Agak malas tapi seru buat dibahas tragedi PD U-20 ini. Entah sampai kapan topik ini akan jadi basi. Indonesia punya basis suporter sepakbola yang besar. Diantara negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, hanya Indonesia yang keranjingan sepakbola.Â
Cina hobi basket dan pingpong. AS hobi basket dan rugby. India hobinya kriket. Jadi PD kali ini, meskipun hanya U-20 pastilah sangat dinantikan. Mungkin ini salah satu mimpi terliar banyak penduduk Indonesia. Kalimat "Sampe Indonesia main di Piala Dunia" sebagai pengganti kata mustahil mungkin bisa hilang dari bibir masyarakat.
Sayangnya, jalur tuan rumah yang memang menjadi jalur paling mungkin untuk ditempuh pun gagal maning. Sarana prasarana sudah siap, maskot sudah dibuat, bahkan theme song sudah diputar, siap memekakkan telinga suporter, tapi ya apa daya, karena ulah segelintir pihak, pupus lagi harapan itu.Â
Ekstrim tapi logis rasanya kalau saya bilang sampai saya mati nanti, saya tidak akan pernah melihat Timnas Sepakbola Putra di level umur dewasa-muda (U-18 ke atas) tampil di ajang tertinggi kompetisi antar negara. Catat. Coba nanti siapapun yang masih bisa akses tulisan ini kasih komentar, kapan akhirnya Timnas Sepakbola Putra kita tampil di Piala Dunia. Mungkin level U-5 atau U-8 bisa kali ya, siapa tau. Saya coba lihat dari akhirat.
Politis, Israel, Palestina, kemanusiaan, kemerdekaan, penjajahan, invasi, Rusia, Ukraina, hingga gagasan penolakan dari hokage pertama Konoha yang sudah tidak update lagi dengan situasi terkini di jalur Gaza dibawa-bawa, dikait-kaitkan dengan olahraga sederhana ini. Situasi yang gampang jadi ruwet memang kalo dicampuri bapak-bapak yang merasa paling ngerti, paling palestina.Â
Sayangnya, banyak juga rakyat yang mendukung gagasan ini. Mereka-mereka yang mementingkan kemanusiaan (katanya), yang berpendapat "sepakbola tidak lebih penting daripada penindasan Palestina oleh Israel", yang tidak tau kalau Palestina lebih dari sekedar jalur Gaza, yang tidak tahu kalau masih banyak orang Israel dan Palestina yang hidup berdampingan, yang tidak tahu kalau Israel adalah sebuah negara, yang didalamnya tidak hanya suku Yahudi, tapi juga ada suku Arab, yang tidak tahu kalau pikiran dangkalnya sudah membuat negaranya mundur beberapa langkah ke belakang.Â
Soal Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina juga berbeda. Paling tidak itu yang saya tahu dan yakini. Saran saya, cobalah cari referensi yang berbeda, supaya punya perspektif yang lebih luas. Capek loh berurusan dengan orang malas dan bodoh itu.
Dan sekarang, setelah FIFA resmi mencabut Indonesia sebagai tuan rumah, berusaha mengobati kekecewaan rakyat dengan kata-kata "Padahal kita sedang mencari solusi untuk mengatasi masalah ini" atau malah mengajak rakyat untuk berdoa kepada Tuhan agar FIFA mencoret Israel dari kepesertaan.Â
Lebih parahnya lagi, malah menempatkan FIFA sebagai si jahat yang bersalah. Udah mentok ya pak? Kzl kadang. Kalau hanya segini lah kualitas para pemimpin ini, kenapa ga saya aja ya yang duduk disitu? Digaji 15 juta aja pun mau kok. Mereka pikir FIFA itu organisasi ecek-ecek yang bisa di loba-lobi.Â
Setau saya, orang barat sangat menghargai yang namanya gentleman agreement. Jadi sekali kamu sudah komitmen, ya penuhi. Jangan minggu lalu A, hari ini B. Sangat tidak profesional. Ini menjadi contoh buruk bagi orang-orang diluar sana bagaimana negara sebesar ini dikelola oleh orang-orang yang bahkan tidak bisa memegang omongannya sendiri. Mungkin hanya bisa pegang kemaluannya saja.
Tapi yasudahlah. Seperti kata Pak Gub, "Kita akan tetap usahakan solusinya." Jadi saya mau kasih solusi juga pak. Saran saya dibuat saja turnamen format Piala Dunia. Seolah-olah Piala Dunia. Hanya pastikan kalau Indonesia satu grup dengan Timor Leste, Burundi, dan Brunei Darusalam atau Laos. Jadi kita pasti akan lolos sebagai juara grup. Sisanya bapak undang negara-negara yang 'haus' kompetisi juga, seperti Fiji, Barbados, St. Kitts & Nevis, Papua Nugini, Luxemburg, Vatikan, San Marino, Malta, Djibouti, Mozambik, terusin sendiri lah pak, yang jelas peluang kita juara 200%. Yang penting angkat piala, yang penting Indonesia juara. Horas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H