Mohon tunggu...
SITUMORANG YOSUA
SITUMORANG YOSUA Mohon Tunggu... Akuntan - To celebrate life, to do something good for others

Writing is living in eternity. Your body dead, your mind isn't.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Dia Setia: Belajar dari Paulus dan Silas

19 Januari 2025   23:31 Diperbarui: 19 Januari 2025   23:30 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generated by Krea.ai

Hari minggu, tanggal 19 Januari 2025, tema ibadah yang dibawakan adalah “Hikmat Dalam Menghadapi Stress.” Ayat Alkitab yang digunakan diambil dari Kisah Para Rasul 16: 22-26. Diceritakan dalam ayat ini, Paulus dan Silas dijebloskan ke penjara setelah disiksa dan dipukuli oleh orang banyak. Hal ini terjadi setelah Paulus dan Silas mengusir roh jahat dari diri seorang perempuan ahli nujum, sehingga beberapa orang yang kehilangan penghasilan karena tidak lagi bisa melakukan aktivitas perdukunan, marah kepada Paulus dan Silas, juga menghasut orang lain untuk menghajar mereka.

Setelah dipukul, disiksa, dan dipermalukan di depan orang banyak, Paulus dan Silas dijebloskan ke dalam penjara yang dijaga ketat. Mereka bahkan dipasung, untuk memastikan mereka tidak kabur. Dijaga ketat artinya kalau mereka, sebagai tahanan melarikan diri, maka yang akan menerima akibatnya (dihukum mati) adalah para penjaga. Hal itu bisa dilihat di ayat 27, dimana kepala penjara yang mengira para tahanan kabur, hendak membunuh dirinya sendiri. Namun Paulus membatalkan niat dari kepala penjara tersebut.

Di ayat 24 juga dikatakan bahwa Paulus dan Silas dijebloskan ke penjara yang paling tengah. Hal ini bukan berarti letak penjara tersebut ada di bagian tengah, melainkan ada dibagian paling bawah alias basement. Basement penjara bukanlah tempat biasa. Itu adalah tempat terburuk, dimana bau busuk, lembab, dan hawa dingin mungkin membuat para tahanan lebih memilih mati daripada berada ditempat tersebut. Ini juga bisa menjadi simbol atau representasi “tempat yang tidak ada harapan.”

Namun apa yang dilakukan Paulus dan Silas?

Pada tengah malam yang dingin, dalam kondisi compang camping, dan badan yang babak belur, mungkin juga kelaparan, mereka berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah. Mereka tidak menghujat Allah atas kejadian buruk yang menimpa mereka. Mereka tidak minta Allah menghajar orang-orang yang mencelakai mereka. Tidak ada kata-kata kotor dan sumpah serapah keluar dari mulut mereka. Mereka berdoa, dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah (ayat 25).

Ada tiga hal yang perlu kita perhatikan dari peristiwa ini.

Yang pertama.

Dalam situasi tidak menentu, dan kondisi yang jauh dari kata nyaman, mereka tetap berdoa dan memuji memuliakan nama Tuhan. Ini luar biasa, karena dalam keadaan yang hancur lebur, mereka memilih untuk mempercayai dan mempercayakan hidup mereka pada Tuhan. Mereka tidak berfokus pada masalah yang mereka hadapi, tapi mereka berfokus pada Tuhan. Keadaan yang mereka alami saat ini adalah keadaan sementara, namun penyertaan Tuhan itu senantiasa.

Yang kedua.

Dalam kesulitan, kita seharusnya tetap menyembah dan memuliakan-Nya, bukan hanya karena berkat-berkat yang kita terima, tapi karena Dia baik. Ya, Dia baik. Dalam keadaan apapun, bagaimanapun situasi kita, Dia baik. Sukacita itu tidak datang dari rumah besar, mobil mewah, dan harta yang berlimpah. Tapi sukacita itu datangnya dari Dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun