Tidak bisa dipungkiri bahwa viralnya fenomena Citayam Fashion Week begitu cepat menyebar ke seluruh penjuru Indonesia, khususnya pada kota-kota besar di Pulau Jawa, seperti Surabaya, Malang, Semarang, dan tentunya Jabodetabek.
Kini bermunculan fenomena serupa, dimana para remaja berlenggak-lenggok layaknya model di zebra cross dalam acara fashion show dengan gaya busana khas mereka masing-masing.
Berbeda dengan fashion show pada umumnya, Citayam Fashion Week menampilkan gaya busana yang terkesan random dan acak. Rata-rata remaja yang mengikuti acara tersebut masih berusia belasan tahun.
Pada mulanya, acara Citayam Fashion Week ini mendapat dukungan dari berbagai kalangan, dari pemerintah, pengamat sosial, sampai dengan deretan artis tersohor pun pro dengan acara ini, sampai-sampai mereka rela mengikuti langsung ditempat.
Penyimpangan PerilakuÂ
Lambat laun nyatanya pagelaran Citayam Fashion Week ini dilihat-lihat mulai mengkhawatirkan. Kini dapat kita lihat banyaknya pria berpakaian layaknya wanita di acara tersebut. Mereka dengan bangga berlenggak-lenggok, dimana hal tersebut sangat menyimpang dari budaya ketimuran, khususnya Indonesia, yang mana telah menyalai kodrat manusia.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat, Abdul Salam menegaskan bahwa pihaknya siap melakukan penertiban kepada para remaja tersebut. Menurut dia, para pria-pria tersebut merupakan warga kelompok Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
"Mereka akan dimasukkan ke panti kedoya, nanti mereka akan di assasemen, nanti akan dirujuk ke panti-panti yang memang sesuai dengan jenis PMKS,"Â ujar Abdul Salam.
Disisi lain Komnas HAM menilai langkah tersebut kurang tepat, sebab akan menimbulkan kesan deskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu, padahal mereka belum tentu masuk didalamnya.
Perlu ada pendekatan dan sosialisasi terhadap para remaja tersebut tentang pentingnya berperilaku sesuai dengan kodratnya, dengan begitu para remaja diharapkan bisa membedakan mana perbuatan yang benar dan salah.
Jika dibiarkan, maka ditakutkan masalah akan menjadi lebih runyam, apalagi di zaman ini, gerakan LGBT atau penyuka sesama jenis sedang marak-maraknya di dunia, bahkan beberapa negara sudah melegalkan hal tersebut.
Tentu masyarakat maupun pemerintah berharap CFW ini dapat menjadi ajang para remaja untuk bisa mengekspresikan gaya busana khas mereka, lebih-lebih jika bisa dipadukan dengan pakaian khas daerah guna mengenalkan kebudayaan nenek moyang pada para remaja agar bisa tetap lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H