dari Guinea U-23, mereka tetap patut diapresiasi. Terlebih adanya insiden yang kurang mengenakan dialami oleh pemain Garuda Muda Witan Sulaeman yang membuat kepalanya harus menerima beberapa jahitan.

Mereka telah menunjukkan dedikasi maksimal di lapangan, bahkan dalam situasi yang sulit, termasuk saat berlaga di Piala Asia U-23 2024.

Perlu diingat bahwa mereka masih bermain di level kelompok usia, dengan para pemain yang masih sangat muda. Mereka membutuhkan bimbingan dan dukungan, bukan kritik yang keras pada usia mereka saat ini.

Potensi mereka untuk berkembang dan bermain lebih baik di masa depan sangat besar. Penting juga untuk diingat bahwa ini adalah kali pertama Timnas Indonesia U-23 mencapai level kompetisi internasional yang sedemikian tinggi, mencapai posisi empat di Piala Asia U-23 dan bermain di babak playoff Olimpiade, pencapaian yang patut dihargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun