Pilihan seorang atlet hanya dua, menang atau kalah. Menang disanjung, kalah mungkin akan dicaci. Itulah yang akan dihadapi seorang atlet. Mereka harus tegar, siap mental dan fisik, baik dalam pertandingan, maupun diluar pertandingan. Belum lagi harus jauh dari keluarga.
Bagi seseorang yang jarang atau tidak pernah jauh dari orang tua, tentu ini pilihan yang sulit. Tidak tau yang akan kita hadapi kedepannya bagaimana, sedang orang tua tidak disisi kita, rasa rindu membuat kita gelisah (home sick).
Bila kita telah memilih jalan menjadi seorang atlet, perlu adanya keseriusan, komitmen, karena atlet itu seorang pejuang, bukan sekali kalah lalu menghilang. Itulah yang sering terjadi pada kita.
Pada awalnya, kita sangat bersemangat menyambut bahwa kita adalah calon atlet sukses. Begitu dihadapkan dengan latihan yang keras dan lawan yang tangguh, kepercayaan diri kita langsung terjun bebas.
Maka dari itu, kita sebagai seorang yang bijak, patutnya mempertimbangkan secara matang terlebih dahulu, karena menjadi atlet tidak semudah membalikkan kedua tangan.
Banyak jalan untuk meraih kesuksesan. Kita berhak memilih jalan hidup kita masing-masing. Jadi apapun bisa, selagi kita mau berusaha dan diniatkan untuk kebaikan. Membuat orang tua bangga tidak harus jadi atlet, tidak harus kaya.
Mari gali pontensi dalam diri, jangan mudah terpengaruh orang lain. Tiap orang punya jalannya sendiri, sukses atau tidaknya kita tentukan sendiri, karena kita semua seorang pejuang masa depan.
Jangan lupa berdoa, berusaha, dan minta restu orang tua, karena sejatinya kesuksesan bukan semata-mata dari kita seorang. Ada pihak yang merestui dan mengabulkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H