Monarki Inggris Mulai Ditolak
Ternyata benar saja, belum lama King Charles III menjadi pemimpin Kerajaan Inggris, munculan sejumlah demonstran di Skotlandia menolak terikat dengan monarki Inggris.
Lebih lanjut, bahkan Australia dan Selandia Baru tidak menampik bahwa akan ada kemungkinan lepas dari monarki Inggris dan menjadi negara republik.
Hal tersebut diperkuat dengan adanya twett dari Adam Bandt selaku pemimpin partai hijau Australia.
"Sekarang Australia harus bergerak maju. Kita membutuhkan perjanjian dengan orang-orang pribumi, dan kita perlu menjadi republik," tulis Adam.
Cuitan tersebut seakan memberikan indikasi bahwa Australia dalam waktu dekat akan melepaskan diri dari bagian Britania Raya.
Sementara Selandia Baru mengungkapkan hal senada melalui Perdana Menteri Jacinda Arden.
"Saya percaya referendum masalah itu akan terjadi dalam hidup saya," tuturnya di siaran tv lokal, Rabu (14/09/22).
Sebelumnya Ghana dan Afrika Selatan sudah melepaskan diri dari monarki Inggris.
Pendapat Warga Dunia
Banyak pakar dan warga di dunia, bahkan di Inggris itu sendiri menilai bahwa monarki adalah sebuah sistem atau bentuk kolonialisme yang harusnya sudah tidak ada di zaman sekarang ini.
"Meski hanya secara simbolis, langsung atau tidak langsung Kerajaan Inggris masih memiliki kewenangan terhadap negara-negara yang termasuk monarki Inggris, ujar Erens dilansir dari siaran tv lokal, Rabu (14/09/22).
Jika memang benar Australia dan Selandia Baru akan keluar dari monarki Inggris dan memilih bebas menjadi negara republik dengan pemerintahannya sendiri, maka negara Persemakmuran Britania Raya akan tinggal 13 negara, yang mana menyisahkan Inggris, Wales, Skotlandia, Irlandia Utara dan Kanada sebagai negara penopang didalamnya.