Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] Ismail the Forgotten Arab [Bagian 22]

10 September 2017   09:39 Diperbarui: 10 September 2017   10:39 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahan-bahan kayu 

Tentu saja kami harus membuat tangg akyu yang akan menyangga dinding kami. Kami kekurangan kayu untuk dinding. Mulazim mengecek dinding kami dan ia memukul-mukul dinding tersebut dan terbukti bahwa dinding tersebut cukup kuta untuk bertahan. Ia mengusulkan untuk menggunakan tangga dari kayu. Aku sudah mengukur tingi dinding tiga meter dan harus membuat tangga dengan kekuatan yang lebih dari 150 kilogram yang berarti setidaknya tangga-tangga tersebut dapat menampung dua oranng.

Dengan tangga penjagaan pasti lebih capai karena kaki tidak bisa bersandar pad dinding namun dengan dinding yang teal kami lebih aman seranga artikeri musuh.

Aku melihat semua merangakai tangga. Abdul Khoir juga merangkai kayu yang lurus dan mulai memakukan anak tanggatersebut. Tiba-tiba lewat Jengis Can dan tampaknya ia sengaja menyengol badan Abdul Khoir. Ia segera bangkit dan hendak memukul namun aku memandanginya dan menggelengkan kepala. Badul Khoir tampaknya menurut dengan perkataanku. Aku langsung menemui Jengis Can untuk menengahi masalah tersebut.

"Kau tidak perlu berbuat itu",aku meninggikkan suara

"Perbuatan yang mana Tuan?"

"Aku melihta kau menyenggol Abdul Khoir"

"Aku tidak merasa menyenggolnya sama sekali. Aku kira aku biasa saja "

Dasar orang dablek pikirku. Ia pikir ia bis amenipuku dengan perbuatannya. Iamemang sengaja untuk memancing kemarahan Abdul Khir agar ia bisa membalasnya.

"Aku masih memberimu toleransi. Aku akan segera menghukumku jika kau seidkit saja mencoleknya"

Ia diam saja dan berlalu sementara para prajurit lainnya mengarahkan padangannay ke arahku dan ke arah Jengis. Aku merasa ia mengatakan padaku dasara orang arab bodoh seperti yang dikataknnya pada Abdul Khoir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun