Kini Roni sudah semakin besar dan gempal, ia tampak suka bermalas-malasan, dengan muka nyeselin ia hanya tidur-tiduran di teras rumah sembari menunggu makanan, ia akan beranjak dari tempatnya bila akan berak.
Tiap aku atau adik ku akan memberi makan, Roni selalu menggelantungkan badannya ke tubuh kami, seperti meminta untuk ditemani, tapi kadang kami acuhkan begitu saja.
Roni tidak pernah lupa tempat tinggalnya, seringkali ia pergi di pagi hari sampai malam, tapi nanti ya pulang juga. Mungkin mau cari teman atau pasangan diluar.
Sampai pada suatu ketika, Roni pergi pagi-pagi setelah makan, ya itu memang sudah kebiasaanya. Aku pun membiarkannya, namun, sampai malam Roni tidak menunjukan batang hidungnya. Aku pun segera mengunci rumah, Roni sendiri tidur pada kardus tepat di teras rumah.
"Mungkin ia masih keliling, nanti pulang juga," batinku.
Pagi-pagi ku buka pintu, tidak kudapati Roni, biasanya ia selalu stand by menunggu. Adik ku yang sangat menyayangi Roni segera mencari disekitar rumah, jalanan, rerumputan, semak-semak sudah ditelusuri, namun Roni tidak kunjung ketemu.
"Mungkin Roni udah diambil orang, soalnya warnanya bagus dan lucu," kata adik ku.
"Iya mungkin," jawabku.
Kami pun menyudahi mencari Roni.
Magrib pun tiba, seperti biasa aku beranjak untuk melaksanakan sholat di mushalla terdekat. Setelah sholat, segeralah aku pulang ke rumah, baru berjalan sekitar 100 meter, kulihat di semak-semak pinggir jalan tampak ada sesuatu seperti gundukan.