Piala Dunia 2022 Qatar kali ini sedang diserang isu LGBT (kalangan yang memiliki penyimpangan seksual, seperti gay, lesbian, homoseksual dan hetroseksual).
Gelaran Piala Dunia Qatar 2022 tinggal beberapa hari lagi, tepatnya 10 November 2022 mendatang. Berbeda dari Piala Dunia sebelumnya,Penolakan atas golongan LGBT diutarakan oleh Duta Besar Qatar, yang mana ia menyebutkan bahwa homoseksualitas merupakan bentuk kerusakan dalam pikiran.
Disisi lain, Qatar akan tetap tetap menerima semua kalangan termasuk LGBT, namun tetap harus mematuhi beberapa peraturan khusus.
"Qatar akan menerima pengunjung gay, tetapi mereka harus terima aturan kami," ujar Khalid Salman selaku legenda sepakbola Qatar, dikutip dari ZDF, Selasa (08/11/22) lalu.
Seperti yang kita ketahui bahwa isu LGBT sangatlah sensitif jika dibahas, mengingat hal tersebut sangat berhubungan erat dengan sosial budaya dan agama, khususnya agama Islam, dimana dalam muslim sangat anti dan haram dengan LGBT.
Jerman dan Amerika
Pernyataan dari pihak Qatar ini pun mengundang reaksi dunia. Dimana Jerman dan Amerika agaknya menentang pernyataan dan aturan yang dibuat oleh Qatar dengan sangat membatasi pergerakan golongan LGBT.
Melalui Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser ia mengatakan bahwa komentar Salman sangat mengerikan dan mengekang.
"Itu juga alasan mengapa kami berusaha untuk memperbaiki keadaan Qatar di masa depan," ujarnya.
Tidak berhenti disitu, pernyataan Qatar tentang LGBT juga mendapat kritikan dari Amerika Serikat. Melalui Departemen Luar Negeri, Ned Price ia mengatakan bahwa Qatar tampak tidak toleransi akan adanya LGBT.
"Jelas komentar itu sangat memprihatinkan. Saya menduga akan membahasnya secara langsung," ujar Ned.
"Pernyataan Salman menunjukan hubungan yang sangat bermasalah dengan hak asasi manusia," ujar Presiden Asosiasi Sepakbola Jerman, Bernd Neundroft dilansir dari media pemberitaan Jerman Bild, Rabu (09/11/22).
Tentu bukan hal yang mengagetkan bahwa Jerman dan Amerika mengatakan hal tersebut dikarenakan kedua merupakan negara yang menganut sistem liberal yang terkenal akan kebebasan dalam berkehidupan dan berbangsa, dengan melegalkan LGBT.
Terlebih di Jerman ada lembaga resmi yang menaungi kaum lesbian dan gay bernama LSVD, yang mana komentar Salman memicu ketakutan akan kemungkinan deskriminasi yang akan diterima kaum LGBT ketika di Qatar.
Inggris
Berbeda dengan Jerman dan Amerika yang menolak keras LGBT, Inggris lebih memilih toleransi dan lapang dada menerima peraturan yang sudah ditetapkan pemerintah Qatar.
Melalui Seketariat Luar Negeri Inggris, James Clevery, ia mengatakan bahwa kaum LGBT harusnya menghormati aturan yang telah ditetapkan pemerintah Qatar, bukan malah menentang.
Lebih lanjut, Inggris juga sudah berdiskusi dengan Qatar terkait jaminan keamanan bagi kaum LGBT yang hendak melakukan perjalanan untuk menonton Piala Dunia 2022 Qatar.
"Mereka ingin memastikan bahwa penggemar sepakbola aman, terjamin dan menikmati diri mereka sendiri, dan mereka tahu bahwa itu berarti mereka harus membuat beberapa kompromi," ujar James, Rabu (09/11/22).
James mengaku sangat menghormati Qatar sebagai negara mayoritas muslim, sebab didunia memang memiliki beranekaragam sosial budaya yang berbeda dan tetap harus dihormati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H