Aku menyiapkan tiga pengawal terbaik untuk berjalan ke arah Lattakia.
**
Suasana istana sangat ramai. Rupanya mereka sedang mengadakan acara. Aku segera saja menemui Sultan Umar. Ia sedang berada di singgasananya.Aku tidak melihat Paman Said.
Aku menyalami Raja Lattakia tersebut dan aku dipersilhakan duduk di dekatnya.
Aku menceritakan situasi yang ada di daerah kami. Tampaknya Sultan Umar tetap ramah terhadap kami. Ini diluar dugaan kami. Aku menyangka akan terusir setelah perlakuakn saya pada mereka. Ternyata persangkaanku tidak terbukti.
“Adil, aku percaya aku akan membantu kalian karena, aku sudah mempercayai ayahmu. Hubungan kami memang sangat erat dan saling bahu membahu dalam menghadapi serangan pasukan Salib “
Aku sangat terhibur namun aku juga khawatir apakah ini cuma basa-basinya dari Sultan Umar saja. Aku maunya riil ia memberikan bantuan seidkitnya 20 orang pasukan berkuda. Itu saja pasti akan cukup untuk menghadapi ratusan prajurit
“Tapi kau harus tahu bahwa kami mempetimbangkan pasukan Hospitalers yang selalu menyerang pasukan kami di depan pantai. Kami tidak bisa mengindahkan mereka”
Aha, buntutnya khan aku tahu aku tidak terlalu berharap.Ini seperti masih fifty-fifty untuk hal itu. Ah, tapi tidak apa-apalah .
Aku rasa ada bantuan Sultan. Aku yakin ia masih membutuhkan diriku. Kalau suatu saat ia juga akan menghadapi pasukan mus maka aku akan membantunya. Aku pun segra memohon diri karena aku harus menjaga pertahanan pasukanku.
**