Inggris baru saja kehilangan sosok ratu yang telah memimpin wilayah kekuasaan Britania Raya selama 70 tahun.
Beberapa hari yang lalu KerajaanPemimpin tersebut yaitu Ratu Elizabeth II yang baru saja berpulang diusianya yang ke 96 tahun pada, Kamis (08/09/22) lalu, bertempat di Kastil Balmoral Skotlandia.
Kepergian sang ratu untuk selama-lamanya membuat adanya pergantian tahta pemimpin Kerajaan Inggris, yang nama Pangeran Charles terpilih sebagai pewaris tahta dan menjadikannya seorang raja baru. Gelar pangerannya pun diganti dengan raja menjadi King Charles III.
King Charles III resmi naik tahta tepat setelah sang ibu, Ratu Elizabeth II meninggal, Kamis (08/09/22).
Masalah Pasca Naik Tahta
Mulanya semua berjalan baik, saat King Charles III baru saja menjadi pemimpin baru Kerajaan Inggris. Masyarakat menyambut dengan sukacita King Charles III didepan istana kerajaan.
Perlu diketahui bahwa pergantian tahta ini juga dapat menimbulkan kondisi kerajaan yang rentan.
Pasca Raja Charles III naik tahta, masyarakat Inggris serentak menyerukan kata-kata yang cukup ikonik.
"The Queen is dead, long live the King," seru masyarakat Inggris.
Makna atau arti dari kata tersebut yaitu "Ratu meninggal, monarki Raja harus tetap hidup". Kata-kata tersebut merupakan simbol harapan bagi masyarakat Inggris agar monarki atau Persemakmuran Britania Raya tetap utuh.
Monarki Inggris atau biasa disebut Persemakmuran Inggris merupakan sekumpulan negara-negara bekas jajahan Inggris yang masih memiliki ikatan satu sama lain, dan menjadikan ratu atau raja Inggris menjadi pemimpin mereka.
Saat ini King Charles III tidak hanya memimpin Inggris, namun seluruh negara Persemakmuran Britania Raya yang terdiri dari 15 negara, dimana yang terbesar adalah Inggris, Skotlandia, Wales, Irlandia Utara, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.