Tangan diikat kebelakang, seseorang berusaha keras meraih krupuk hanya berbekal mulut, hal ini bermakna tentang bagaimana perjuangan dan penindasan dari penjajah kepada kaum pribumi kala itu, hanya demi memperoleh sesuap nasi.
Sangat berat membayangkan betapa keji nya penjajah menindas nenek moyang kita terdahulu. Lomba 17 Agustus menjadi momentum kita untuk menghargai dan mengenang perjuangan para pahlawan yang telah gugur mendahului kita.
Meskipun kini kita tidak lagi dilapangan, tidak lagi mendengar gemuruh teriakan penonton, janganlah berkecil hati.
Di rumah pun kita bisa memeriahkan kemerdekaan dengan keluarga kecil kita. Mari kita pupuk rasa cinta tanah air, rasa persatuan dan kesatuan keluarg meski dirumah saja.
Selalu berdoa untuk semuanya, keluarga, kerabat, sahabat, teman dan pahlawan yang telah gugur. Pandemi ini memang telah merubah tatanan kehidupan, tapi tidak dengan rasa cinta tanah air kita sebagai warga Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H