Mohon tunggu...
SITUMORANG YOSUA
SITUMORANG YOSUA Mohon Tunggu... Akuntan - To celebrate life, to do something good for others

Writing is living in eternity. Your body dead, your mind isn't.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Terlihat Bukan Berarti Tidak Ada

12 Mei 2024   01:14 Diperbarui: 12 Mei 2024   01:16 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karena pada saat itu, saya dan istri saya tidak tahu pasti apakah mereka begal atau tidak. Kalau kami lari terburu-buru dalam kondisi lelah sehabis perjalanan, bisa jadi kami terjatuh dan malah membuat situasi semakin buruk. Lagipula, pikir saya, kalau berlari, saya tidak akan bisa mengantisipasi mereka dengan baik. Saya berhitung. Mereka berdua, kami sudah hampir sampai rumah. Prioritas saya adalah istri saya selamat terlebih dahulu. Sehingga dengan bantuan tas yang saya miliki, saya rasa saya akan punya cukup waktu untuk membuat dia sampai rumah terlebih dahulu dan meminta bantuan. Lagipula mereka hanya berdua, dengan badan yang tidak besar-besar amat. Saya rasa saya punya kesempatan. Makanya menurut saya, daripada kami berlari dan jadi terengah-engah, tidak fokus, lebih baik tenang dan mempersiapkan diri sebaik mungkin, menyimpan tenaga untuk benar-benar dikeluarkan ketika kami membutuhkannya.

Secara naluri, jujur saja ada ketakukan di dalam hati saya. Meskipun saya tahu jumlah mereka hanya dua, tapi saya tidak tahu hal buruk apa yang bisa mereka lakukan pada kami. Apalagi kalau yang mereka lakukan hanya iseng misalnya, sekedar menyiramkan air keras pada kami, lalu pergi begitu saja. Hanya "sekedar" kenakalan-kenakalan yang memuaskan ego mereka saja. Terbersit pikiran untuk lari. Tapi kalau lari, mungkin istri saya tidak bisa mengimbangi kecepatan saya, sehingga dia berpotensi akan mendapatkan lebih banyak masalah.

Jujur saja, disitu saya memilih untuk mengambil tanggung jawab. Kalaupun mati, pikir saya, minimal saya tidak mati sebagai pengecut yang lari ketakutan. Atau yang lebih parah, saya selamat karena lari lebih cepat dari istri saya, tetapi istri saya yang mengalami hal lebih buruk. Itu pasti akan membuat rasa bersalah seumur hidup bagi saya. Jadi, pilihan terbaiknya adalah saya yang mengahadapi mereka berdua, dengan segala resikonya. Pikiran itu harus dibuat sepersekian detik, karena dari kejauhan raungan mesin motor mereka terdengar semakin dekat.

Sekedar intermezzo, meskipun badan saya gemuk, saya yakin ketika ada kejadian buruk, saya bisa berlari lebih cepat dari biasanya. Hal tersebut pernah terjadi ketika saya masih SMA. Saya dan teman saya, yang harus mengambil bola sepak yang jatuh di kebun sebelah sekolah kami saat itu, harus berurusan dengan anjing peliharaan dari pemilik kebun. Anjing itu mengejar kami berdua. Dan percayalah, saya yang memulai lari di belakang teman saya, yang lebih atletis dan badannya proporsional, kalah cepat dari saya. Kalimat pertama yang ia ucapkan setelah kami lolos dari kejaran anjing itu adalah, "Kok bisa kamu lari lebih cepat dari saya?". Saya yang waktu itu hanya fokus lari tidak sadar kalau posisi saya berdiri sudah di depan teman saya tersebut. Kalau kepepet memang semua potensi terpendam kita bisa keluar tanpa kita sadari.

Situasi saat itu sangat sempurna. Tidak ada orang lain, kami hanya berdua. Jalanan hanya lurus saja, sehingga mereka bisa melarikan diri dengan mudah. Dan mereka mulai beraksi ketika kami melewati bagian jalan yang penerangannya paling minim, di sepanjang rute kami berjalan. Itu kenapa saya cukup yakin mereka merencanakan sesuatu yang tidak baik pada kami. Kenapa mereka harus berjalan searah ke arah yang kami tuju? Apa itu suatu kebetulan? Kenapa ketika kami mulai melewati bagian jalan yang kurang penerangan? Dan kenapa langsung ngebut seperti hendak menyambar sesuatu?

Hal terakhir yang saya lakukan, dan mungkin ini yang terpenting, yaitu berserah. Dalam hati saya berkata ,"Dalam nama Tuhan Yesus, tolong kami. Tolong kami Tuhan Yesus." Kalimat ini yang terus saya ulang-ulang. Saya sengaja tidak ucapkan keras-keras, karena saya tidak mau istri saya melihat saya panik, yang membuat dia menjadi panik juga, sehingga mengacaukan semua yang sudah saya simulasikan di kepala.

Motor itu terdengar berakselerasi dari kejauhan. Dan ketika semakin dekat dengan kami, saya merasa mereka seperti sengaja menurunkan kecepatan. Tapi ajaibnya, mendadak motor yang mereka tumpangi seperti hendak mati. Mbrebet. Mesinnya tersendat. Dan saya mendengar mereka bercakap seperti menyumpahi motor itu. Motor itu tersendat-sendat melewati kami berdua. Kaki si penumpang motor bahkan setengah menapak untuk membantu laju motor.

Anehnya, di jalan yang begitu besar dan sepi, mereka melewati kami terlalu mepet menurut saya. Helooo, jalan itu begitu lebarrr. Dan mereka hanya naik motor. Ngapain terlalu dekat. Meskipun tidak terjadi apa-apa, tetapi itu hal yang tidak lazim menurut saya.

Dan, ketika mereka akhirnya lewat tanpa terjadi apa-apa, saya merasa begitu lega. Saya dan istri tidak pernah membahas kejadian itu terlalu detail setelahnya. Dan hari ini, di malam minggu juga, entah kenapa saya tertarik membahas itu dengannya, dan kami berdua sepakat memang itu karena Tuhan menjaga kami. Dia juga merasakan bahaya, dan menurut istri saya, dia pada saat itu mengatakan pada saya kalau kedua orang tersebut sepertinya begal dan kami harus berhati-hati. Tapi sejujurnya saya tidak terlalu mendengarkan perkataannya pada saat itu. Saya terlalu fokus pada pikiran saya sendiri dan bagaimana mengantisipasinya.

Tapi sekali lagi yang mau saya tekankan adalah, saya yakin itu karena Tuhan Yesus menjaga kami berdua. Dia tidak mengizinkan hal itu terjadi pada kami. Kalau tidak, mungkin hasilnya bisa berbeda bagi kami berdua. Terlalu mencolok untuk menjadi sebuah kebetulan. Itu kenapa di setiap malam menjelang tidur, saya selalu berterima kasih pada Tuhan atas perlindungannya, karena banyak sekali hal-hal buruk yang bisa terjadi pada kita, tapi mungkin Ia selalu menjaga kita dengan caranya, tanpa sepengetahuan kita. Horas!

"Seorang pun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau"

Yosua 1:5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun