Mohon tunggu...
Andrew Winata
Andrew Winata Mohon Tunggu... Lainnya - -

Jakarta, 28 Juli 2000

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semana Santa Larantuka

1 Mei 2023   21:11 Diperbarui: 1 Mei 2023   21:14 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Tuan Ma (Bunda Maria) dok.pribadi

Perjalanan kali ini membawa saya ke ujung timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, di suatu daerah yang bernama Larantuka. Saya menuju Larantuka dengan transit di Bandara Kupang El Tari sebelum akhirnya mendarat di Bandara Gewayantana karena belum ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Larantuka.  

Larantuka yang juga merupakan ibukota kabupaten Flores Timur ini terkenal akan tradisi katoliknya yang kental, sampai-sampai sering disebut sebagai Vatikan-nya Indonesia. Selain itu, Kota Larantuka juga sering dikenal sebagai Kota Reinha/Kota Maria, karena kecintaan masyarakat Larantuka terhadap Bunda Maria, Ibu Tuhan Yesus. 

 Inilah tempat Kerajaan Katolik pertama dan terbesar di nusantara, tidak lain tidak bukan adalah Kerajaan Katolik Larantuka. Agama Katolik yang tumbuh subur di Larantuka ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Portugis di Larantuka yang menyebarkan agama Katolik, lebih dari 95% warga Larantuka menganut Katolik. 

Kedatangan saya ke Larantuka bersamaan dengan momen Semana Santa yang berarti Pekan Suci, momen dimana umat Katolik di seluruh belahan dunia bersiap memasuki pekan paskah.  Terkhusus di Larantuka, Semana Santa ini sendiri sudah 3 tahun lamanya tidak diselenggarakan disana karena pandemi COVID-19, sehingga tidak mengherankan ribuan umat Katolik seluruh Indonesia datang berbondong bondong kesana.  Tradisi Semana Santa ini sudah dijalankan lebih dari 5 abad atau 500 tahun yang lalu, sejak jaman Portugis berkuasa di Larantuka. Tradisi ini bernuansa Katolik dan merupakan perayaan keagamaan masyarakat Flores yang paling meriah. 

Kesan saya ketika mengunjungi Larantuka adalah suasana paskahnya yang begitu terasa dengan meriah. Rumah-rumah di dekorasi dengan patung Tuhan Yesus serta Bunda Maria, di halaman rumah juga dipasang banner yang bergambar Tuhan Yesus. Sungguh, mereka adalah teladan bagi umat kristiani untuk selalu dekat kepada Tuhan. 

Sebelum memulai prosesi Semana Santa ini, saya menyempatkan diri juga untuk berkunjung ke objek wisata religi disana yaitu Taman Bukit Fatima. Taman Doa ini adalah tempat kita bisa berdevosi secara khusus kepada Bunda Maria, di dalam taman doa tersebut juga terdapat beberapa tempat duduk yang bisa memudahkan kita dalam berdoa. Selain itu, ketika naik ke atas kita bisa melihat keindahan Pulau Flores dan pulau -pulau di sekitarnya beserta lautnya yang begitu biru. 

Setelah mengunjungi Taman Doa tersebut, saya melanjutkan perjalanan menuju Museum Uskup Gabriel Manek SVD, yang merupakan Uskup Pribumi kedua di Indonesia setelah Mgr Albertus Soegijapranata, SJ. Beliau dikenal sebagai Bishop of The Poor atau uskup kaum miskin karena keteladanan beliau yang tidak pernah membeda-bedakan dalam melayani umat.  Beliau menjabat sebagai Uskup Keuskupan Larantuka mulai tahun 1951-1961, kemudian sempat juga menjabat sebagai Uskup Keuskupan Ende 1961-1968. 

Setelah 1968, Uskup Gabriel Manek pindah ke Amerika Serikat hingga akhir hidupnya tahun 1989. Tahun 2007, ketika jenazah Uskup Gabriel Manek digali ternyata tubuhnya masih utuh tanpa diawetkan, yang sulit dicerna oleh akal sehat, bahkan sebenarnya sudah disediakan peti untuk menampung tulang Bapa Uskup, akhirnya peti itu tidak digunakan karena jenazah masih utuh. 

