Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Ismail the Forgotten Arab Bagian Delapan Belas

6 Agustus 2017   09:15 Diperbarui: 6 Agustus 2017   09:29 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Acara deklarasi  dibuka oleh kumandang suara tilawah Qur'an dari seorang Prajurit Utsmaniyyah. Ia berseragam dengan warna hijau kecoklatan (khaki) dan topi atau helm yang mirip sorban. Ia mengumandangkan kalam Ilahi.

Seluruh hadirin yang terdiri dari para pejabat Madina, Panglima Turki Utsmaniyyah di Madina, Kepala Suku di Medina dan sekitarnya, pasukan Utsmaniyah, warga sipil dan beberapa jamaah umroh yang Termasuk aku didalamnya.

Aku harus memenuhi deklarasi ini meski aku tahu bahwa aku akan pergi ke suatu tempat yang belum pernah aku pergi ke dalam tempat itu. Mungkin inilah awal perpisahanku dengan saudaraku Ibrahim. Aku memutuskan untuk pergi ke Istanbul. Sebenarnya Ibrahim pun berniat hal yang sama dengan diriku namun aku mencegahnya karena ia baru menikah dan aku pikir Ibrahim harus pulang ke tanah air untuk memberitahukan mengenai kepergianku ke Istanbul. Ayahanda juga kini sudah tua dan Ibrahim perlu untuk mengawal keberadaanya. Ia dibutuhkan mendampingi ayah kami untuk menghadapi serangan suku lain dan juga menjaga sapi-sapi kami.  Aku juga khawatir kalau Ya'qub adik kami tidak bisa menahan serangan dari musuh kami.

Setelah pembacaan ayat Al Qur'an seorang ulama Medina bernama Muhammad Ilyas berdiri. Ia mengenakan pakaian jubah berwarna hitam serta ghamis berwarna putih. Ia berkulit putih dengan jenggot yang panjang dan sudah memutih  lebih dari separuhnya. Ia mengucapkan salam dan dengan kata yang sangat berwibawa ia memulai khutbah tersebut. Ia menggambarkan mengenai kewajiban seorang Muslim. Ia memaparkan bahwa dari zaman Nabi hingga zaman kini, orang Kafir selalu membuat makar. Bahkan mereka selalu berusaha untuk membunuh Nabi Muhammaad dengan makar-makar yang jahat.

Sudah saatnya mereka membela diri mereka dari serangan musuh yang sudah mau memasuki wilayah mereka. Sedikit demi sedikit wilayah Muslim diduduki oleh Para penjajah. Mulai Aceh di Timur Jauh, kemudian India di anak benua Asia setelah itu dan kemudian wilayah Balkan. Bosnia yang terdepan dari wilayah direbut oleh Austria. Wilayah Muslim di Kaukasus direbut Rusia. Inggris sudah mengkhianati mereka dengan mendukung kemerdekaan Bulgaria dan mengambil wilayah Mesir. Perancis sudah lama bercokol di Tunisia dan Aljazari serta Italia yang mencaplok Libya.

Mereka bukan saja ingin mengambil wilayah Turki namun mereka ingin Islam hancur.

 Begitu pekik Syeikh Ilyas sambil mengangkat tinju kanannya,  Seluruh peserta dalam deklarasi tersebut bertakbir, membesarkan nama Allah Allah.  Ia menyebutkan bahwa mereka yang bekerja sama dengan kafir sama saja juga menusuk dari belakang. Tempat mereka adalah jahannam karena mau menjual diri mereka dengan harga yang murah. Sementara untuk membantu Khalifah adalah pekerjaan mulia dan akan mendapatkan pahala dari sana. Setelah itu mereka berdoa dipimpin oleh Syrikh Ilyas. Seorang perwira Utsmaniyah kemudian maju. ke depan ia mengununkan bahwa para hadirin dapat mendaftarkan diri mereka sebagai relawan di wilayah Turki. Mengapa di Turki ? Jawabku mungkin karena wilayah mereka yang lebih dapat ancaman terlebih dahulu daripada wilayah Madina.

 Aku akan mendaftar. Barisan orang turut antri ke meja untuk mendapatkan nomor pendaftran dari meja pendaftaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun