Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Ismail the Forgotten Arab Bagian ke Limabelas

4 Juli 2017   07:28 Diperbarui: 4 Juli 2017   08:37 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bantuan Turki

Mulazim Ilham menjadi penat karena tahu bahwa ada sekelompok pasukan Turki yang di BKO -kan dalam pletonnya. Kalau pasukan Turki biasa tidak masalah namun yang menjadi masalah pasukan tersebut bukan yang biasa melainkan pasukan yang luar biasa karrna ada Jengis Can yang berseteru dengan Abdul Khoir anggota peletonnya. Ia kemudian mendekati Jengis Can dan berbicara. Aku pikir Mulazim Ilham akan memberikan wejangan agar ia tidak lagi menggunakan orang-orang Arab.

Perkataanya hanya sebentar walau aku lihat Jengis membantah dua kali namun tentu saja seorang prajurit tidak akan mampu melawan seorang perwira yang nantinya akan menjadi masalah.

Kemudian Mulazim mendatangiku agar aku mengawasi Abdul Khoir. Tentu saja aku setuju tidak disuruhpun aku sudah akan mengambil langkah tersebut untuk membuat kondisi peleton kondusif aku sendiri akan berbicara dengannya.

"Kita harus menjaga kekompakan dengan pasukan karena hal itu penting. Aku sudah ancam Jengis kalau aku mendengar langsung aku akan menembaknya tetapi kalau aku tidak tidak mendengar langsung aku akan mengadili. Ia membantah. Kau harus maklum kami adalah  penggembara dulunya sehingga kami memang kadang tidak patuh pada pimpinan"

Sungguh aku sangat kagum dengan ketegasannya. Kini aku percaya bahwa Mulazim Ilham berubah menjadi pemimpin yang sangat tegas .

Karenaya Kakek Sulayman  tersebut seharusnya tidak menyangka dengan baik. Ia harus tahu bahwa tindakan yang diambil Mulazim Ilham ada benarnya.

Tinggal Kini tugasku. Aku tidak tahu Abdul Khoir tetapi aku tahu bahwa ia Seorang prajurit yang baik dan ia ahli dalam menembak. Ia Seorang yang berasal dari Damaskus kota tempat turunnya kembali Nabi Isa.

Apa yang harus aku lakukan dengan orang ini. Aku harus bisa menerjemahkan apa yang menjadi kata-kata dari Mulazim Ilham. Aku harus mengadakan pendekatan personal lebih dulu.

Ia sedang berbicara dengan tiga orang temannya. Aku tahu yang satu yang masih muda dengan wajah yang putih serta yang satu lagi umur 20-an awal atau sesuai Abdul Khoir. Nampaknya Abdul Khoir sedang bersandar di dalam parit beserta dia orang mereka tampaknya hanya berbicara mengenai peperangan tersebut.

Aku datang dan mereka sepertinua terkejut. Terkejutnya cukup wajar bagiku karena aku belum berkomunikasi intensif pada grup Abdul Khoir .

"Aku ingin bicara denganmu"

Perasaanku aku membutuhkannya dengan sesopan-sopan yang aku bisa bila aku merendahkan suara aku khawatir suaraku tidak akan terdengar olehnya namun bila suaraku keras hal itu akan membuatnya tersinggung.

Tetapi yang di hadapanku adalah wajah yang sangat tidak bersahabat. Apakah ia tidak mengakui bahwa pangkatku lebih tinggi dan aku bisa saja membuatnya. Aih, kesombongan pangkat Korporal mulai menghantuiki.

"Perosalan ini pribadi aku pikir lebih baik kita saja berdua yang tahu"

"Kopral. kalau bisa saja bilang apa saja di depan orang-orang ini tidak ada rahasia denganku"

Orang ini ternyata pembangkang juga sama dengan Jengis pikirku. Aku sebagai pimpinan tidak perlu untuk negosiasi.

Aku membicarakan semua hal itu.

"Aku yakin hidup ini singkat. Terlebih lagi di Medan perang ini. Kita harus bekerja sama suatu saat kita tidak akan lagi bertemu dalam kesempatan yang sangat langka ini. Aku harap kau bisa  bekerja sama untuk itu.”

Aku pun berlalu meninggalkan ketiga orang tersebut dan aku hendak bertemu lagi dengan Mulazim.

Motivasi

Ternyata orang yang terkencing-kencing itu orang Turki. Aku sedikit benci dengan kelakukan Mereka semuanya adalah relawan tempur dan seharusnya mereka bisa untuk mengatasi hal itu. Aku mencoba mendekati orang tersebut.  Teman-teman membully karena ia tidak berani bahkan untuk menyembulkan kepala dari parit dan celananya membentuk pulau yang basah akibat kencingnya. Aku memperingatkan mereka agar tidak mencela karena akan menganggunya dan sama sekali tidak membantu. Tampaknya mereka tidak peduli dengan ucapanku namun aku kira aku tidak perlu mendapat penghormatan dari mereka. Yang terpenting mereka mau bertempur saja sudah syukur.

