Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kebijakan Nyata Pemerintah Jadi Acuan Petani Muda dalam Berinovasi!

5 November 2021   22:30 Diperbarui: 5 November 2021   22:32 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo komunitas petani muda (sumber: komunita.id)

Bicara soal hasil pertanian, negara Indonesia bisa dibilang sebagai lumbungnya. Berbagai hasil pertanian seperti padi, kedelai, jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian menjadi bukti bahwa negara tercinta kita ini memang tidak main-main dalam sektor pertanian.

Melimpahnya hasil pertanian Indonesia tentu tidak bisa lepas dari faktor geografis. Letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat negara kita ini termasuk wilayah tropis dengan dua musim dalam satu tahun, yaitu penghujan dan kemarau.

Tanah di Indonesia sendiri bisa dibilang sangat subur, berbagai tanaman pangan, buah-buahan, hias, herbal dan lain-lain dapat berkembang dan tumbuh dengan baik di negara kita ini.

Selain faktor geografis, peran petani pun sangat penting sebagai pelaku kegiatan. Di mana sejak dulu memang petani Indonesia terkenal akan pengetahuan dan pengalamannya dalam bidang pertanian. 

Hal ini dapat kita lihat saat Indonesia menjadi sumber penghasil beras utama di dunia, sebelum pada akhirnya diambil alih oleh negara Thailand. Lantas apa yang menyebabkan terjadinya penurunan hasil pertanian di Indonesia dari tahun ke tahun?

Selain karena industri, penurunan minat generasi muda milenial terhadap profesi petani pun ikut andil di dalamnya. Petani kini dianggap sebagai profesi yang kuno, kotor-kotoran, panas-panasan, belum lagi modal yang besar dengan keuntungan yang tidak menentu.

Pernyataan ini memang tidak bisa sepenuhnya disalahkan, sebab nyatanya memang begitu. Presiden Jokowi pun berharap agar para pemuda sekarang berminat menjalani profesi tani dan menjadi petani milenial.

Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah petani tahun 2019 berjumlah 33,4 juta orang. Dengan 30,4 juta orang adalah petani berusia lanjut, sisanya 2,7 juta petani muda. 

Presentase tersebut jelas menunjukkan betapa rendahnya minat generasi muda di bidang pertanian. Untuk meningkatkan minat para pemuda tentu harus ada terobosan baru, baik dari individu itu sendiri dan pemerintah.

Baru-baru ini Presiden Jokowi melakukan pengukuhan duta petani milenial Kementerian Pertanian. Selain dari pemerintah, banyak juga inisiatif dari lembaga-lembaga mandiri pertanian berbasis modern guna meningkatkan minat anak muda, sebut saja Gerakan Para Petani Muda (Gempita) yang didirikan Kementerian Pertanian RI untuk menjadi wadah bagi para petani muda berkreasi dan mengembangkan angribisnis.

Di sisi lain, mindset pemuda jaman sekarang pun harus diubah, pendidikan tinggi sarjana nyatanya tidak cukup untuk membuat kita terlihat 'wah' dihadapan para petani desa, sebab saat kita turun di lapangan, pada akhirnya kita terlihat seperti anak kecil yang tidak tau apa-apa dalam bertani.

Teori saja tidak cukup, butuh praktik langsung dan bimbingan dari ahlinya. Bila kita melihat peluang pemberdayaan petani milenial di Indonesia, sebenarnya sangatlah besar, sebab lulusan pendidikan tinggi pertanian pun melimpah. Tentu kita para pemuda berharap adanya kebijakan nyata untuk para petani muda dari pemerintah dalam upaya mengembangkan agribisnis di Indonesia.

Pemerintah perlu menyediakan segala infrastruktur dari lahan, benih, pupuk, dan segala penunjang lainnya, dan juga bisa diberikan insentif setiap tahunnya untuk keberlangsungan lembaga petani muda. Yang terbaru ini ada pembudidayaan ekspor impor tanaman porang yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia.

Tentu di sini penulis berharap pertanian di Indonesia bisa lebih maju, utamanya petani milenial yang tentunya dinantikan inovasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun