Oleh :Â Mohamad Awal Lakadjo, Nilja gobel, Abd Amar W. Bumulo
       Vinolia Sari Dewi H. Nusa, Rindika Putri MadundangÂ
La AdrilÂ
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran penting dalam membentuk individu. Namun, tidak jarang keluarga menghadapi tantangan dan konflik yang memerlukan intervensi konseling. Keluarga sebagai institusi sosial memiliki peran krusial dalam membentuk individu dan memengaruhi kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Namun, kompleksitas dinamika keluarga sering menimbulkan tantangan yang memerlukan pendekatan konseling yang tepat. (Ulfiah, 2021) keluarga pada dasarnya adalah sebuah perkumpulan yang berusaha menciptakan keintiman dalam bentuk perilaku sehingga muncul suatu perasaan memiliki (rasa identitas), berupa ikatan emosi, pengalaman mendasar, ataupun cita-cita bersama. Pengertian seperti ini menunjukkan bahwa keluarga harus bisa melaksanakan fungsi- nya dengan baik untuk mencegah berbagai persoalan yang seringkali timbul dalam keluarga.
Konseling keluarga pada dasarnya adalah penerapan konseling pada situasi yang khusus. Konseling keluarga ini secara khusus memfokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraanya melibatkankan anggota keluarga. Crane mengatakan bahwa konseling keluarga merupakan proses pelatihan terhadap orang tua dalam hal metode mengendalikan perilaku yang positif dan membantu orang dalam perilaku yang dikehendaki. Dalam pengertian ini konseling keluarga tidak. bermaksud untuk mengubah kepribadian, sifat, dan karakter orang-orang yang terlibat, tetapi lebih mengusahakan perubahan dalam sistem keluarga melalui. pengubahan perilaku. Adapun yang dimaksud bimbingan konseling kelurga adalah kepenasehatan keluarga secara langsung. Kepenasehatan keluarga maksudnya adalah memberikan penunjuk kesadaran dan pengertian yang berkaitan dengan problem yang sedang dihadapi oleh klien yang tidak lain. berdasarkan pada ajaran agama yang dianut oleh klien itu sendiri.
Konseling keluarga memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan dan peluang yang muncul dalam struktur keluarga yang terus berkembang saat ini. Konseling keluarga memberikan intervensi terapi yang efektif yang dapat beradaptasi dengan keadaan unik setiap keluarga. Melalui konseling keluarga, keluarga dapat mengatasi masalah komunikasi, konflik interpersonal, dan dampak dari stresor eksterna Hafnider, Camelia (2023). Penggunaan keterampilan dasar konseling, seperti mengajukan pertanyaan, memberikan penjelasan, dan merefleksikan perasaan, sangat penting dalam sesi koKonseling keluarga memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan dan peluang yang muncul dalam struktur keluarga yang terus berkembang saat ini. Konseling keluarga memberikan intervensi terapi yang efektif yang dapat beradaptasi dengan keadaan unik setiap keluarga. Melalui konseling keluarga, keluarga dapat mengatasi masalah komunikasi, konflik interpersonal, dan dampak dari stresor eksternal. Penggunaan keterampilan dasar konseling, seperti mengajukan pertanyaan, memberikan penjelasan, dan merefleksikan perasaan, sangat penting dalam sesi konseling keluarga. Konseling keluarga bertujuan untuk membangun ikatan yang lebih erat, meningkatkan kesehatan emosional, dan meningkatkan hubungan dan interaksi di antara anggota keluarga Hal ini juga membantu dalam mencapai keharmonisan rumah tangga dengan mengatasi masalah yang dapat mengganggu dinamika keluarga. Keterlibatan anggota keluarga dalam sesi konseling dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perilaku anak dengan autisme dan kesejahteraan keluarga secara keseluruh. Secara keseluruhan, konseling keluarga adalah alat yang berharga dalam mempromosikan fungsi dan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan di dunia yang kompleks saat ininseling keluarga. Konseling keluarga bertujuan untuk membangun ikatan yang lebih erat, meningkatkan kesehatan emosional, dan meningkatkan hubungan dan interaksi di antara anggota keluarga.Â
Dalam konseling keluarga kita sebagai konselor dalam memberikan layanan harus menggunakan pendekatan terapeutik yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan hubungan antar anggota keluarga melalui berbagai intervensi psikologis. Meskipun memiliki potensi besar untuk membantu keluarga mengatasi konflik dan meningkatkan komunikasi, proses ini tidak lepas dari berbagai tantangan termasuk komunikasi yang buruk, konflik ketegangan, perbedaan nilai dan keyakinan, trauma dan keterpurukan.Â
Komunikasi yang buruk merujuk pada proses komunikasi di mana pesan yang disampaikan tidak efektif atau tidak tepat dalam mencapai tujuannya. Ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk ketidakjelasan dalam penyampaian pesan, gangguan dalam saluran komunikasi, kekurangan keterampilan komunikasi, atau konflik antar pihak yang terlibat dalam komunikasi. Dalam konteks yang lebih luas, komunikasi yang buruk dapat mencakup ketidakefektifan dalam menyampaikan informasi, kebingungan dalam menginterpretasi pesan, atau bahkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan masalah lebih lanjut. Komunikasi yang buruk sering kali memiliki konsekuensi negatif, seperti penurunan produktivitas, meningkatnya konflik, atau kerugian dalam hubungan antarpribadi atau di tempat kerja. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebab dan strategi untuk mengatasi komunikasi yang buruk guna menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih efektif dan harmonis
Konflik ketegangan adalah situasi di mana terdapat ketegangan atau pertentangan antara dua pihak atau lebih yang memiliki kepentingan, tujuan, atau nilai yang berlawanan. Bentuk konflik semacam ini dapat timbul dalam berbagai konteks, termasuk di antara individu, kelompok, organisasi, bahkan antara negara-negara. Ada berbagai faktor yang bisa menjadi penyebab konflik ketegangan, seperti perbedaan nilai, kepentingan yang bertentangan, kurangnya pemahaman, atau komunikasi yang kurang efektif. Jika konflik ketegangan tidak ditangani dengan baik, bisa mengakibatkan meningkatnya ketegangan, konfrontasi yang lebih intens, atau bahkan eskalasi menjadi bentuk konflik yang lebih merusak. Penanganan konflik ketegangan sering melibatkan langkah-langkah seperti mengidentifikasi akar masalah, memfasilitasi dialog antara pihak yang terlibat, mencari solusi yang saling menguntungkan, dan membangun kerja sama untuk mengelola ketegangan dengan cara yang konstruktif. Oleh karena itu, konflik ketegangan bisa menjadi peluang untuk pertumbuhan, pembelajaran, dan perubahan yang positif jika ditangani dengan cermat
Dalam dinamika keluarga, perbedaan antara nilai dan keyakinan memegang peran utama dalam membentuk identitas keluarga. Nilai-nilai keluarga mencerminkan prinsip-prinsip inti yang dianggap penting oleh anggotanya, seperti integritas, kejujuran, dan solidaritas, yang menjadi pijakan moral dan filosofis mereka. Di sisi lain, keyakinan dalam keluarga merujuk pada keyakinan yang lebih spesifik, bisa berupa aspek agama, budaya, atau politik, yang memengaruhi cara keluarga melihat dunia dan menjalani kehidupan sehari-hari. Meskipun sering terkait, perbedaan antara nilai dan keyakinan terletak pada fokus yang lebih luas dan abstrak dari nilai-nilai, berbeda dengan sifat yang lebih konkret dan spesifik dari keyakinan. Dengan demikian, sementara nilai memberikan dasar moral bagi keluarga, keyakinan menentukan implementasi nilai-nilai tersebut dalam tindakan sehari-hari dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
Dalam lingkup konseling keluarga, trauma dan keterpurukan berdampak signifikan pada interaksi keluarga dan kesejahteraan mereka. Ketika anggota keluarga mengalami trauma, hubungan di antara mereka bisa terganggu, menciptakan konflik, ketegangan, bahkan memicu pemisahan. Tambahan, pengalaman trauma bisa memperburuk situasi keterpurukan di dalam keluarga, karena individu yang terkena trauma mungkin kesulitan mengatasi beban emosionalnya dan menghadapi tantangan sehari-hari. Dalam konseling keluarga, mengenali serta memahami dampak dari trauma dan keterpurukan pada setiap anggota keluarga dan dinamika keluarga secara keseluruhan adalah hal yang krusial. Konselor akan membantu anggota keluarga untuk membangun strategi pemulihan yang sehat, mempererat ikatan keluarga, dan mengembangkan ketangguhan untuk mengatasi trauma serta menghadapi keterpurukan. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berfokus pada keluarga, konseling membantu keluarga mengatasi tantangan yang mereka hadapi dan meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Pendekatan Kognitif-Perilaku: Fokus pada perubahan pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dalam keluarga. Terapis bekerja dengan anggota keluarga untuk mengidentifikasi pola pikir negatif atau perilaku yang merugikan, dan menggantinya dengan yang lebih positif dan adaptif.Â
Dalam hal ini ada beberapa startegi untuk bisa mengatasi masalah dalam hubungan keluarga sebagai berikut: 1) Pemahaman Sistem Keluarga: Penting untuk memahami keluarga sebagai sebuah sistem yang saling terkait, di mana setiap anggota dan interaksi memiliki dampak pada keseluruhan keluarga. Strategi konseling harus memperhatikan dinamika sistem keluarga untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan. 2) Â Keterbukaan dan Empati: Strategi konseling keluarga harus didasarkan pada keterbukaan dan empati terhadap setiap anggota keluarga. Memahami perspektif dan pengalaman masing-masing anggota keluarga dapat membantu membangun hubungan yang lebih baik. 3) Pendekatan Kolaboratif: Konselor perlu mengadopsi pendekatan kolaboratif dengan keluarga, di mana keputusan dan solusi ditemukan bersama-sama. Melibatkan keluarga dalam proses pengambilan keputusan dapat meningkatkan keterlibatan dan pemahaman. 4) Fokus pada Kekuatan dan Sumber Daya: Strategi konseling keluarga harus difokuskan pada mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya keluarga. Memperkuat kekuatan internal keluarga akan membantu mereka mengatasi tantangan dengan lebih baik. 5) Pengembangan Keterampilan Komunikasi: Salah satu strategi utama dalam konseling keluarga adalah pengembangan keterampilan komunikasi yang efektif. Melalui teknik komunikasi yang baik, anggota keluarga dapat lebih baik dalam menyampaikan perasaan, kebutuhan, dan pemahaman. 6) Penyelesaian Konflik secara Konstruktif: Strategi konseling keluarga harus mencakup teknik penyelesaian konflik yang konstruktif. Mengajarkan keluarga untuk berkomunikasi dengan cara yang menghormati, mendengarkan dengan empati, dan mencari solusi bersama. 7) Pemahaman Nilai dan Keyakinan: Strategi konseling keluarga juga melibatkan pemahaman mendalam tentang nilai dan keyakinan yang mendasari interaksi keluarga. Memahami perbedaan nilai dan keyakinan dapat membantu mengurangi konflik dan meningkatkan pemahaman. 8) Keterlibatan Keluarga dalam Proses Perubahan: Strategi konseling keluarga harus mendorong keterlibatan aktif anggota keluarga dalam proses perubahan. Memotivasi keluarga untuk berkomitmen pada perubahan positif akan meningkatkan efektivitas konseling.
Dalam konseling keluarga, penerapan strategi dengan pendekatan terapeutik yang komprehensif, seperti Pemahaman Sistem Keluarga, Keterbukaan dan Empati, Pendekatan Kolaboratif, Fokus pada Kekuatan dan Sumber Daya, Pengembangan Keterampilan Komunikasi, Penyelesaian Konflik secara Konstruktif, Pemahaman Nilai dan Keyakinan, serta Keterlibatan Keluarga dalam Proses Perubahan, menjadi kunci keberhasilan. Dengan kesabaran, kerja sama, dan komitmen, keluarga dapat mengatasi tantangan, memperkuat hubungan, dan mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Strategi konseling yang holistik dan berkelanjutan menjadi landasan untuk menciptakan perubahan positif dalam dinamika keluarga
ReferensiÂ
Hafnidar, H., & Bakker, C. (2023). Analisis Bibliometrik tentang Perkembangan Metode dan Pendekatan dalam Konseling Keluarga: Sebuah Tinjauan Literatur. Jurnal Psikologi Dan Konseling West Science, 1(05), 261--272. https://doi.org/10.58812/jpkws.v1i05.866
Ulfiah, U. (2021). Konseling Keluarga untuk Meningkatkan Ketahanan Keluarga. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(1), 69--86. https://doi.org/10.15575/psy.v8i1.12839
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H