Konflik Rusia dan Ukraina kian memanas, terhitung sejak Rabu (22/02/22) pasukan militer Rusia semakin menekan wilayah Ukraina, dengan sasaran utama ibu kota Kiev.
Menurut Putin, operasi militer yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina bertujuan mengamankan wilayah perbatasan dan mengusir rezim Neo-Nazi yang mendiami Ukraina, khususnya di ibukota Kiev.
Ribuan tentara militer Rusia dengan persenjataan lengkap serta kendaraan perang seperti tank, hummer, dan rudal-rudal perlahan memasuki wilayah Ukraina.
Vladimir Putin sendiri berdalih tidak menginginkan adanya pertumpahan darah terhadap warga sipil Ukraina.
Rusia sendiri kini telah mengepung Ukraina dari tiga sisi, yaitu sisi timur, Belarus di utara, dan wilayah Crimea pada sisi selatan. Vladimir Putin menegaskan bahwa tentara Rusia hanya menyasar pangkalan-pangkalan militer milik Ukraina.
Operasi militer Rusia ini terjadi sebagai bentuk peringatan pada Ukraina yang berencana bergabung dengan NATOÂ (North Atlantic Treaty Organization)Â yang beranggotakan Amerika dan negara-negara Eropa.
Putin khawatir bila Ukraina bergabung dengan NATO, maka Amerika otomatis akan membangun pangkalan militer di wilayah Ukraina seperti negara-negara yang sebelumnya.
Dimana hal tersebut tidak langsung akan mengancam wilayah kekuasaan dan pengaruh Rusia di negara-negara sekitarnya, khususnya dengan Amerika yang diklaim telah perang dingin dengan Rusia sejak dahulu.
Hal berbeda datang dari pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ia malah mengajak warganya untuk ikut berperang mempertahankan wilayahnya. Dilansir dari pemberitaan Reuters, seruan mempersenjatai warga sipil dilontarkan dalam pidato nya pada Kamis (24/02/22).
"Siapa yang bisa menghentikan perang? Rakyat. Orang-orang ini saya yakin ada di antara kalian. Saya yakin," ujar Zelensky, sebagaimana dilansir Associated Press.
Belakangan ini, memang tampak warga Ukraina sedang gencar-gencarnya berlatih senjata api, baik itu usia muda sampai tua, semua ikut dilibatkan.
Meski begitu, banyak yang mengkritik seruan perang dengan melibatkan warga sipil yang tentunya tidak memiliki pengalaman dalam persenjataan. Terlebih lagi, pada Kamis (24/02/22), tepat saat pidato Zelensky mengajak warga sipil angkat senjata, ia tidak langsung ikut turun bersama warganya.
Hal tersebut semakin memantik emosi warga dunia yang menilai Zelensky sebagai pemimpin tega yang mengorbankan warganya untuk melindungi dirinya sendiri.
Akhirnya, pada Jumat (25/02/22) kemarin, beredar foto Zelensky yang tampak mengenakan seragam militer sebagai bentuk aksi pembelaan negara bersama warganya.
Disisi lain, Zelensky juga ingin bertemu dengan perwakilan Rusia untuk mengadakan negosiasi pemberhentian serangan militer Rusia terhadap Ukraina untuk menghentikan angka kematian.
"Saya ingin berbicara dengan Presiden Federasi Rusia sekali lagi. Ada pertempuran di seluruh Ukraina saat ini. Mari duduk di meja negosiasi untuk menghentikan kematian lebih banyak orang," ucap Zelensky dalam pesan video pada Jumat (25/02/22).
Terlepas dari itu semua, nampaknya langkah awal dari Zelensky memang kuranglah tepat dengan melibatkan warga sipil dalam konflik peperangan. Ia sebagai presiden suatu negara harusnya melihat kondisi terlebih dahulu, dengan mengupayakan negosiasi dengan pihak Rusia dalam upaya mendamaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H