[caption id="attachment_301521" align="alignnone" width="600" caption="Iring-iringan bus malam jalur Pantura (Pekalongan-Pemalang-Batang)"]
Perang masih berlanjut(persaingan antara Pemalang-Pekalongan-Batang), setelah lampu hijau Madu Kismo dan duo Rajawali menyeruak kedepan mendahului Ramayana yang terkesan melambat dan berhasil kami aover take dengan mudah. Duo Rajawali ini ternyata tak mudah menyerah, mereka masih gigih memberikan perlawanan, didepan sempat saya lihat Madu Kismo berhasil mengambil alih posisi Nusantara dibelakang Rosin 384. Keangkuhan duo Rajawali berhasil kita patahkan, jalur sempit daerah Pemalang mengandaskan dominasi sementara meraka. Bus yang saya tunggu terlihat didepan kami Nusantara dengan livery kota, saya berharap bus ini akan bertempur habis-habisan tapi entahlah sepertinya kurang bersemangat dan mudah kita tinggalkan. Madu Kismo bus yang jarang saya lihat dan kurang familiar dimata saya sudah berada didepan memberikan perlawanan dijalan sempit dengan goyangan maut dan tetap dipepet bus kami, tak berapa lama kemudian bus ini menyerah didaerah Batang, akhirnya kami beriringan dengan pemimpin rombongan yang mendominasi sejak dari awal, Rosin 384.
Awalnya saya anggap remeh Rosin ini, pengalaman pernah naik Rosalia Indah SE 375 rada lelet busnya dan sampai Ngawi kesiangan. Satu lawan satu dengan Rosin 384 tak membuat gentar sopir kami ini, beberapa kali sempat hampir sejajar tapi tetap saja tak bisa mendahului, Bahkan bus kami beberapa kali harus terjebak dibelakang bokong truk untuk mengejarnya dalam kondisi zig-zag. Habis-habisan sepertinya usaha bus kami untuk mengejarnya, jalan lega jelang Alas Roban juga tak mampu membuat kami mendahuluinya, dan akhirnya pertarungan harus berakhir karena kami harus berpisah jalan, Rosin lurus (sepertinya jurusan Merak-Surabaya) dan kami belok kanan menuju Kendal, haripun sudah menjelang subuh.
[caption id="attachment_301526" align="alignnone" width="640" caption="Parade bokong-bokong bus malam Pantura"]
Menyaksikan Opera Pantura ternyata membuat mata lelah, saya pun tertidur lagi dan bangun telah sampai di daerah Demak dengan jalan rusak berlubang, sopir pinggir kembali pegang kendali. Perbaikan pengecoran jalan harus memaksa kendaraan antre karena hanya satu lajur yang dapat digunakan. Bus kembali berjalan meliuk-liuk karena aktifitas warga mulai padat, pasar sebagai penggerak ekonomi lokal mulai menggeliat. Meliuk, bergelombang dan sebagian rusak itulah perjalanan dari Purwodadi-Ngawen-Blora, sopir pinggir terkesan tangguh dijalan sempit melewati dominasi pengendara motor dan truk, dominasi pemandangan hutan, sawah, tunggak jati (akar batang pohon jati untuk dijadikan ukiran) terlihat disamping kanan-kiri. Melewati rimbun hutan jati Jalan Raya Blora-Cepu bus belok ke kanan arah Jalan Bypass dan masuk Cepu Kota Minyak. Tepat Pukul 09.00 bus Haryanto HR-64 masuk Terminal Cepu, diluar jendela kaca terlihat kawanku telah menunggu. (@ankamba)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H