Astronomi merupakan salah satu pelajaran yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan. Hampir semua jenjang pendidikan sudah pernah membahas ilmu astronomi. Tata surya merupakan salah satu bagian dari ilmu astronomi.
Jika ditanya tentang tata surya, sebagian besar dari kita akan membayangkan besarnya luar angkasa dan planet-planet. Hal tersebut tentu tidaklah salah, tata surya memang cabang ilmu astronomi yang membahas tentang segala sesuatu di luar angkasa, sesuatu yang sangat sulit dijangkau dan hanya bisa dibayangkan.
Seperti yang sudah dipelajari ketika duduk dibangku sekolah, dalam tata surya terdapat 8 planet yang sudah kita kenal dan pelajari. Kedelapan planet tersebut adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Neptunus, dan Uranus. Sebelumnya tercatat ada 9 planet dalam tata surya, yaitu planet Pluto.Â
Tata Surya bersama delapan planet lainnya yang terdiri dari Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Pluto yang menjadi planet terjauh. Namun, pada tahun 2006, status Pluto dicabut oleh Persatuan Astronomi Internasional (IAU) dan Pluto diubah statusnya menjadi planet kerdil. Hal tersebut mengakibatkan jumlah planet di Tata Surya berkurang menjadi delapan.Â
Dulu, Pluto pernah dianggap sebagai salah satu planet diPenghapusan Pluto dari sistem tata surya didasari oleh ukuran Pluto yang terlalu kecil. Selain itu ada beberapa hal yang membuat Pluto tidak layak  disebut planet, antara lain,
- Tidak mengorbit pada matahari layaknya planet-planet lain.Â
- Susunan material planet yang berubah-ubah karena puing-puing dari luar angkasa.
- Tidak memiliki satelit alami.
- Pergerakan Pluto yang semakin menjauh dari matahari.
Tidak lama berselang setelah penghapusan Pluto dari tata surya, IAU menemukan sesuatu yang cukup mengejutkan. Tepatnya pada tahun 2008 lAU menemukan puing-puing di luar angkasa yang berukuran 2 kali lebih besar dari planet Yupiter. Puing-puing berukuran raksasa tersebut kemudian diberi nama HAT-P 7b dan Brother Of Yupiter atau saudara Yupiter.
Planet HAT-P-7 b yang diumumkan oleh NASA, mengorbit sekitar bintang tipe F dengan jarak 0,03676 AU. Dengan massa 1,84 kali lipat dari Jupiter dan ukuran sekitar 16 kali lipat dari Bumi, planet ini dapat menyelesaikan satu orbitnya dalam waktu 2,2 hari. Meskipun berjarak 1.000 tahun cahaya dari Bumi, suhu permukaan planet diperkirakan mencapai 1.927 derajat Celcius atau 3.500 derajat Fahrenheit.
Hal menarik dari planet ini adalah adanya cuaca yang terdeteksi di dalam planet. Para peneliti dari Warwick’s Astrophysics Group menemukan adanya badai yang disebabkan oleh angin kencang di permukaan planet. Selain itu, awan di planet ini terbuat dari aluminium oksida atau corondum, mineral yang juga membentuk batu rubi dan safir.
Melihat susunan material dan keadaan pada permukaan planet para ilmuan menilai HAT-P 7b ini dinilai tidak memungkinkan untuk adanya kehidupan. Terlebih angin yang sangat kencang pada permukaan HAT-P 7b dinilai akan membuat siapapun atau mahluk hidup hancur berkeping-keping dan hanya menyisakan debu.Â
Meskipun berukuran besar, hingga kini belum diketahui apa HAT-P 7b memiliki satelit alami layaknya Bumi dan Bulan. HAT-P 7b juga tidak mengorbit pada matahari. Hal tersebutlah yang membuat masih mempertimbangkan untuk memasukan HAT-P 7b dalam tata surya.Â
Misteri luar angkasa mungkin saat ini hanya dipecahkan 1 persen dari 100 persen oleh para ilmuan, sebab 8 planet dalam tata surya merupakan satu kesatuan dalam Galaksi Bima Sakti dan masih ada jutaan galaksi yang belum diketahui manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H