Kali ini mimin akan sedikit berbagi pengetahuan mengenai salah satu laba-laba paling berbisa didunia. Â Laba-laba punggung merah atau Red Back Spider merupakan salah satu laba-laba paling berbisa di dunia.
A). Klasifikasi Laba-Laba
1. Nama ilmiah : Latrodectus Hasseltii
2. Sebutan     :  Laba-laba punggung merah
3. Kelompok   : Invertibrata
4. Makanan    : Daging dan sejenisnya (karnivora)
5. Populasi     : Melimpah
B). Habitat Laba-Laba
Laba-laba ini berasal dari Australia. Meskipun begitu, kita juga temui di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Mereka berkembangbiak di daerah yang berhabitat kering, seperti gurun, sabana, dan savanah, biasanya dapar kita temui di bawah bebatuan dan gua-gua, oleh karena itu iklim Australia sangat cocok untuk kehidupan Red Back Spider.
Selain di habitat kering, mereka juga bisa dengan cepat beradaptasi di wilayah yang banyak ditinggali manusia. Mereka biasanya membuat jaring di tempat yang gelap dan kering, seperti dibawah kasur, corong, dan bangunan terbengkalai.
Red Back Spider ini dapat menyebar dari Australia ke wilayah Asia Tenggara karena adanya impor ekspor hewan internasional antar negara sebagai bentuk diplomasi bidang biologi dan pengenalan spesies tertentu.
C). Ciri-Ciri Laba-Laba
Red back spider memiliki tubuh yang bulat melingkar berwarna hitam kecoklatan mengkilap dengan garis merah di bagian punggung. Ukuran tubuh antara jantan dan betina memiliki sedikit perbedaan, jantan berukuran 4 mm, sedangkan betina berukuran 1 cm. Bisa kita lihat dari sini bahwa ukuran tubuh laba-laba ini sangatlah kecil.
D). Perilaku  Laba-Laba
Seperti pada klasifikasi diatas, laba-laba ini merupakan karnivora. Mereka seringkali memangsa laba-laba jenis lain, bahkan saking rakusnya hingga memangsa spesies mereka sendiri atau kanibalisme, selain itu, laba-laba ini juga memangsa larva, ulat, kadal sampai tikus yang ukurannya bahkan bisa mencapai 5x ukuran tubuh mereka. Mereka memangsa dengan menjeratnya dengan jaring, lalu menyengat tubuh mangsanya hingga mati dengan racunnya, kemudian melilit dengan jaring dan memakannya dengan perlahan. Hanya butuh waktu 5-25 menit sampai mangsanya benar-benar habis.
Mereka berkembangbiak dengan bertelur, telur-telur laba-laba kecil biasa disebut spiderling. Masa hidup laba-laba ini cukup singkat, dimana sang pejantan hanya dapat hidup selama 7 bulan sementara bentina dapat hidup 2-3 tahun.
E). Efek Racun Laba-laba
Seperti yang kita ketahui, laba-laba Red Back ini merupakan spesies laba-laba paling beracun di dunia, mereka menghasilkan racun dengan cara diseprotkan pada saat mereka merasa terancam seperti saat ular kobra menyemburkan bisanya.
Racun laba-laba ini mengandung neurotoksin vertebrata yang biasa disebut alpha latrotoxin, efek bila tergigit pada manusia yaitu menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa dan bengkak pada bekas gigitan, bila manusia tersebut imunnya sedang menurun dapat menimbulkan demam dan otot lemas serta disfungsi saraf, namun hanya bersifat sementara.
Sedangkan efek pada hewan cukup kompleks, terutama kucing, dimana akan menimbulkan kejang, disfungsi saraf, bila tidak cepat ditangani maka akan menimbulkan kematian. Meskipun begitu, antivenom atau penawar dari racun laba-laba punggung merah ini sudah ada, sehingga sekarang ini dapat cepat ditangani.
Untuk mencegah terkena gigitan laba-laba ini, pihak konservasi hewan menyarankan kita memakai sepatu boot dan sarung tangan bila hendak menyusuri rerumputan atau sudut-sudut ruangan gelap yang menjadi tempat favorit laba-laba ini tinggal.
F). Hal Menarik
Bila kalian pernah melihat film spiderman 1, scene saat Peter Parker(pemeran spiderman) sedang di balai konservasi laba-laba, spesies inilah yang menggigit Peter, Red Back Spider sehingga dapat menjadi manusia laba-laba, namun kalian  jangan coba-coba terkena gigitan laba-laba ini, karena itu hanya film dan tidak nyata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI