Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

17 Agustus, Ratu Belanda hingga Lomba Panjat Pinang yang Sarat Nilai Sejarah

17 Agustus 2022   09:10 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:11 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat hari ini, Rabu (17/08/22) seluruh rakyat Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan. Hari jadi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke 77, sejak 17 Agustus 1945. Seluruh instansi pemerintahan, sampai sekolah-sekolah di seluruh daerah pagi ini serentak mengadakan upacara 17 Agustus dengan mengibarkan bendera merah putih.

Upacara ini merupakan simbol penghormatan dan penghargaan terhadap seluruh pahlawan Indonesia yang telah memperjuangkan tanah yang dahulu bernama Nusantara menjadi suatu negara kesatuan yang merdeka seutuhnya, Indonesia.

Selain upacara, tentunya ada juga berbagai event perlombaan yang dilakukan untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia, seperti lomba makan krupuk, tarik tambang, menyunggi tempe, paku dalam botol, hingga panjat pinang.

Sejarah Panjat Pinang Zaman Dahulu
Bicara soal lomba panjat pinang, pasti hampir semua orang tau, terutama yang tinggal di pinggiran sungai, pesisir pantai dan segala tempat yang terdapat perairannya.

Panjat pinang merupakan salah satu dari berbagai perlombaan yang sering kita jumpai dalam berbagai perayaan, terutama pada momen 17 Agustus ini.

Seseorang secara individu maupun berkelompok berlomba-lomba memperebutkan berbagai macam hadiah yang digantung di puncak batang, seperti kebutuhan pangan, sandang dan lain-lain.

Sorak-sorai penonton menambah kemeriahan lomba panjat pinang, namun siapa sangka, dibalik kemeriahan yang kita rasakan saat ini, ada sejarah kemanusiaan yang kelam pada zaman dahulu.

Pada zaman dahulu, tepatnya masa penjajahan Kolonial Belanda, rakyat Indonesia (dulunya Hindia Belanda) hidup dalam kesengsaraan, kekejaman, penindasan, deskriminasi, hingga pembunuhan terjadi dimana-mana, tidak diperlakukan layaknya manusia semestinya. Tenaga diperas untuk membangun infrastruktur tanpa ada imbalan yang pantas.

Ditengah-tengah kehidupan kelam tersebut, Pemerintah Kolonial Belanda juga mengenalkan berbagai hal baru kepada warga pribumi, salah satunya lomba panjat pinang yang ada sampai sekarang.

Menurut catatan sejarah, belum tau persis kapan Belanda memperkenalkan pertama kalinya lomba panjat pinang ini, meski begitu, di zaman penjajahan dahulu, panjat pinang dilakukan pada tanggal 31 Agustus untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina.

Gambaran wajah Ratu Wilhelmina (sumber: tirto.id)
Gambaran wajah Ratu Wilhelmina (sumber: tirto.id)
Ratu Belanda tersebut bernama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau lahir pada 31 Agustus 1880 di Den Haag, Belanda. Wilhelmina naik takhta pada tahun 1890 saat usianya baru 10 tahun. Tahta tersebut ia dapat seusai ayahnya, Raja Willem 3 meninggal pada 23 November 1890.

Perlu diketahui, Ratu Wilhemina inilah seseorang yang mencetuskan dan menerapkan "politik etis" atau politik balas budi saat Belanda menduduki Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Pada akhirnya, politik inilah yang menghantarkan Belanda dalam kehancuran mereka sendiri, sebab dari politik ini, banyak rakyat Indonesia yang sukses mengenyam pendidikan tinggi yang berhasil menghasilkan pemikiran-pemikiran kritis maju, dimana merupakan akar adanya pergerakan nasional untuk melawan Belanda.

Kembali ke lomba, dahulu panjat pinang menggunakan bahasa Belanda "de klimmast" yang artinya memanjat tiang. Hadiah lomba panjat pinang pada saat itu yaitu kebutuhan pangan sehari-hari, seperti beras, gandum, umbi-umbian, roti, gula, dan tepung. Hadiah-hadiah tersebut saat itu dipandang sudah sangat mewah dan langka.

Meski panjat pinang dikenalkan oleh Belanda, nyatanya orang Belanda tidak ikut berlomba, yang mengikuti lomba hanya orang-orang pribumi. Orang-orang Belanda hanya mengerumuni dan melihat.

Mereka menganggap apa yang dilakukan oleh orang-orang pribumi dengan memanjat batang tersebut merupakan suatu lelucon, hiburan yang membuat tertawa mereka. Jelas orang-orang Belanda saat itu tidak ingin ikut, apalagi kotor-kotoran ditengah kubangan lumpur.

Panjat pinang pada zaman dahulu merupakan simbol penindasan bagi rakyat Indonesia, dimana kita yang sedang berjuang mati-matian ditengah kesengsaraan ditertawakan oleh pihak Belanda.

Hal yang dapat kita ambil dari sejarah diatas yaitu ada hikmah dibalik kesusahan, artinya meski zaman dahulu rakyat Indonesia hidup dalam kesusahan, nyatanya ada ilmu atau hal baru yang dapat kita ambil hingga saat ini, salah satunya lomba panjat pinang.

Saat ini, lomba panjat pinang merupakan simbol persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia dalam meraih kesuksesan dengan bergotong-royong serta kerjasama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun