Habitat
Gurita cincin biru (Blue-ringed octopus) hidup di perairan dangkal dan berlumpur di sepanjang pesisir Samudra Hindia dan Pasifik. Mereka lebih suka habitat yang dekat dengan terumbu karang, laguna, estuari, dan lingkungan pesisir lainnya. Di wilayah Indo-Pasifik, mereka dapat ditemukan di beberapa negara seperti Australia, Jepang, Indonesia, Filipina, dan Papua Nugini.
Gurita cincin biru cenderung tinggal di perairan yang dekat dengan garis pantai, tempat mereka dapat bersembunyi di gua-gua kecil, celah batu, dan lubang-lubang lainnya. Mereka menyukai habitat yang memiliki banyak tempat persembunyian karena sifat alami mereka yang pemalu dan berhati-hati.
Tempat-tempat dengan ekosistem terumbu karang adalah rumah bagi banyak gurita cincin biru. Mereka sering terlihat di antara karang-karang dan bongkahan karang, mencari makanan serta mencari perlindungan dari predator.
Gurita cincin biru umumnya menghuni perairan dangkal dengan kedalaman yang bervariasi, meskipun kadang-kadang juga bisa ditemukan di kedalaman yang lebih dalam.
Beberapa spesies gurita cincin biru juga menghuni habitat berpasir atau berbatu, mencari tempat persembunyian di antara pasir atau bebatuan untuk melindungi diri.
Seperti sebagian besar hewan laut, suhu perairan mempengaruhi distribusi dan aktivitas gurita cincin biru. Mereka cenderung tinggal di perairan yang memiliki suhu yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Gurita cincin biru (Blue-ringed octopus) adalah pemangsa yang lihai dan memakan berbagai jenis makanan yang sesuai dengan diet khas gurita. Mereka adalah karnivora, artinya mereka memangsa hewan lain untuk mendapatkan makanan. Makanan utama gurita cincin biru terdiri dari berbagai jenis binatang kecil yang hidup di lingkungan laut tempat mereka tinggal.
Gurita cincin biru menyukai makanan seperti udang, kepiting, dan lobster kecil. Mereka menggunakan tentakel mereka yang panjang dan fleksibel untuk menangkap mangsa ini dengan cepat dan akurat.
Cumi-cumi dan sotong juga merupakan makanan yang umum bagi gurita cincin biru. Mereka menggunakan paruh khusus yang disebut "beak" untuk merobek dan memakan daging dari hewan-hewan ini.
Gurita cincin biru juga memangsa ikan-ikan kecil yang berenang di perairan dangkal. Mereka akan menggunakan tentakel mereka untuk menggapai dan menarik ikan-ikan tersebut ke arah mulut mereka. Beberapa jenis cacing laut dan moluska kecil juga menjadi bagian dari diet gurita cincin biru.
Selain udang, kepiting, dan lobster, gurita cincin biru juga dapat memangsa kerang-kerangan kecil dan krustasea lainnya yang ditemukan di perairan sekitar mereka.
Gurita cincin biru merupakan pemangsa yang cerdik dan gesit dalam berburu mangsa. Mereka mengandalkan kemampuan menyamar dan kecepatan gerakan mereka untuk mendapatkan makanan.Â
Selain itu, mereka juga memiliki sengatan yang mematikan melalui gigitan, yang mereka gunakan untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi diri dari predator. Penting untuk diingat bahwa gurita cincin biru memiliki racun yang sangat berbahaya bagi manusia, dan bertemu dengan mereka di lingkungan laut harus dihindari dan dihormati.
Gurita cincin biru adalah makhluk yang sangat terampil dalam bersembunyi dan menyamar, sehingga sulit untuk ditemukan oleh predator maupun manusia. Mereka menggunakan kemampuan warna khusus untuk berkomunikasi, menunjukkan perasaan, atau memberi peringatan terhadap ancaman.
Racun
Kandungan racun gurita cincin biru sangatlah berbahaya dan termasuk salah satu yang paling mematikan di dunia laut. Meskipun ukurannya kecil dan tampak tidak berbahaya, racun yang dihasilkan oleh kelenjar racunnya sangat kuat dan bisa menyebabkan kematian pada manusia.
Racun utama yang dihasilkan oleh gurita cincin biru adalah tetrodotoxin. Racun ini juga ditemukan pada beberapa spesies ikan buntal dan binatang laut lainnya.Â
Tetrodotoxin sangat toksik dan bisa menyebabkan kelumpuhan otot serta gangguan sistem saraf pusat. Efeknya bisa sangat cepat dan parah, dan sering kali tidak ada obat yang efektif untuk mengatasi efek racun ini.
Gigitan dari gurita cincin biru mungkin tidak terasa sakit atau terlihat parah pada awalnya. Namun, dalam hitungan menit setelah gigitan, korban bisa mengalami kesulitan bernapas, kesulitan berbicara, kelumpuhan otot, dan akhirnya berhenti bernapas. Kematian dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat, bahkan dalam 1 jam setelah gigitan.
Saat ini, belum ada antivenom yang spesifik untuk mengatasi keracunan tetrodotoxin dari gurita cincin biru. Oleh karena itu, pengobatan harus bersifat suportif dan bertujuan untuk menjaga fungsi organ dan sistem tubuh korban sambil membiarkan tubuh secara alami menghilangkan racun dari sistemnya.
Gurita cincin biru adalah hewan yang pemalu dan berhati-hati. Mereka menggunakan kemampuan menyamar dan bersembunyi untuk melindungi diri dari predator dan menghindari ancaman. Seringkali, mereka hanya menunjukkan warna biru terang pada tubuhnya sebagai peringatan ketika merasa terancam.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menghindari gurita cincin biru dan tidak menyentuhnya, apabila menemui satu di lingkungan laut.
Terkena gigitan gurita cincin biru atau dicurigai terpapar racunnya, segera cari bantuan medis secepat mungkin. Pencegahan adalah langkah terbaik untuk menghindari risiko keracunan gurita cincin biru, jadi pastikan untuk tetap berhati-hati dan menghormati makhluk laut yang berpotensi berbahaya ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H