Bujang Senang, bukan nama orang perjaka, melainkan nama seekor buaya ganas yang mendiami Sungai Batang Lupar di Sri Aman, Serawak, Malaysia. Menurut legenda, buaya bujang senang ini dulunya adalah seorang pendekar yang sakti bernama Simalungun.
Dalam kesehariannya, Simalungun sering berduel dengan orang - orang sakti yang menantangnya, Simalungun selau berhasil mengalahkan para musuhnya. Agar tetap jaya dan sakti, Simalungun kerap melaksanakan ritual - ritual tertentu demi kekebalan tubuhnya.
Dengan kesaktian tersebut, Simalungun menjadi pendekar yang paling ditakuti di daerahnya. Sampai pada suatu hari, ada seorang musuh Simalungun yang akan berbuat licik untuk mengalahkannya.
Diketahui, musuh dari Simalungun tersebut telah mengetahui kelemahan dari kesaktiannya, yaitu pantang bagi Simalungun untuk masuk dalam air sungai. Musuhnya pun akhirnya menculik istri Simalungun dan akan menceburkannya pada sungai.Â
Rencana tersebut pun berhasil. Melihat istrinya yang tercebur dalam sungai, Simalungun pun ikut masuk dalam air, seketika tubuh Simalungun pun jadi seekor buaya besar dengan punggung bergaris putih, yang kemudian mendiami Sungai Batang Lupar.
Bujang Senang sendiri mulai meneror pada tahun 1940 - 1992. Bujang Senang merupakan jenis buaya air asin (Crocodylus porosus) dengan ukuran 19 kaki, 5,90 meter dengan bobot 1 ton, dengan ciri khas memiliki garis putih di punggung.
Bujang Senang merupakan buaya terbesar nomer 4 didunia.
Buaya ini mendiami perairan yang tenang. Bujang Senang termasuk buaya yang agresif dan ganas. Bahkan disebut sebagai buaya Godzilla oleh masyarakat setempat. Buaya ini sering menyerang mangsanya secara tiba-tiba, sehingga mangsanya dapat dengan mudah dilumpuhkan.Â
Buaya Bujang Senang aktif mencari makan pada sore hari, oleh karena itu, masyarakat sekitar Sungai Batang Lupar dihimbau agar tidak melakukan aktivitas di dekat sungai pada sore hari.
Bujang Senang telah mendiami Sungai Batang Lupar selama 30 tahun. Sudah banyak korban yang berjatuhan diterkam oleh buaya Bujang Senang. Berbagai cara pemburuan dilakukan oleh para warga dan para ahli hewan.
Sampai pada tahun 1992, warga digegerkan dengan hilangnya wanita berbangsa Iban yang menghilang, diduga dimakan oleh buaya ini, tidak hanya itu, kepala desa Iban pun diterkam hingga tewas. Sebelumnya, tahun 1990, ada seorang anak kecil yang menghilang dan beberapa saat ditemukan kepalanya disungai.