Cancel culture ada untuk menjadi kontrol sosial dari para publik figur. Dalam beberapa kasus, cancel culture yang ekstrim membuat artis yang mengalami sampai stres dan bunuh diri.
Selain artis, tokoh politik yang dianggap tidak amanah dengan janji-janji palsunya tidak luput juga dari cancel culture dengan rata-rata kasus penggelapan dana atau korupsi.
Anggap saja cancel culture itu pedang yang sudah terhunus di depan mata yang siap menusuk dirimu kapan pun dan bagaimana pun caranya. Seperti kata pepatah, "lebih baik diam daripada diminta untuk berhenti berbicara."
Bila kita memang tidak bisa mengontrol ucapan dan tindakan dengan baik, lebih baik diam.
Keberadaan paham cancel culture sangatlah penting, dengan adanya ini, kita masyarakat dapat mengetahui mana publik figur yang dapat dicontoh prilakunya dan mana yang sebaiknya ditinggalkan.
Terlepas dari itu semua, kita dapat mengambil pelajaran bahwa pendidikan dan moral sangatlah penting dimiliki oleh setiap orang. Dengan kedua hal tersebut, kita bisa lebih bijaksana dalam berbicara dan bertindak.
Jangan sampai kita dianggap rendah hanya karena kebodohan dan kesalahan kita dalam berucap dan berprilaku. Apalagi disini kita bicara dari sisi publik figur yang seharusnya menjadi contoh bagi orang banyak.
Sebetulnya masih banyak sekali keteledoran para publik figur yang tidak patut dicontoh, tinggal kita saja yang harus selektif dalam memilih idola mana yang baik ditiru atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H