Aku harus membangkitkan semangat orang tersebut karena pasukan tinggal 14 lagi setelah baru dua hari pasukan tambah lima, kini kurang lagi lima. Aku menjadi khawatir Mulazim tidak dapat mengatasi serangan musuh padahal serangan musuh sangat hebat sekali.Aku mendekatinya yang nampaknya ia masih sangat trauma.

 Aku harus berusaha mendekatinya meski teman-temannya tidak menyukaiku. Mereka sudah enek karena beberapa kali mereka sudah memaksa untuk bertarung namun si pengecut itu tak mau bertempur. Bahkan Mulazim sempat marah pada yang mengatur pasukan yang memberikan orang tersebut pada dirinya dan terlebih lagi ada lagi Jengis yang pernah mengacaukan pletonnya.

 Aku melihat ia sedang sendiri dan tampaknya masih memikirkan hal yang tadi. Suasana perang sangat mengerikan seorang karena kegiatan saling bunuh dan dibunuh. Mereka tidak tahu untuk apa membunuh karena sentimen kepentingan. Tentu saja aku tidak menyamakan pasukanku dengan musuh karena kami berperang demi negara sedangkan mereka, negara yang menyuruh untuk berperang.

 Ia melihatku seperti melihat pasukan Australia padahal aku tidak menyalahkannya .

 "Apa yang membuatmu takut?" Aku tidak lagi berbasa-basi pada dirinya dan aku pikir aku harus langsung ke inti dari perkara tersebut.

Ia belum mau menjawab dan tampak rasa ketakutan dengan pertanyaanku aku rasa percuma saja menanyakan orang tersebut. Aku harus menunggu orang tersebut membuka mulutnya. Menunggu orang tersebut rasanya percuma saja karena ia tidak akan membuka mulutnya dalam waktu yang lama.

Ia menaikkan nafas dan kalau ia belum bicara aku akan meninggalkan dirinya. Tetapi aku sudah berbicara dan rasanya percuma kalau aku sudah tidak bisa bicara dengannya maklum saja saya ini sudah terbiasa untuk melawan. Aku pernah melawan abangku Ibrahim yang melarangku untuk masuk hutan .Aku pikir aku rasa abangku tidak akan mengizinkanku ke hutan.

Aku memikirkan kakanda Ibrahim. Mungkinkah ia sudah sampai di tempat kami? Ia akan mewarisi peninggalan kami dan aku tentu saja karena menurut ajaran islam semua warisan akan dibagikan.

Aku tidak tahu

Aku tidak tahu mana yang benar tidak mengirimkan bantuan atau mengirimkan bantuan dengan barang yang jelek. Ibuku melarang untuk memberi makanan yang dingin pada orang lain apalagi yang basi. Untuk orang kita harus memberikan yang terbaik agar kita tidak menjadi bahan omongan. Kalau menurut saya tentu saja orang harus memberi karena hal itu berkaitan dengan ganjaran yang akan diterimanya .

Begitu juga dengan melakukan pleteon lain mengirimkan dua orang yang setidaknya tidak baik. Satu yang tidak bisa bertempur dan satu adalah biang kerok.

Sudahlah jangan menyesalkan segalanya karena mereka sudah ada di sini. Yang penting adalah kita bisa mengatur mereka agar mereka tetap kompak dalam satuan ini aku paham bahwa Mulazim Ilham juga khawatir dengan hal itu. Awalnya ia tahu mendapat bantuan dari pasukan Turki ia sangat gembira sekali karena akan menutup sekitar separuh pasukannya yang sudah syahid.  Kini ia dapatkan sungguh bukan tambahan pasukan malah pengurangan pasukan yang telah terjadi ia telah akan menghubungi kaptennya namun kaptennya berkata bahwa mereka sudah dijatah untuk Mulazim Ilham tentu saja. Mulazim Ilham kecewa namun ia tidak tahu mau memberitahukan kecewanya kemana Karena dia sudah memberitahukan pada kaptennya masa iya memberitahukan pada Jenderal yang tidak mungkin akan menerima keluhannya tersebut.

Aku tahu Ayahku Haji Abdurrahman yang juga menghadapi berbagai kesulitan. Awalnya ia membuka kampung halamanku yang berupa daerah berbahaya banyak hean buas seperti ompungn dan sungai yang ada buayanya.  Ia tidak pernah menceritakan kesulitannya pada anak-anaknya. Ia mengajakan agar kau tidak boleh mengeluh.  Kita tidak boleh mengeluh dengan apa yang keadaan dengan kita saat ini karena semuanya akan bisa kita selesaikan. Seorang yang pandai tidak akan menyalahkan alat-alat tersebut namun dia bisa menggunakan apa saja alat dan ia tidak tergantung alat.

Saya hanya bisa berkata apa tetapi saya tidak akan berpangku tangan dan saya akan selalu untuk melawan mereka sampai mereka Terusir dari tempat Tanah Air kami ini saya tahu bahwa Mulazim sangat berat tetapi aku menghiburnya dengan berkata-kata bahwa terkadang kuda yang jelek pun bisa memenangkan perlombaan tersebut nampaknya terhibur sedikit olehku. Aku memikirkan langkah-langkah untuk mengatasi hal itu.

Pasukan kami tampaknya disitu bertempur sampai mati. Mereka mempunyai perbekalan sedikit saja tetapi mereka juga punya pasukan yang sedikit pula katanya di sektor lain terdapat rintangan yang lebih berat karena pasukan mereka menghadapi artileri arti besar pasukan sekutu. Bahkan mereka menghadapi pasukan khusus Gurkha yang berasal dari India. Aku sempat bertanya dengan seorang Rajput mengenai Gurkha mereka adalah pasukan yang tahan terhadap penderitaan dan mampu mengalahkan pasukan musuh meski begitu aku pikir mereka buktinya tunduk pada pasukan Inggris yang menjadi pimpinan mereka tetapi aku akan menantang pasukan Gurkha itu jika menghadapi pasukan kami atau mereka diterjunkan ditempatkan kami tentang mereka dengan sedikit pasukan dan dengan pasukan yang bukan Pasukan yang terbaik dari pasukan Utsmaniyah kami dari kasus volunter tidak takut dengan mereka.

Aku rasa jika Turki memiliki persenjataan yang sehebat mereka dan ekonomi yang kuat tidak dengan hutang maka kami juga akan mampu menghadapi mereka. Banyak dari kampungku yang bisa berjuang untuk membantu Turki atau di pulau-pulau kerajaan lain di dekat tetangga kerajaan kan ada akan banyak ratusan ribu pasukan yang akan bertempur tetapi dengan kondisi Turki Usmani yang penuh hutang dan senjata terbatas hanya mendapatkan bantuan Jerman. 

Saya kira ini sulit sekali untuk tetapi pagi hari saya tidak mengeluh kalaupun nanti kalah dalam perang ini dan aku yakin memang kemungkinan besar kami kalah kami hanya berharap dan kami akan mendapatkan balasan dari Allah atas perjuangan yang telah kami lakukan. Ini seperti seorang yang menolak untuk dievakuasi pada luka karena ia ingin menjemput Syahid tetapi ternyata takdir Allah melarangnya. Kita ini manusia tidak bisa berbuat banyak kecuali dengan izin Allah yang pasti dengan sedikit pasukan kami akan berjaga lebih hati-hati dan kami akan membagi tugas dalam beberapa shift yakni shift 8 jam. 

Setiap 8 jam terjadi pergantian pasukan penunggu dan yang lain tidur sementara yang lain juga akan berjaga-jaga dengan demikian pasukan-pasukan kami akan Segara dan bisa akan bertempur aku rasa tugas ini akan mampu meringankan Mulazim. Mulazim sebenarnya khawatir jika pasukan pasukan musuh akan berkonsentrasi di tempat ini yang sebelumnya tidak pernah terjadi karena bisa Jadi kemungkinan yang tidak diperkirakan akan datang. Nah, karena saya selalu meminta pasukan meskipun dia menghadap omelan dari kaptennya atau dari komandan Batalyonnya baginya yang penting dia bisa mempertahankan Tanah ini dan ia pernah mengancam akan mundur jika tidak ada bantuan pasukan yang pas untuk menjaga area seluas pertahanannya dengan area yang seluas ini meski dilindungi oleh lubang yang sangat dalam sekali tetapi rentan dengan serangan serangan musuh.

Dengan jumlah sedikit pasukan tampaknya mau tidak mau kita harus bersyukur dengan keadaan seperti ini aku juga tidak tahu apa aku harus bersyukur atau aku harus mengkufuri. Ya, tentu tidak saya tidak harus mengkufuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Tetapi apakah aku harus senang atau ke aku sedih tentu setiap muslim harus dalam keadaan senang dengan takdir yang Allah sudah berikan apapun itu yang terjadi setelah berusaha. Tetapi setelah berjuang sekuat tenaga dan tentu saja dengan berdoa karena dengan berdoa Kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Bukankah hanya kepada Allah sang pemilik alam ini kita bergantung?

Tapi janganlah manusia itu menjadi mengeluh setelah satu dua permintaan mereka tidak dikabulkan baikan  menjadi kecewa. Bahkan mereka belum berubah tetapi mereka kecewa karena Keinginan mereka tidak terkabul pertamanya mungkin mereka akan merasa bahwa itu yang terbaik tetapi mereka pada akhirnya merasa tidak dikabulkan doanya masker ini. Tentu saja tidak diinginkan jadi kita harus menerima dan tetap berusaha untuk mendapatkan prajurit prajurit yang terbaik dari pasukan Turki tersebut sehingga kita akan mempertahankan tempat ini dari serangan gempuran pasukan musuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun