Indonesia), sebut saja Inggris, Portugis, Prancis, dan Belanda.
Pada zaman dahulu, tanah yang kita pijak saat ini merupakan tempat yang dipercaya menyimpang sumber daya alam yang sangat melimpah ruah. Saat itu, banyak bangsa-bangsa Eropa yang berlomba-lomba untuk datang ke Nusantara (sekarangKala itu, untuk bisa menjangkau pulau-pulau di dunia, mereka menggunakan jalur laut dengan kapal-kapal besar yang dimilikinya, maka dari itu, ada anggapan bahwa nenek moyang kita adalah seorang pelaut.
Dari beberapa negara Eropa yang berlayar menuju Nusantara, bisa dikatakan bahwa  Belanda yang paling sukses, sebab mereka berhasil menempati wilayah Nusantara, tepatnya di Pulau Jawa.
Menyadari adanya pedagang-pedagang dari bangsa Eropa lain, Pemerintah Kolonial Belanda pun membuat siasat agar bisa mengalahkan saingnya tersebut, yaitu dengan menggabungkan seluruh pedagang-pedagang Belanda, sehingga terbentuklah perserikatan dagang.
Sejarah Terbentuknya VOC
Tepat pada 20 Maret 1602, atas prakarsa anggota parlemen Belanda, Johan van Oldebanevelt berdirilah Perserikatan Dagang Belanda yang bernama Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang pada mulanya terdiri dari 17 orang pendiri utama. Kantor pusat pertama VOC terletak di daerah Banten, dipimpin oleh Francois Wittert, dengan gubernur pertama Pieter Both (1610-1614).
Tujuan utama dari pembentukan VOC sendiri adalah memonopoli perdagangan, selain itu mereka juga memiliki anggota pemerintahan, uang khusus dagang, tentara, bangunan-bangunan, seperti benteng, rumah, tempat hiburan dan lain-lain.
Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan VOC ini semakin pesat, alhasil pedagang dari Bangsa Eropa, seperti Inggris, Portugis, dan Spanyol terdesak dan pergi dari wilayah kekuasaan VOC.
Mulanya wilayah kekuasaan VOC tidak lah besar, karena sudah memiliki pemerintahan dan tentara sendiri, VOC berani melakukan peperangan dengan penduduk pribumi untuk memperebutkan suatu wilayah. Pada tahun 1611, VOC sukses merebut wilayah Jayakarta, dan dirubahlah namanya menjadi Batavia.
Batavia (sekarang Jakarta) menjadi wilayah pusat kekuasaan VOC di Nusantara. Setelah itu, VOC mulai mengumpulkan para pegawai dan tentaranya untuk memperluas kekuasaan di berbagai wilayah di Nusantara.
Penindasan terhadap penduduk pribumi terjadi dimana-mana, kelaparan, pemerkosaan terhadap kaum wanita, pembunuhan, dan berbagai macam diskriminasi lain membuat mereka hidup dalam penderitaan. Penduduk pribumi diminta untuk menanam tanaman palawija, sayuran, buah-buahan, herbal, dirawat hingga panen, kemudian hasil bumi disetorkan semua ke pihak VOC tanpa ada upah.
Nama Nusantara pun diganti dengan Hindia Belanda, saat itu, penduduk pribumi masih menganut sistem kerajaan. Melihat penduduk berada dalam penderitaan, kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara pun melakukan perlawanan, sebut saja Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten, Kerajaan Makassar dan lain-lain.
Kemunduran VOC
Peperangan demi peperangan yang dihadapi VOC membuat mereka kehilangan banyak dana, personil tentara, dan kerugian lain-lain.
Kerugian yang begitu besar membuat kas VOC semakin menurun dari tahun ke tahun, mereka pun membuat beberapa pengetatan baru, seperti penarikan tentara bayaran yang bertugas di luar Pulau Jawa, pengurangan jumlah pegawai, pemantauan ketat keuangan dan semacamnya.
Meski begitu, nyatanya upaya tersebut tidaklah berhasil, sebab selain kerugian perang, para pegawai VOC pun ternyata melakukan korupsi penggelapan dana dan hasil bumi besar-besaran.
Disisi lain, di Benua Eropa sedang terjadi perang besar-besaran yang disebut Revolusi Prancis (1789-1799). Peristiwa inilah yang semakin memperparah keuangan VOC, mereka terlilit utang 136 juta gulden, atau setara 1 triliunan waktu itu.
Banyaknya pegawai korupsi, hutang yang kian membengkak, kerugian perang yang besar, minimnya pemosokan hasil bumi, membuat VOC resmi dibubarkan pada 31 Desember 1799 oleh Pemerintah Belanda.
Prancis yang saat itu melakukan peperangan besar-besaran di Eropa berhasil menaklukan Belanda, alhasil wilayah jajahan Belanda saat itu menjadi milik Prancis.
Seperti yang kita ketahui bahwa VOC merupakan perserikatan dagang terbesar yang pernah ada di dunia pada zaman dahulu, bahkan hingga sekarang, bahkan perusahaan dunia terbesar sekarang, Amazon belum bisa menyaingi harta kekayaan dari VOC.
Bergelimang harta, wilayah kekuasaan yang luas, ternyata dapat runtuh dengan cepat hanya karena faktor orang dalam mereka sendiri, yaitu korupsi.
Korupsi
Bicara soal korupsi, sepertinya hal ini sudah mengakar di dalam tubuh manusia, rasa ingin punya lebih dan lebih demi memuaskan diri sendiri dengan merugikan orang lain disekitarnya.
Begitu pula saat ini, bisa kita lihat di Indonesia koruptor ada dimana-mana, sudah dikasih jabatan tinggi, masih saja korupsi, dan yang seharusnya untuk rakyat, malah dimakan sendiri. Jika dibiarkan tanpa ada tindakan tegas, maka negara kita ini perlahan akan hancur.
Sudah bukan rahasia umum lagi begitu banyaknya kasus korupsi di Indonesis yang melibatkan orang atau kelompok besar di Indonesia. Berikut adalah beberapa kasus korupsi yang ada di Indonesia.
1. Korupsi Jiwasraya, menyebabkan negara rugi 16,8 trilliun.
2. Korupsi dana bansos oleh Juliari Batubara, sebesar 20 milliar
3. Kasus Bank Century dengan kerugian mencapai 6 trilliun.
4. Korupsi Pelindo, merugikan negara sebesar 6 trilliun.
5. Korupsi PT Duta Palma Grup oleh Surya Darmadi sebesar 78 trilliun.
Pada akhir keserakahan akan harta yang membuat adanya para koruptor tidak akan pernah hilang, kecuali saat mereka sudah diam dan ditimbun oleh tanah.
Semoga kedepannya Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi. Kita sebagai generasi penerus bangsa patutnya mejaga kemerdekaan Indonesia yang sudah berusia 77 tahun ini dengan baik, yaitu mengisi hari-hari dengan kegiatan positif dan bermanfaat bagi sesama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI