Tahun 2018-2020 yang lalu aku memiliki seekor kucing berwarna cokelat dengan garis-garis hitam ditubuhnya, ukurannya tidak terlalu besar. Ia kuberi nama Roni.
Kala itu rumahku gerimis, sayup-sayup terdengar suara anak kucing mengeong, awalnya tidak kupedulikan, namun lama-kelamaan, suara kucing itu semakin nyaring terdengar ditelinga.
Aku yang penasaran pun segera mencari sumber suara tersenut, setelah berjalan beberapa meter, kudapati sebuah kardus dipojokan rumah tetangga.
Dimana ternyata didalam kardus itu terdapat seekor anak kucing yang tampak masih berumur beberapa hari. Terlihat kucing tersebut kedinginan, adik ku yang suka sekali dengan kucing pun segera membawanya ke dalam rumah agar tidak kehujanan di luar. Â
Kami pun merawat kucing tersebut, memberikan kardus yang hangat, dengan dialasi kain lembut. Setelah itu, tiap pagi, siang dan sore kami rutin memberikan makan dan membersihkan kotorannya.
Adik ku memberinya nama Roni. Hari-hari pun berlalu, Roni pun makin tumbuh besar, yang awalnya tidak bisa berjalan, sekarang sudah sangat aktif dan senang berlarian kesana kemarin. Kami pun menganggap Roni seperti saudara sendiri, begitu pun sebaliknya.
Roni pun kini semakin membuat kami takjub, yang awalnya berak sembarangan, sekarang sudah tau tempat yang sudah disediakan, yaitu gundukan tanah di pinggir rumah.
Setiap pagi, saat aku membuka pintu, Roni sudah menunggu tepat didepan pintu. Dia sudah tau waktunya akan makan. "Ron, meyong-meyong," panggil ku saat akan memberi makan. Ia pun segera menghampiri.
Roni merupakan tipikal kucing yang tidak malu dengan orang baru, tapi kerap mencakar bila diganggu saat sedang makan, ia sangat agresif, tak jarang Roni suka melompat dengan acak, dimana kadang mengagetkan orang-orang disekitarnya.
Bila ada kucing baru yang masuk di wilayah kekuasaannya, ia spontan langsung mengejar, tapi kalau musuhnya bertubuh lebih besar, Roni langsung ciut nyali.