Kota Akko (Acre) dikepung dari berbagai arah. Di laut kapal-kapal Pasukan Salib bertengger dan melemparkan bahan terbakar dari katapel raksasa mereka. Sementara di darat mereka terus menghujani dengan katapel, panah raksasa (balista) dan juga ada menara yag berjalan.
Seorang komandan Garnsiun yang ada di tembok bernama Qomaruddin memimpin pasukan pemanah. Pasukan Salib mulai berjalan menuju tembok dengan menggunakan menara pengepung siege tower. Menara tersebut tingginya melebihi benteng Akko. Kalau Menara tersebut sampai ada di bibir benteng dengan mudah akan mennyeberangkan banyak prajurit.
Qomaruddin segera memerintahkan pemanahnya untuk menembbakan panah yang berisi material pembakar.Seorang langsung memanah menara tersebut dan mengenai depan bagian benteng tersebut namun perlahan apinya mati. Ia tidak putus asa bahkan, ia menyuruh seluruh anggotanya yang berjumlah lima puluh orang memanah kembali. Sementara apinya menyala namun apinya menjadi padam embali.
Ia binggung mau menjadi apa. Langsung ia berpikir untuk tidak menembak lagi namun menghadapi mereka langsung saja. Benar saja benteng tersebut mendekat ke bibir benteng dan pasukannya sudah siap untukmemnaha. Begitu pintu benteng tersebut terbuka, pasukannya langsung memanah pasukan Salib yang ada di dalamnya. Mereka sepertinya tidakmenyangka mendapatkan serangan begitu dahsyat. Tiga orang melemparkan tiga buah guci yang membakar bagian dalam dari menara berjalan tersebut.
Spontan, pasukan Salib langusng memundurkan benteng tersebut dan sisa-sisa pasukan yang sudah ada di benteng terus melawan namun dengan mudahnya dikalahakan Oleh Garnsiun Qomaruddin. Sontak, para prajuirt Islam yang ada di benteng bersorak-sorai melihat kegagalan merka. Namun Qomaruddin tidak begitu jumawa dengan keberhasilan ersebut malah ia malah bertemu dengan wakilnya yang bernama Zainuddin dan Abu Ishak.
“Aku kahwatir paskan salib akan mampu menembus. Tadi saja kita hampir kecolongan. Mereka mampu membuat senjata yang tahan dengan api kita”
“Tetapi mereka memiliki kelemahan karena mereka tidak melapisi bagian dalam dengan kulit yang anti terbakar”, kata Abu Ishak
“Ya, itu kelemahan mereka dan esoknya mereka akan menutup bentengnya dengan kulit tersebut. Mereka tidak akan menyerah dengan kehilangan puluhan pasukan mereka pada saat clash tadi. Aku mendengar bahwa di bagian lain, pasukan muslim juga kehilangan puluhan serdadu.Kita tidak bisa mengantisipasi serangan mereka. Aku ingin hari ini kau menemukan anaknya Ali bin An Nahas pandai besi tersebut. Kita harus yakinkan pada Qaraqabus bahwa kita harus mencobanya”
“Aku sepakat dneganmu, biarlah aku akan jemput Anak pandai besi tersebut dan aku akan meyakinkan Qaraqus. “,kata Zainuddin
“hahaa aku tahu anak itu, ia sering mencoba temuannya dan sering membakar barang-barang milik tetanganya yang membuat tetangganya marah.”
“Tetpi tidak ada salahnya kita mencoba. Aku pikir ia akan bisa membantu kita kali ini”
Zainudiidn pun berangkat menuju Anak pandai besi dan menunjukkan pada Qaraqabus.
**
Anak tersebut sudah ada di atas tembok dan melihat pasukan Richard Hati Singa (Richard Lion Heart) semakin mendekat.
“Tuan, ingat kita perlu melemparkan tiga kendi terlebih dahulu yang tidak ada apinya dan kita melemparkan yang ada apinya”
Semnetara pasukan Inggris dibawah Richard sudah sipa dengan beneteng bergeraknya. Pasukan Infatri berjalan dengan mendorong benteng tersebut.Pemanah sudha menyiapkan busur di tangan kirinya danmulai menarik anak panah dengan tangan kananya.
Qomaruddin menanyakan siapa yang bisa melempar paling jauh
Seorang Arab yang berbadan besar dan tangannya berotot mengajukan diri.
Qomaruddin memberikan sebuah kendi yang berisi dengan cairan tersebut dan si orang Arab tersebut memegangnya sambil siap melemparkan. Ia mengikatkan kendi pada tali pelempar untuk memperpajang jarak lemparannya.
Pasukan Salib yang dibawah langsung menghujani dengan panah. Sehingga pasukan muslimpun harus merunduk untuk menghindari panah tersebut. Qomaruddin meminta pasukan yang dibawa benteng segera membalas serangan panah tersebut dan mereka meluncurkan panah sehingga menancap pada pasukan musuh ynag bajunya tebal sementara panah juga turn dan memebnus pasukan muslim.
Si Arab Yang bernama Musanna juga sudah bersiap. Jaraknya masih sangat jauh untuk melempar karena masih 100 meter.Pasukan Salib menjadi jumawa dengan keadaaan ini. Qomaruddin meminta pasukannya memberikan api pada panah mereka.Panah berapi melesat dari Benteng Akra dan membakar para prajurit Infantri Salib namun dengan sigap mereka berlindung dibalik benteng yang bebas saja melaju.
Qomaruddin melarang pemanahnya menembaki menara tersebut dan ia cemas apakah alat anak pandai besi tersebut berfungsi ia menatap sebentar Zainduiin yang berlindung di balik benteng.Tampaknya ia sangat optimis sekali meski benteng bergerak tersebut berjalan dan tidak terhalang.
Musanna sudah semakin berdebar.Apakah alat ini bekerja atau tidak? Ah, itu bukan urusan nya yang penting ia sudah menjadi pelempar yang terbaik. IA akan memberikan prestasi lemparan yang belum pernah ada sebelumnya.
Pasukan Salib semakin bersorak sorai melihat mereka menjadi di atas angin tanpa ada perlawanan kaum muslimin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H