Ini mungkin salah satu kelalaianku yakni tidak mencatat nomor telepon orang. Aku berpikir kalau orang itu tidak penting maka tidak perlu mencatatnya. Mungkin karena aku terlalu sombng jadi kita tidak perlu untuk mencatat nomor telepon atau hape orang tersebut.
Setidaknya aku membutuhkan nomor telepon ketika saya membutuhkan suatu pekerjaan. Aku sudah mencari selama setahun lebih namun aku belum mendapatkan pekerjanaan. Aku tiba-tiba teringat dengan seorang teman yang mempunyai counter hape dekat tempat usahaku. Ia memang pernah menawarkan untuk bekerja di sebuah perusahaan pabrik minuman yang terkenal di ibukota Negara ini.
Aku pikir jika aku menghubunginya nantinya ia bisa memberikan informasi. Sebenarnya yang bekerja di pabrik minuman itu adlah istrinya. Si suami hanya berusaha saja atau berwirausaha. Aku yakin aku akan mendapatkan pekerjaan namun persoalannnya adalah bagiaman menghubunginya.Ia sudah tidak lagi tinggal dekat tempat usahaku.
Tentu saja saya yang akan mencari nomor hape dari hapenya saya akan tahu bagaimana mendatangi rumah orang tersebut dan kemudian menanyakan pekerjaan pada orang tersebut.
Saya menanyakan sepupu saya yang juga teman usahanya namun sayangnya ia tidak menyimpan nomor hapenya. Aku juga menanyakan pada ayah yang kadang juga menjaga di tempat kerja saya. Aku pikir ini cuma pekerjaan yang mudah mendapatkan nomor hape dari orang tersebut. Aku mau menanyan pada pegawaiku. Ia memang usdah pindah menyeberang ke pihak lain atau saingan kami.
Aku hanya mendapatkan nomor hape rumahnya. Dari rumahku aku menelpon rumahnya namun si ibu yang menjawab. Ibunya bilang anaknya tersebut sedang tidak ada di rumah.Oleh karena itu saya menitippesan padanya bahwa namaku Ical.
Aku tentu masih berusaha pada hallainnya untuk mendapatkan pekerjaan. Malu saja strata dua masih menganggur.
Perjuangan untuk mendapatkan nomr hape saja sangat berat apalagi kalau bekerja nantinya. Manusia memang tidak akan berhenti berjuang hingga akhir hayatnya.
Saya menelopon lagi temanku.Kali ini yang menjawab adalah abangnya.
"Hallo bisa bicara dengan Dorman"
"DAri siapaini?"
"Ini Ical temanya"
"Ical yang mana dari senen ",ia mulai tidak ramah
"Gak Ical anaknya Pak Haji yang tempat kerjanya Dorman"
"Sebenarnya siapa?"
Dalam hati orang ini sudah kurang ajar sekali tidak beretika kampungan. Aku sudahi saja pembicaraan. Betapa beratya untuk sebuah telepon saja. Aku akan mencari saja oragnya di tempat kerjaan.
**
sore itu saya sedang menunggu si Dorman yang sedang mandi. Di tempat saingan saya di temani si ibu yang melayani pelanggan air isi ulang. Ia sedang menyebutkan kesuksesan dalam berdagang air isi ulang. Cukup lama juag
IA kahirnya keluar juga dari partisi air isi ulang.
Ia tidak mengetahui nomor hapenya.
Waduh hancur. kataku sudah repot-repot saya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H