Peti yang awalnya akan digunakan , dok.pribadi
Peti yang awalnya akan digunakan , dok.pribadi

Kapel Gabriel Manek , dok.pribadi
Kapel Gabriel Manek , dok.pribadi
Museum tersebut dikelola oleh Para Suster PRR (Puteri Reinha Rosari) yang didirikan oleh Bapa Uskup tahun 1958. Ketika saya datang,tampak beberapa suster yang sedang mengobrol dengan pengunjung, dan ada juga yang sedang berdoa. Museum ini dikelola dengan baik dan menampilkan semua peninggalan Bapa Uskup, mulai dari sejarahnya, keluarganya, karya perutusannya, kacamata, hingga baju yang dipakainya. Di ruang kapel yang dilapisi kaca, disitulah Bapa Uskup bersemayam dilapisi dengan kain putih. 

Setelah mengunjungi museum, saya memulai prosesi Semana Santa.  Prosesi ini dimulai dengan Hari Rabu Trewa/Ratapan, dimana  pada malam harinya pemuda-pemuda Larantuka memukul seng dan menyeretnya di jalanan sehingga menimbulkan bunyi-bunyian.  Tradisi ini dilakukan untuk menandai masuknya pekan berduka. Kegiatan ini meskipun terkesan seperti tawuran, tapi sesungguhnya aman, terlihat dari adanya aparat keamanan yang berjaga-jaga andai terjadi peristiwa yang tidak diinginkan. Suasana Larantuka saat itu sangat sedih menyambut pekan berduka. Ini merupakan pengalaman baru bagi saya, bahwa tradisi seperti ini ternyata ada di Indonesia. 

Rabu Trewa, dok.pribadi
Rabu Trewa, dok.pribadi

Hari berikutnya adalah Kamis Putih, malam terakhir sebelum Yesus disalib dan wafat, di hari inilah Yesus melakukan perjamuan terakhir dengan memberikan murid nya roti dan anggur yang melambangkan tubuh dan darahNya. Di Larantuka, Kamis Putih berarti juga hari yang menandai para peziarah bisa mencium Patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Tuan Ana (Tuhan Yesus). 

Kedua patung ini ditaruh di Kapela Tuan Ma dan Kapela Tuan Ana, dan hanya bisa dilihat oleh peziarah hanya selama pekan suci. Kedua Kapela ini hanya dipisahkan jarak kurang dari 1 km. Dalam prosesi ini, ribuan umat katolik berjalan sambil berlutut dan dengan perlahan masuk ke dalam mencium patung Tuan Ma dan Tuan Ana tersebut sambil memanjatkan doa dan permohonan mereka masing-masing. Sebuah pemandangan yang khusyuk dan syahdu. 

Patung Tuan Ma (Bunda Maria) dok.pribadi
Patung Tuan Ma (Bunda Maria) dok.pribadi

Kapela Tuan Ana, dok.pribadi
Kapela Tuan Ana, dok.pribadi

Pintu Kapela sudah dibuka sejak siang, dan selama itu juga umat tidak berhenti masuk ke dalam untuk berdoa. Sore hari pukul 17.00, pintu Kapela ditutup untuk memberikan kesempatan umat mengikuti Misa Kamis Putih. Setelah misa selesai, pintu kemudian dibuka kembali sampai subuh keesokan harinya dan umat lebih banyak lagi yang datang saat malam karena lebih sejuk dibandingkan teriknya siang hari. 

Suasana Kapela ketika Malam, dok.pribadi
Suasana Kapela ketika Malam, dok.pribadi

Kemudian, tibalah hari Jumat Agung, Yesus wafat di kayu salib.  Hari Jumat Agung ini bisa dikatakan sebagai puncak dari acara Semana Santa, sebab prosesi berlangsung sehari penuh sampai larut malam. Prosesi ini dimulai dengan prosesi bahari, yaitu mengantar Patung Tuan Meninu (Yesus disalib) dari Kapela Tuan Meninu menuju Pantai Kuce. Patung Tuan Meninu dibawa menggunakan kapal kecil yang dikayuh sendiri dengan melawan arus Selat Gonzalo yang cukup deras. Akan tetapi, selama prosesi bahari tersebut cuaca cerah dan tidak terdapat gangguan. Selain itu, banyak pihak yang menjaga prosesi ini berjalan dengan lancar, utamanya Polair, Basarnas, dan TNI AL yang siap siaga jika ada kapal yang berpotensi tabrakan. Prosesi ini diikuti tidak kurang dari 50 kapal dan ada seribu lebih umat di laut pada saat yang bersamaan. 

Kapal yang digunakan, dok.pribadi 
Kapal yang digunakan, dok.pribadi 

Prosesi Bahari, dok.pribadi
Prosesi Bahari, dok.pribadi

Prosesi mengantar ini kurang lebih berlangsung selama 2-3 jam, jarak antara kapel dan pantai sekitar 7 km. Pengalaman yang sangat menakjubkan bagi saya bisa mengikuti prosesi yang begitu unik dan meriah ini, umat juga menggunakan baju hitam untuk memperingati suasana berduka akan wafatnya Tuhan Yesus. 

Setelah mengantar Patung Tuan Meninu, prosesi dilanjutkan dengan Misa Jumat Agung yang berlangsung kurang lebih selama 3 jam. Misa berlangsung sampai pukul 6 sore, yang berfokus pada kisah sengsara Tuhan Yesus dan Penghormatan terhadap Salib Yesus. 

Prosesi selanjutnya adalah prosesi yang paling terkenal dalam Semana Santa, ribuan umat Katolik membawa lilin dan mengelilingi Larantuka dengan memutar, rute nya dimulai dan diakhiri di  Katedral Larantuka. Perjalanan juga dilalui dengan menyinggahi armida-armida atau gereja kecil. Prosesi ini dilakukan sampai malam hari dan sepanjang perjalanan umat banyak yang berdoa rosario, doa bapa kami, salam maria, dan beryanyi Ave Maria, sungguh merupakan pengalaman spiritual yang menakjubkan. 

Umat Berjalan Membawa Lilin, dok.pribadi
Umat Berjalan Membawa Lilin, dok.pribadi

Berikutnya adalah Sabtu Suci atau Malam Paskah. Umat Katolik datang ke Katedral untuk mengikuti misa malam paskah. Sabtu Suci terkenal akan lilin paskah yang dibawa umat, dalam perayaan tersebut juga dilakukan pembaharuan janji baptis untuk mengingatkan apa sebenarnya tujuan kita di dunia, yaitu membawa cinta kasih. 

Rangkaian pekan suci ini ditutup oleh Minggu Paskah, hari kebangkitan Tuhan Yesus. Saya berkesempatan untuk mengikuti Misa Pontifikal, yang dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Larantuka, Mgr Fransiskus Kopong Kung, Pr. Bapa Uskup dalam pesan paskah nya mengambil contoh dari anak muda yang berani melawan arus untuk membawa Patung Tuan Meninu, beliau berpesan agar kita sebagai pengikut Yesus tidak menjadi orang yang biasa-biasa saja, tapi berani melawan arus dalam mewartakan kabar bahagia dan cinta kasih. Bapa Uskup juga mengajak kita untuk membarui diri menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. 

Gereja Katedral Larantuka, dok.pribadi
Gereja Katedral Larantuka, dok.pribadi

Ini adalah cerita perjalanan saya di Larantuka, sebuah perjalanan yang indah, dan membuka cakrawala pengetahuan saya mengenai kultur masyarakat yang mungkin kita belum ketahui sebelumnya. 

Indonesia tidak pernah kekurangan destinasi wisata, dari religi, buatan, terlebih lagi wisata alam.  Oleh karena itu, mari kita jaga alam kita untuk kemajuan pariwisata Indonesia. Saya yakin jika didukung oleh semua stakeholder mulai dari pemerintah daerah, terlebih lagi yang terutama warga lokal, akan banyak wisata-wisata baru di Indonesia yang maju. Semoga akan banyak ungkapan "tidak usah jauh-jauh ke luar negeri, apa yang ada di negeri sendiri"

Bandara Gewayantana, Larantuka.  dok.pribadi
Bandara Gewayantana, Larantuka.  dok.pribadi

Maju Pariwisata Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun