Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Ismail the Forgotten Arab [Bagian ke-27]

15 Oktober 2017   10:42 Diperbarui: 15 Oktober 2017   11:04 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tentu saja aku bersedia menemani sniper untuk memburu namun dengan adanya sniper perempuan aku menjadi malu karena saya tidak biasa bekerja dengan wanita yang bukan muhrim. Ia pun mau saja bekerja sendirian. Ia tidak gentar dan segera berangkat.

Kami hanya beristirahat saja dan tidak ada aktivitas apapun yang bisa kami lakukan selain beristirahat. Pastinya sniper tersebut tangguh. Karena merasa tidak enak akhirnya aku dan Abdul Khoir memutuskan untuk bertemu dengannya yang aku ketehui namannya Sumayyah.

Ia sedang membidik dan ia mengisyaratkan agar kami tidak bergerak. Kami berdua tidak bergerak. Aku tidak melihat apapun. Aku ingin tanyakan hal ini pada Abdul Khoir namun nanti akan menganggu konsentrasinya. Seluas padangan hanya ada parit dan sedikit rumput yang tumbuh jarang-jarang. Rumput sudah dihancurkan oleh mortir dan howitzer sehingga tanah terbakar dan tidak bisa lagi ditumbuhi rumput.

Ada sesosok bayangan di dekat parit tersebut. Ingin aku memberitahu namun tampaknya sniper tersebut sudah tahu pergerakan tersebut daripada membuatnya semakin tidak konsentrasi lebih baik aku diam saja.

Aku melihat jarinya sudah menarik setengah picunya.Ia sudah membidik sniper tersebut dengan mantap. Hembusan angin menganggu pemadangannya. Ia menyuruh semuanya tiarap Benar saja ada sebuah peluru melayang di atas kepalaku.

Aku terkesiap dan sebutir peluru terbang ke arah kami. Aku mencoba membalasnya namun Sumayyah melarangku. Ia terus dengan hati-hati membidik dan menunggu mereka. Kemudian tembakan sporadis terjadi satu persatu menembaki arah kami .

Si sniper tersebut mengisi kembali peluru dan ia melihat lagi dan mengenai seorang prajurit infantri. Ia membidik lagi hingga tidak terdengar lagi tembakan sporadis dari arah tersebut. Ia mempunyai misi untuk menembak seorang sniper yang telah membunuh teman-temannya. Kemudian ia menaiki parit dan bertiarap. Kami diajak untuk mengikuti sniper tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun